Belajar Perihal Penggunaan Angka Dan Lambang Bilangan
Disusun oleh : Ainun Nurul Badriyah, Ansori, Dwi Gati Suprapti Ningrum, Puji Chotimah, Ridwan Apriyanto, Syaiful Anwar BAB I ...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/08/belajar-perihal-penggunaan-angka-dan.html
Disusun oleh :
Ainun Nurul Badriyah, Ansori, Dwi Gati Suprapti Ningrum, Puji Chotimah, Ridwan Apriyanto, Syaiful Anwar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan, sebab selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga sanggup digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk sanggup mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai materi pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian gosip atau materi secara tertulis, diperlukan masyarakat sanggup memakai media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu janji dalam etika penulisan angka dan lambang bilangan, disinilah tugas hukum baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Dalam prakteknya diperlukan hukum tersebut sanggup digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia sanggup digunakan secara baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulisan angka yang baik dan benar?
2. Bagaimana cara menulis lambing bilangan yang sesuai aturan?
BAB II
PEMBAHASAN
PENGGUNAAN ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN
1. Angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam goresan pena lazim digunakan angka Biasa atau angka Romawi.
Bentuk angka biasa : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Bentuk angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M, V
Jika dibandingkan, maka kedua bentuk angka tersebut yaitu sebagai berikut:
I = 1
II = 2
III = 3
V = 5
X = 10
L = 50
C = 100
D = 500
M = 1000
Perlu diingat bahwa penambahan dan pengurangan nilai dengan menuliskan angka suplemen dan pengurangan di belakang dan depan bilangan sebelumnya hanya sanggup dilakukan paling banyak tiga kali untuk penambahan dan satu kali untuk pengurangan.
Contoh:
V = 5
VI = 6 (penambahan satu kali)
VIII = 8 (penambahan tiga kali)
IX = 9 (penambahan satu kali)
X = 10
Demikian juga halnya terhadap lambang bilangan Romawi yang lain.
Contoh:
L = 50
LI = 51 (adalah 50 + 1)
XL = 40 (salah jikalau XXXX)
LXV = 65 (adalah 50 + 15)
LIX = 59 (adalah 50 + 9)
MCMXCIX = 1999
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan:
a. Ukuran panjang
? 15 meter (15 m)
? 0,5 kilometer (0.5 km)
? 123 desimeter (123 dm)
b. Ukuran berat
? 145 kilogram (145 kg)
? 1,5 gram (1,5 g)
? 703 kwintal (703 kw)
c. Ukuran isi
? 6 liter (6l)
? 48 kubik (48 kubik)
d. Satuan waktu
? 1 jam 20 menit
? pukul 15.00
? tahun 1928
? 17 Agustus 1945
e. Nilai uang
? Rp5.000,00
? US$3.50*
? $5.10*
? ¥100
- Tanda titik pada pola bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
- Penulisan lambang mata uang, menyerupai Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
3. Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
? Jalan Tanah Abang I No. 15.
? Hotel Indonesia, Kamar 169.
4. Angka digunakan juga untuk menomori belahan karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
? Bab X, Pasal 5, halaman 252.
? Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan aksara dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh, misalnya:
? Dua belas (12)
? Dua puluh dua (22)
? Dua ratus dua puluh dua (222)
b. Bilangan pecahan, misalnya:
? Setengah (½)
? Tiga perempat (¾)
? Seperenam belas (1/16)
? Tiga dua pertiga (3 2/3)
? Seperseratus (1/100)
6. Penulisan lambang bilangan tingkat sanggup dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
? Paku Buwono X
? Pada awal masa XX
? Dalam kehidupan pada masa ke-20 ini
? Lihat Bab II, Pasal 5
? Dalam belahan ke-2 buku itu
? Di kawasan tingkat II itu
? Di tingkat kedua gedung itu
? Di tingkat ke-2 itu
? Kantornya di tingkat II itu
7. Penulisan lambang bilangan yang menerima akhiran -an mengikuti
Misalnya:
? Tahun '50-an (tahun lima puluhan)
? Uang 5000-an (uang lima ribuan)
? Lima uang 1000-an (lima uang seribuan)
8. Lambang bilangan yang sanggup dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jikalau beberapa lambang bilangan digunakan secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
? Amir menonton drama itu hingga tiga kali.
? Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
? Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memperlihatkan bunyi blangko.
? Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak sanggup dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
? Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
? Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan: Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang memperlihatkan bilangan utuh yang besar sanggup dieja sebagian biar lebih gampang dibaca.
Misalnya:
? Perusahaan itu gres saja menerima pertolongan 250 juta rupiah.
? Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan aksara sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi menyerupai sertifikat dan kuitansi.
Misalnya:
? Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan: Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
? DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan: Di lemari itu tersimpan delapan ratus lima buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
? Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupia.
DAFTAR PUSTAKA
Fuad Hasan,Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 35-39
http://takiyoannabhani.multiply.com/journal/item/62/3.-Penulisan-Angka-dan-Lambang-Bilangan-EYD?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan