Nama Ulama Nu Kh, Ali Mansur Shiddiq, Pencipta Sholawat Badar
Kyai Mansur pernah dua kali menikah. Pertama dengan Nyai Aminah yang tidak dikarun ai keturunan, selanjutnya menikah lagi dengan Nyai ...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/nama-ulama-nu-kh-ali-mansur-shiddiq.html
Kyai Mansur pernah dua kali menikah. Pertama dengan Nyai Aminah yang tidak dikarun ai keturunan, selanjutnya menikah lagi dengan Nyai Sofiah bin KH. Basyar Waliyullah Makam Agung, Tuban, dan berputra 2 orang, yaitu Sofanah dan Ali. Dan cowok Alilah sebagai generasi Mbah Shiddiq yang alim dan cakap memimpin masyarakat. Kyai Ali Mansur pernah menjadi anggota Konstituante, ketua NL1 Cabang Banyuwangi dan ketua Departemen Agama. Sebagai anggota Departemen Agama Kyai Ali Mansur berpengalaman (ditempatkan sebagai Pegawai Departemen Agama) di mana-mana: Aceh, Denpasar, Banyuwangi, Solo, Tuban dan lain-lain.
Ketika menjadi kepala Depag dan Pengurus Cabang NU di Banyuwangi pada tahun 1960 sedang terjadi kejadian bersejarah baginya. Suatu malam (tidak terperinci malam spa), is merenung,dan gelisah sepanjang malam tidak dapat tidur. Yang menjadi kegelisahannya yaitu situasi poliiik ketika itu. Dimanamana PKI mendominasi kekuasaan.,Bahkan PKI membunuhi para Kyai di desa-desa, sebab para Kyailah yang menjadi saingan kepemimpinan PKI di masyarakat. Sambil merenung ia menulis syi'ir-syi'ir. Beliau memang jago syi'ir sejak nyantri di pondok Lirboyo Kediri. Kegelisahan itu bertumpuk dengan keheranan terhadap penst stiwa miyang dialaminya semalam.
Beliau mimpi didatangi para habib-habib berjubah putihhijau. Pads ketika yang sama,. ish-inya mimpi bertemu Rasulullah SAW Keesokan harinya ditanyakan ihwal mimpi itu pads Habi b Hadi AL Haddar (Banyuwangi). Habib Hadi menjawab: "itu Ahli Badar ya-akhi ". Kedua mimpi tersebut menberi iIham pada Kyai Ali untuk menulis Syair, meka jadilah Sholawat Badar.
Keheranan muncul lagi keesokan harinya sebab para tetangga berdatangan ke rumahnya dan sambil membawa daging, beras, dan lain-lain untuk memasak menyambut tamu yang sama-sama tidak diketahui siapa. Para tetangga sama bercerita bahwa pagi-pagi buta, mereka diketuk seorang berjubah putih dan membentahukan bahwasannya di rumah Kyai Ali Mansur akan ada acara besar. Bahkan orang berjubah putih-hijau itu memerintahkan untuk membantunya. Sebagaimana budbahasa di daerah-daerah Jawa Timur, jika seorang Kyai punya kegiatan, maka para santr dan tetangga sekitarnya akan berdatangan membantu. "Siapakah orang berjubah itu ? " pikir Kyai All keheranan. Walhasil, malam itu banyak orang bekerja di dapur untuk
menyambut tame yang sama-sama ti dak mereka ketahui darimana, siapa dan mengapa. Alkisah, ketika final sholat subuh menjelang matahari terbit, serombongan para habib berjubah putih-hijau dipimpin Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsi dan kuwitang Jakarta tiba ke rumah Kyai Ali Mansur.
"Alhamdulillah...," pekik Kyai Ali sebab mengetahui yang tiba yaitu para habib yang sangat dihormati ke rumahnya. Setelah masuk dan berbasa-basi sebentar dan saling bercerita tentang kondisi PKI dan politik nasional ketika itu, kemudian Habib Ali bertanya: "Ya Akhi..., mana syi 'ir yang ente bikin kemarin... tolong ente bacakan den lagukan di hadapan kami-kami ini!" pinta Habib Ali.
Tentu saja Kyai All terkejut sebab Habib tahu yang dilakukamnya malam itu (yaitu menulis syi' ir). Tapi ia maklum, itulah kekaromahan yang diberikan Allah pada para walinya. Selanjutnya diambillah kertas syi'ir sholawat Badar dan dibacakan serta dilagukan oleh Kyai All Mansur yang memang memiliki bunyi bagus. Dan Para habib itu mendengar sambil meneteskan air mate sebab terharu dengan syi'ir sholawat badar.
Selesainya dibaca sholawat badar: "Ya Akhi..., mari kite perangi genjer-genjer PKI itu dengan sholawat Badar". Seru Habib All. Lagu genjer-genjer yaitu lagu rakyat andalan PKI. Setelah Habib Ali memimpin do' a, kemudian rombongan itu meminta diri. Sejak itulah terkenallah sholawat badar sebagai bacaan yang membangkitkan semangat usaha NU melawan PKI. Bahkan sholawat badar kini menjadi lagu wajib NU dalam even-even pengajiannya. Untuk mempopulerkannya, Habib Alipun berkenan mengundang para Habib den Ulama, termasuk Kyai Achmad Qusyairi, ke Kuwitang Jakarta. DI forum itulah sholawat Badar dikumandangkan pertama kali secara luas oleh Kyai Ali Mansur." Kyai Ali Mansur wafat dan dimakamkan di Maibit Rengel Tuban.