Belajar Perihal Sepantasnya Mulut Orang Cerdik Itu Di Belakang Hatinya
Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ. Na...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/09/belajar-perihal-sepantasnya-mulut-orang.html
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan beliau ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (HR Bukhari-Muslim)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda yang artinya :
“Siapa saja beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.” (HR Bukhari).
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Manusia mungkin cenderung lupa dan kerap mengabaikan apa yang sebetulnya penting. Masalah verbal (lidah), misalnya, tidak jarang di antara kaum Muslim yang menganggapnya sebagai kasus biasa sehingga tidak heran jikalau banyak yang memakai lisannya secara tidak hati-hati.
Padahal, verbal ini karunia Allah yang sudah semestinya dipakai dengan sebaik-baiknya. Sebab, verbal juga sanggup menjadi indikator tepat tidaknya keimanan seorang Muslim.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
“Siapa saja beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.” (HR Bukhari).
Demikian pentingnya verbal ini, hingga urusan super penting pun, yaitu urusan masuk nirwana atau neraka, juga ditentukan oleh bagaimana seorang Muslim memakai lisannya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan beliau ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (HR Bukhari-Muslim)
Penjelasan lebih lanjut makna hadis ini, Imam Nawawi menuliskan pendapat Imam Syafi’i dalam kitab Al-Adzkar,
“Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah berfikir dulu. Bila terang maslahatnya, maka berbicaralah, dan jikalau beliau ragu, maka janganlah berbicara.”
Sungguh menarik apa yang disampaikan Abu Hatim mengenai ini, “Lisan orang yang pintar di belakang hatinya. Bila beliau ingin berbicara, beliau mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jikalau terdapat (maslahat) baginya, maka beliau akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat), beliau tidak (berbicara).
Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya, beliau akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga beliau mengetahui lisannya.”
Sudah semestinya kita benar-benar waspada terhadap penggunaan verbal kita. Kurangi berbicara yang tidak terang maslahatnya. Hindari berbicara wacana keburukan orang lain, apalagi mencari-cari kesalahan orang lain. Sebab, itu semua tidak akan mendatangkan kecuali kerugian bagi diri sendiri.
Terkait ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengingatkan,
“Wahai orang yang menyatakan beriman melalui lidahnya, tetapi keimanannya belum masuk ke dalam relung hatinya, janganlah kalian melaksanakan ghibah (menggunjing) terhadap kaum Muslimin dan jangan kalian mencari-cari kesalahan mereka. Sebab, barang siapa yang mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan menyingkap keburukannya dan siapa saja yang disingkapkan Allah keburukannya, maka Allah akan mempermalukannya walaupun beliau bersembunyi di dalam rumahnya.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dengan demikian, mari sayangi diri kita, iman kita, ibadah kita, dan segala kebaikan yang telah kita upayakan sepanjang hidup ini dengan senantiasa waspada dalam berbicara. Sekiranya pun kita mengetahui keburukan orang lain, maka menutupinya jauh menyelamatkan daripada menyebarluaskannya.
“Siapa saja menutupi kekurangan seorang Muslim, maka Allah akan menutupi kekurangannya di Hari Kiamat.” (HR Muslim).
Semoga uraian sederhana wacana Lisan Orang Berakal di Belakang Hatinya ini sanggup bermanfaat, menginspirasi dan sanggup menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita dalam rahmah dan ridha Allah Ta'aalaa. Aamiin