Belajar Wacana Cara Sempurna Memotivasi Anak Semoga Rajin Shalat
Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/07/belajar-wacana-cara-sempurna-memotivasi.html
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.
Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk shalat dan bersabarlah kau dalam melakukannya.” (QS Thaha (20) : 132)
Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat, untuk mengingat Aku.” (QS.Thaha :14 )
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
“Perintahkan (ajarlah) bawah umur kau menunaikan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah(mendidik) ketika mereka berumur sepuluh tahun dan asingkan daerah tidur mereka”. (HR. Abu Daud)
Sahabat-sahabatku yg dirahmati Allah
Memiliki anak yang rajin mendirikan shalat tentu sangat menyejukkan mata dan hati kita. Ada impian kelak beliau akan terjaga dari adat jelek alasannya yaitu shalat insya Allah bisa mencegahnya dari melaksanakan perbuatan keji dan mungkar.
Kita sudah mengajarinya bacaan dan tata cara shalat, selalu mengajaknya sholat berjamaah di masjid. Kita pun sudah memasukkannya ke sekolah yang membiasakan shalat Dhuhur berjamaah di masjid sekolah.
Namun anak kita terlihat masih belum bersegera sholat ketika azan atau iqomah terdengar, masih harus disuruh-suruh. Bahkan mereka menyerupai sengaja menunda takbiratul ikhram hingga sedetik sebelum ruku, masih tengok kanan tengok kiri selama shalat, dan tak jarang shalat sambil ngobrol atau sambil bercanda tertawa cekikikan dengan mitra sebelahnya.
Malah anak pria tak sedikit yang shalat sambil main berantem-beranteman dengan kawannya.
Bagaimana ya cara memotivasi bawah umur itu biar tertib shalatnya?
Bagaimana bisa khusyu’ jikalau tertib saja belum.
Berikut ini cara jitu untuk memotivasi mereka, patut dicoba:
1. Ingatkan terus mengenai tujuan shalat
Ajak anak membuka Al-Qur’an Surat Thaha (20) ayat 14 : “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat, untuk mengingat Aku.”
Setelah salam dan berdoa, cobalah tanyakan pada anak, apakah selama shalat tadi beliau ingat kepada Allah? Jika anak menjawab belum, maka berbincanglah dari hati ke hati mengapa beliau belum bisa mengingat Allah selama shalat.
Bantu anak melaksanakan refleksi atas sholatnya, kemudian lakukan penilaian dengan memancing inspirasi anak kira-kira apa yang bisa ia lakukan biar sholat berikutnya lebih bisa mengingat Allah. Tantang beliau biar berkomitmen melaksanakan idenya sendiri. Lakukan terus perbincangan ini dari hati ke hati, minimal sekali dalam sehari. Jika belum juga terlihat hasilnya, bersabarlah tanpa berhenti berusaha.
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk shalat dan bersabarlah kau dalam melakukannya.” (QS Thaha (20) : 132)
2. Kenalkan anak dengan huruf Al-Mushollin
Ajak anak membuka Al-Qur’an Surat Al-Ma’arij (70) mulai dari ayat 11 hingga 34. Berikan pengantar menyerupai suara ayat 11 hingga 21, bahwa pada hari kiamat, ada orang yang sangat ingin menebus dirinya dari siksa api neraka, dengan anaknya, atau dengan istrinya, atau dengan saudaranya, atau dengan keluarganya, bahkan kalau perlu dengan semua insan di bumi. “Biarlah mereka masuk neraka semua, asalkan saya bisa selamat”, begitu kira-kira.
Mereka masuk neraka alasannya yaitu selama hidup di dunia, selalu menyikapi sesuatu tidak pada tempatnya. Jika mereka menerima kesulitan, mereka selalu berkeluh kesah, menggerutu, ngambek, murka atau memukul. Jika mereka menerima kebaikan atau kekayaan, mereka pelit bukan main, sombong, atau boros. Apapun yang terjadi, perilaku mereka selalu negatif.
Masuk dan beri pementingan pada ayat ke 22 : “Ilaal mushalliin, Kecuali orang-orang yang mendirikan shalat (secara berkesinambungan).” Hanya orang-orang yang berkarakter Al-Mushallin yang bisa selamat dari api neraka. Ini alasannya yaitu shalat menciptakan golongan Al-Mushallin bisa untuk bersikap kasatmata terhadap apapun yang terjadi padanya.
Bantu anak melaksanakan refleksi, apakah shalatnya selama ini sudah bisa masuk kategori Al-Mushallin atau belum, contohnya : Menurutmu kalau shalatnya sambil bercanda, masuk golongan Al-Mushallin tidak?
Kalau shalat sengaja ditelat-telatin, masuk golongan Al-Mushallin tidak?
Buat daftar jelas perihal perilaku shalat anak selama ini, dan tanyakan satu per satu padanya mana yang menurutnya sudah masuk kategori Al-Mushallin dan mana yang belum. Beri tantangan apakah ia ingin masuk golongan Al-Mushallin atau tidak. Jika ingin, bantu ia melaksanakan penilaian apa saja yang harus ia perbaiki dari shalatnya.
Selain shalat secara berkesinambungan, ada ciri-ciri lain golongan Al-Mushallin yang disebutkan di ayat 24 hingga 33. Jika dikala ini kita gres ingin menekankan shalat, maka ciri lain tersebut bisa kita kenalkan di lain waktu dikala kondisinya lebih sesuai. Kita bisa eksklusif loncat ke ayat 34 : “Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.”
Karakter Al-Mushallin yang dikenalkan Allah di surat ini, dibuka dengan sholat (ayat 22) dan ditutup dengan shalat (ayat 34). Beri pementingan pada anak, bahwa ini pertanda betapa pentingnya kedudukan sholat dalam agama Islam. Tantang beliau utk mulai shalat dg tertib, tertib tata caranya dan tertib bacaannya.
3. Minta anak selalu shalat di sebelah kita, orang tuanya.
Anak perlu role-model, bahkan dalam urusan shalat. Sangat jarang ada anak yang bisa eksklusif tertib shalatnya. Semua perlu waktu dan usaha. Rasulullah menyuruh kita mulai mengajarkan dan membiasakan anak shalat di umur 7 tahun, bahkan boleh memukulnya jikalau hingga usia 10 tahun belum bisa shalat dg tertib.
Ada rentang waktu 3 tahun di sana, kurang lebih 5475 kali shalat fardhu. Alangkah baiknya jikalau 5475 kali shalat itu, anak melakukannya dalam pengawasan kita atau orang yang kita percaya. Anak bisa eksklusif melihat cara kita shalat, untuk kemudian menirunya. Jika ada yang salah dengan shalatnya pun, kita bisa eksklusif menegurnya seusai shalat.
4. Ajarkan anak doa biar istiqamah dalam shalat
Bersamaan dengan perjuangan kita memotivasi anak, jangan lupa mengajarinya doa Nabi Ibrahim a.s yang sudah populer mustajab.
“Rabbiij’alnii muqiimash-shalaati wamin dzurrii-yatii, rabbanaa wataqabbal du’aa, Yaa Tuhanku, jadikanlah saya orang yang selalu mendirikan shalat, demikian juga anak keturunanku. Yaa Tuhanku, perkenankan do’aku.” – (QS. Ibrahim (14) : 40)
Mintalah anak untuk membaca doa ini setiap tamat shalat. Tentu kita sendiri pun harus juga sering-sering membacanya. Wamin dzurrii-yatii, dan demikian pula anak keturunanku.
Mudah-mudahan Allah menumbuhkan dalam jiwa anak kita keinginan untuk shalat dengan tertib secara berkesinambungan, hingga suatu dikala bisa mencapai derajat shalat khusyu’. Aamiin