Belajar Wacana Menghadapi Orang Yang Bermaksiat Secara Terang-Terangan
Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ....
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/08/belajar-wacana-menghadapi-orang-yang.html
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.
Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar.” (At-Taubah: 71).
Allah Subhanahu wa Ta'aalaa juga berfirman yang artinya :
“Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan bantu-membantu dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kau kepada Allah, bergotong-royong Allah amat berat siksaNya.” (Al-Ma’idah: 2).
Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda yang artinya :
“Agama yaitu nasehat.” Ditanyakan kepada beliau, “Kepada siapa ya Rasulullah?” dia jawab, “Kepada Allah, kitabNya, RasulNya, pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin lainnya.” (HR. Muslim)
Nabi صلی الله عليه وسلم pun juga bersabda yang artinya :
“Siapa saja di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, bila tidak sanggup maka dengan lisannya, dan bila tidak sanggup juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Seseorang mengeluhkan sikap saudaranya. Ia menyebutkan bahwa saudaranya itu melaksanakan kemaksiatan dan telah sering dinasehati tapi malah makin terang-terangan. Mohon bimbingan mengenai duduk kasus ini!
Jawaban:
Kewajiban sesama muslim yaitu saling menasehati, saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran, sebagaimana firman Allah yg artinya :
“Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan bantu-membantu dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kau kepada Allah, bergotong-royong Allah amat berat siksaNya.” (Al-Ma’idah: 2).
“Demi masa. Sesungguhnya insan itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan hikmah menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-‘Ashr:1-3).
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
“Agama yaitu nasehat.” Ditanyakan kepada beliau, “Kepada siapa ya Rasulullah?” dia jawab, “Kepada Allah, kitabNya, RasulNya, pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin lainnya.” (HR. Muslim)
Kedua ayat dan hadits mulia ini memperlihatkan wajibnya saling menasehati dan saling tolong menolong dalan kebaikan serta saling berwasiat dengan kebenaran. Jika seorang muslim melihat saudaranya tengah malas melaksanakan apa yang telah diwajibkan Allah atasnya, maka ia wajib menasehatinya dan mengajaknya kepada kebaikan serta mencegahnya dari kemungkar-an sehingga masyarakatnya menjadi baik semua, kemudian kebaikan akan tampak sementara keburukan akan sirna, sebagaimana firman Allah,
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka me-nyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar.” (At-Taubah: 71).
Nabi صلی الله عليه وسلم pun telah bersabda yang artinya :
“Siapa saja di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, bila tidak sanggup maka dengan lisannya, dan bila tidak sanggup juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.” (HR.Muslim)
Maka anda, penanya, selama anda menasehatinya dan mengarahkannya kepada kebaikan, namun ia malah semakin menampakkan kemaksiatannya, maka hendaknya anda menjauhinya dan tidak lagi bergaul dengannya.
Di samping itu, hendaknya anda mendorong orang lain yang lebih besar lengan berkuasa dan lebih dihormati oleh orang tersebut untuk turut menasehatinya dan mengajaknya ke jalan Allah. Mudah-mudahan dengan begitu Allah memperlihatkan manfaat.
Jika anda mendapati bahwa penjauhan anda itu malah semakin memperburuk dan anda memandang bahwa tetap menjalin kekerabatan dengannya itu lebih bermanfaat baginya untuk kasus agamanya, atau lebih sedikit keburukannya, maka jangan anda jauhi, lantaran penjauhan ini dimaksudkan sebagai terapi, yaitu sebagai obatnya.
Tapi bila itu tidak mempunyai kegunaan dan malah semakin memperparah penyakitnya, maka hendaknya anda melaksanakan yang lebih maslahat, yaitu tetap bekerjasama dengannya dan terus menerus menasehatinya, mengajaknya kepada kebaikan dan mencegahnya dari keburukan, tapi tidak menjadikannya sebagai mitra atau sobat dekat.
Mudah-mudahan Allah memperlihatkan manfaat dengan itu.
Inilah cara yang paling baik dalam masalah semacam ini yang berasal dari ucapan para hebat ilmu.
Sahabatku....
* Sebab lantaran Seseorang Bermaksiat Kepada Allah
Tidaklah seorang hamba mengerjakan apa yang telah diharamkan kepadanya melainkan lantaran dua sebab:
Pertama: Buruk sangka kepada Allah.
Ia (menyangka) sekiranya ia menaati dan lebih mengutamakan Allah (dari pada selainNya), pasti Allah tetap saja tidak akan memberinya sesuatu yang lebih baik dan lebih halal (dari apa yang dilakukannya).
Kedua: Ia mengetahui keharamannya dan (meyakini) bahwa “Siapa saja yang meninggalkan sesuatu lantaran Allah, pasti Allah akan memberi gantinya dengan yang lebih baik.” Akan tetapi syahwatnya lebih besar dari pada kesabarannya dan hawa nafsunya lebih mayoritas dari pada akalnya.
Sebab yang pertama yaitu lantaran lemah akalnya, sedangkan yang kedua yaitu lantaran lemah nalar dan mata hatinya.
Demikian balasan sederhana dari al-faqir, smg sanggup jadi aliran dalam menangani insan yang berani bermaksiat secara terang-terangan. Dan kita berharap semoga sanggup menghindarkan diri dari perbuatan maksiat kepada Allah dlm rahmah dan 'inayah-Nya. Aamiin...