Belajar Perihal Jangan Terlalu Kuantitatif Dikala Menghitung Rezeki
Oleh Himler Usman السلام عليكم ورحمة الله وَبَرَكَاتهُ بِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ Allah subhana...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/belajar-perihal-jangan-terlalu.html
Oleh Himler Usman
السلام عليكم ورحمة الله وَبَرَكَاتهُ
بِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah menawarkan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kau mohonkan kepadanya. Dan jikalau kau menghitung niikmat Allah, tidaklah sanggup kau menghinggakannya. Sesungguhnya insan itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya :
“Dan barang apa saja yang kau nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba: 39)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman yang artinya :
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf: 96)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
"Cinta yang bersangatan terhadap harta dan kedudukan sanggup mengikis agama seseorang. (HR. Aththusi)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
" Anak Adam berkata: "Hartaku... hartaku..." "Adakah hartamu, hai anak Adam kecuali yang telah kau belanjakan untuk makan atau membeli sandang kemudian kumal, atau sedekahkan kemudian kau tinggalkan." (HR. Muslim)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
" Apa yang sedikit tetapi mencukupi lebih baik daripada banyak tetapi melalaikan. (HR. Abu Dawud)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
" Bagi tiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan terhadap umatku ialah harta-benda. (HR. Tirmidzi)
Sahabat-sahabatku yg dirahmati Allah
Kita, entah sadar atau tidak, mungkin pernah “terlalu kuantitatif” dalam menghitung rezeki.
Kita menghitung jumlah yg kita dapatkan dari satu pintu rezeki.
Akan tetapi, kita lupa mensyukuri keberkahan di balik jumlah yang sedikit itu.
Pun, kita terluput menghitung rezeki yang diberikan oleh Allah tak henti-henti dari pintu-pintu yang lain.
Kita, menghitung penghasilan bulanan. Ternyata jumlahnya sangat sedikit dibandingkan yang kita angan-angankan.
Akan tetapi, kita lupa, Allah beri kita kesehatan sehingga tak perlu kita merogoh saku dalam-dalam untuk bolak-balik ke dokter.
Pun, kita lupa, Allah beri kita kawasan berteduh yang menyenangkan. Meskipun hanya mengontrak rumah orang, si pemilik rumah ialah orang yang murah hati, jujur, dan menjaga amanah. Beliau bukan orang yang suka tiba-tiba menaikkan harga kontrakan. Beliau pun selalu tulus bila kita meminta kelonggaran tempo pembayaran.
Kita, menghitung uang kita. Ternyata tak cukup untuk membeli pelengkapan rumah tangga harapan kita.
Akan tetapi, kita lupa, Allah tak memberi kita mesin basuh tetapi Allah beri kita sepasang tangan yang tepat dan berpengaruh mengucek baju setiap hari.
Padahal di cuilan bumi yang lain, seseorang yang rumahnya megah dan hartanya melimpah, sedang terbaring merenungi kedua tangannya yang tak lagi bisa digerakkan; entah alasannya kecelakaan, entah alasannya sakit yang tak kunjung sembuh.
Kita, menengok celengan kita. Isinya tak seberapa dibandingkan sederet barang-barang harapan kita. Manalah bisa terbeli dengan isi celengan yang hanya recehan 500 rupiah.
Akan tetapi, kita lupa, Allah jaga orang renta dan sanak saudara kita di kampung halaman. Hidup mereka berkecukupan, sehat jiwa-raga, dan berada di atas hidayah Islam.
Akankah kita rela, bila Allah menghujani kita dengan jutaan lembaran 100.000 rupiah dari atas langit-Nya, kemudian Dia berikan sakit bertubi-tubi ke keluarga yang kita cintai di sana.
Belum lagi berhenti penyakit di tubuh mereka, kita diuji dengan murtadnya mereka.
Sanggupkah kita menukar jumlah yang sedikit dengan hal-hal yang tak ternilai harganya?
Bersyukurlah.
Syukur ialah salah satu inti kebahagiaan.
Semoga Dia menjadikanmu penuh berkah di mana pun engkau berada.
Semoga Dia menjadikanmu orang yang selalu bersyukur dikala diberi rezeki, selalu bersabar dikala diuji, dan selalu ber-istigfar bila berbuat dosa.
Karena tiga hal itu ialah inti kebahagiaan.”
Bersyukurlah.
Berhentilah “terlalu kuantitatif” dalam menghitung rezeki yang dilimpahkan Allah untuk kita.
Ingatlah, sebanyak apa pun jari yang kita gunakan untuk menghitung rezeki dari Allah, kita tak akan sanggup.
Kita tak akan sanggup menghitungnya.
Ingat firman Allah yg tercantum dalam surat Ibrahim ayat 34 yang artinya :
" .....Dan jikalau kau menghitung niikmat Allah, tidaklah sanggup kau menghinggakannya. Sesungguhnya insan itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)
Bersyukurlah.
Berusahalah untuk selalu bersyukur, dan mohonlah hidayah dari Allah biar Dia berkenan membantu kita biar selalu bersyukur.
اَلَّلهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Yaa Allah, bantulah saya biar selalu berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i; hadits shahih)
Demikianlah, semoga ada manfa'atnya dalam kasih sayang dan ridha Allah Ta'aalaa. Aamiin....