Nama Ulama Nu Kh. Mansur Shiddiq Jember Jatim
KH. Mansur Shiddiq lahir di Lasem dengan nama kecil Masrur. Secara kepribadian dia jadinya tumbuh menjadi anak yang tenang, sabar, pendi...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/nama-ulama-nu-kh-mansur-shiddiq-jember.html
KH. Mansur Shiddiq lahir di Lasem dengan nama kecil Masrur. Secara kepribadian dia jadinya tumbuh menjadi anak yang tenang, sabar, pendiam dan dikarunia Allah otak yang sangat cerdas. Masrur yaitu putra Sulung Mbah Shiddiq dengan Nyai Maimunah, alasannya yaitu kakaknya (Siti Masru'ah) wafat masih kecil.
Sejak kecil Masrur mengaji pada abahnya yang memang dikenal keras clan disiplin dalam mengajar. Beliau mendidik dengan cara mewajibkan puteranya "Hapalan Kitab". Sebelum mengaji Alqur'an dan kitab kuning, Masrur harus melewati ujian kefasihan hapalan Syahadati, Fatihati, Sholat, Adzan dan Iqamah. Bila tidak fulus hapalan tersebut Kyai Shiddiq akan memukulnya dengan penjain (rotan). Namun sebaliknya, kalau berhasil maka akan dihadiahi uang receh. Karena Masrur memiliki otak cerdas, ia yang masih berusia bocah sudah hafal jurumiah, syafinah, sullam, tajwid dan kitab-kitab tipis lainnya.
Kebiasaan Masrur semenjak kecil memang sutra tirakat dan puasa.
Hari-harinya banyak diisi dengan merenung dan menyepi (tidak bermain-main dengan sahabat sebayanya). Masrur sangat taat pads orang tuanya. Bahkan ketika abahnya hijrah ke Jember. Masrur yang menjaga ibunya. Masrur kecil dipondokkan abahnya pada beberapa Kyai masyhur di Rembang (KH. Suyuti), Langitan (KH. Sholeh) dan KH. Sholeh (Darat, Semarang). Masrur mempunyai kebiasaan tirakat di makam (pesarean) para wali, termasuk di "Sujudan Sunan Bonang" Lasem. Saat nyantripun sering dipakai untuk tirakat dan puasa. Nampaknya. kebiasaannya inilah yang mendukung kepribadiannya yang hening berwibawa serta alim dan menciptakan Masrur disegani, oleh teman-temannya bahkan juga oleh kyai/gurunya.
Padsusia muda (17 tahun) Masrur sudah mengajar santri di Musholla Abahnya di Lasem. Tidak usang sesudah itu dia menunaikan ibadah haji dan mondok di Makah bersama adiknya Kyai Achmad Qusyairi dan Masrur kemudian berganti nama menjadi KH. Mansur. KH. Mansur mencerminkan seorang sufi atau Ahli Tasawwuf,
Tidak banyak riwayat yang menceriterakan wacana KH. Mansur. Salah satu diantara penyebabnya justru alasannya yaitu Kyai Mansur tidak suka menonjolkan din dan wibawanya luar buss. Nabi bersabda:
"Apabila kau melihat seorang mukmin pendiam dan tenang, dekatilah dia. Sesungguhnya dia akan mengajarkan hikmat (kebijalsanaan)".
Seperti halnya ulama-ulama sufi pada umumnya, KH. Mansur mencerminkan pribadi yang sangat empathy, rasa cintanya kepada Allah di atas segala-galanya. Sepanjang hidupnya hanyalah diperuntukkan memuja kebesaran Allah. Memuji kebesaran Allah demikian mengasyikkan jiwanya memancarkan wajah menyimpan banyak firasat. Cahaya pandangannya senantiasa jauh menembus ke alam yang tak terjangkau oleh akal dan pikiran. Kepada Allah Kyai Mansur senantiasa memohoh: "Ya Allah, berilah saya Nur di hati, di telinga, di mata, di rambut, daging dan tulang. Bahkan di tiap butiran darah serta sel-sel syaraf sekalipun. KH. Mansur menumpahkan ibadahnya untuk bermunajat kepada Allah Swt. untuk menjangkau cinta-Nya: "Ya Allah, saya mohon cintamu dan cintanya orang-orang yang mencintaimu...".
Ketika di Jember, Kyai Mansur menempati rumah bersebethan dengan Mbah Imam Rozi di Timer Musholla. Di rnmah 4bah Rozi (kakak Nyai Mardlliyah), Kyai Mansur sanggup lenetap dengan kerasan. Kyai Mansur bahagia berkumpul engan orang-orang fakir. Sabda Nabi:
"Sesungguhnya Allah itu menyayangi orang fakir yang enggan meminta-manta dan yang menjadi ayah beherapa orang anak (mempunyai banyak tanggungan keluarga) ". (HR. Ibnu Alajah)
KH. Mansur majdub (tidak ingat lagi pada dirinya alasannya yaitu ;elalu berdzikir kepada Alla Swt). Majdubnya muncul sesudah {yai Mansur mendengar berdirinya geraja di Jember (entah tahun berapa). Akibatnya, Kyai Mansur usang tak muncul dan nenyepi didalam rumah. Begitu keluar dari rumah, penampilan Kyai Mansur kumuh, rambut panjang tak terawat (dan banyak cutunya), tidak pernah mandi dan tidak pernah menggunakan sanial. Anehnya, badan Kyai mansur tidak berbau sama sekali. {arena penampilannya yang kusut menyerupai gembel, pernah seorang Cina menghinanya. Kyai kemudian menengok rumah cina terebut dengan sorot mata taj am, dan secara tiba-tiba rumah cina tersebut ambruk roboh. Sejak insiden itu, banyak masyarakat yang sowan. Menerima banyak tamu yang sowan, ternyata tidak merobah kepribadian Kyai Mansur. Beliau tetap saja hirau dan diam. Bahkan bila Kyai Mansur "ote-ote" (mengenakan sarong dan tidak pakai baju) diteras masjid, banyak tamu yang menunggu barokahnya. Bila dia berludah dan mengangkat tangan berdo''a, maka secara cepat orang-orang mengamininya.
Pada suatu ketika, menjelang Jepang mendarat di Pulau Jawa pada tahun 1942 Kyai Mansur sudah mengetahui sebelumnya dan memberi tahukan: "Ati-ati ono wong.kate rene/Hati-hati ada orang cebol kesini ".
Kyai Mansur juga berdagang. Beliau berjualan kipas, tampar, topi petani dan lain-lain. yang dirasa abnormal oleh masyarakat, karena barang dagangannya tidak ditunggu. Semua orang Jember tahu bahwa kios yang hanya dipagari tampar berkililing tanpa penunggu itu yaitu milik Kyai Mansur. Orang membeli, mengambil sendiri dagangannya dan kalau perlu uang kembali, tinggal ambit di kaleng uang yang sudah disediakan. Walau begitu banyak orang yang tidak berani curang. namon sesudah sore hari, barulah Kyai Mansur mengambil uangnya di pasar.
Namun demikian, kendatipun dia dikenal majdzub, Kyai Mansur yaitu sosok yang khawas dan alim. Suatu ketika Kyai Shiddiq sedang mengajar kitab. Tiba-tiba Kyai Mansur masuk ke musholla dan memperlihatkan secarik kertas. Kemudian
Mbah Shiddiq berhenti dan berkata: "Alhamdulillah..:, Mansur sanggup membetulkan pengajaranku yang memang salah. Alhamdulillah..., Alhamdulillah..., Mansur Tahqiq! ".
Keistimewaan Kyai Mansur teruji kembali, ketika suatu ketika Mbah Shiddiq minta kepada semua putranya mengambilkan 2 hal -yang sulit bahkan tidak mungkin dipenuhi, yaitu: Air zam-zam yang diambil eksklusif dari sumurnya dan buah kurma yang diambil eksklusif dari pohonnya. Tidak seberapa lama. Kyai Mansur masuk kamar dan begitu keluar dia sudah menenteng buah korma dan air zam-zam tersebut. Masya Allah !, ucap Kyai. Shiddiq kagum.
Kyai Mansur wafat pada tahun.1946 M. Ketika dimandikan, air yang disiramkan ke tubuhnya secara tiba-tiba menjadi harum. Banyak pelayat berebut air bekas siraman mayit Kyai Mansur, untuk mengharap barokahnya. Kyai Mansur dimakamkan di Turbah Condro kumpul bersama abahnya.