Belajar Wacana Meraih Kenikmatan Ibadah Shalat
** Meraih Kenikmatan Ibadah Shalat ** Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ بِسْـــــــ...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/07/belajar-wacana-meraih-kenikmatan-ibadah.html
** Meraih Kenikmatan Ibadah Shalat **
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Allah Subhanahu wa ta'aalaa berfirman yang artinya :
" Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sebenarnya mengingat Allah (shalat) yakni lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kau kerjakan. (QS Al ‘Ankabut:45)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yangg artinya : “Allah Subhanahu wa Ta'aalaa befirman, “Aku membagi shalat dua cuilan antara Aku dengan hamba-Ku. Buat hamba-Ku apa yang dia minta.” Bila dia membaca, “Alhamdulillahi rabbil aalamiin”, Allah berfirman, hamba-Ku telah memuji-Ku. Bila ia membaca “Ar Rahmanir Rahiim”, Allah berfirman, hamba-Ku menyanjung-Ku. Bila ia mengatakan, “Maliki yaumiddin”, Allah berfirman, hamba-Ku mengagungkan-Ku. Bila ia membaca, “Iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’iin”. Allah berfirman, ini antara Aku dan hamba-Ku. Bagi hamba-Ku apa yg ia pinta. Bila ia membaca, “Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim wa laadl dlalliin” Allah berfirman, ini antara Aku dan hamba-Ku dan buat hamba-Ku apa yg ia pinta. ” (HR Muslim)
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Shalat yakni media untuk mendekatkan diri dengan Allah sekaligus media komunikasi dengan Allah. Kita memang tidak dapat mendengar apa yang dikatakan Allah sebab hanya para nabi yang bisa, namun kita dapat memuji, meminta, dan mengadu kepada Allah.
Meski ini yakni tampaknya komunikasi satu arah, namun sebenarnya ini yakni komunikasi dua arah sebab Allah selalu memperhatikan kita dan membalas setiap apa yang kita lakukan.
Yang terang yakni kita berdiri, ruku’, sujud, dan semua do’a lainnya dalam rangka kita menghadap Allah. Semua lafadz-lafadz dzikir kita, semua pujian-pujian kita, dan semua do’a kita ditujukan hanya untuk Allah. Maka pantaskah jikalau kita melakukannya dengan sedikit kesadaran?
Ada sebuah obrolan (komunikasi) antara kita (hamba-Nya) dengan Allah ketika kita sedang membaca surat Al Fatihah sebagaimana digambarkan oleh sebuah hadits Qudsi yang telah dicantumkan di atas.
Bahkan ada satu ketika dimana merupakan posisi paling akrab dengan Allah, yaitu ketika bersujud. Saat sujud, kita menundukan semua anggota badan kita dan memanjatkan kebanggaan atas keagungan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta'aalaa.
“Hamba yang paling akrab dengan Tuhannya yakni ketika dia sujud, maka perbanyaklah do’a.” (HR Muslim).
Disebutkan dalam hadits di atas, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan kepada kita untuk berdo’a, sebab kita sedang dalam posisi paling dekat, dimana sebuah posisi yang menerangkan ketundukan yg total, dan di sanalah justru menjadi kekuatan kita. Salah satu kekuatan kita yakni terkabulnya do’a ketika sujud. Jika Allah sudah memperkenankan, siapa yang dapat menghalangi?
Shalat dan juga ibadah-ibadah lainnya yakni penggugur dosa. Jika kita melaksanakan shalat, shalat yang benar-benar diterima oleh Allah, maka dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'aalaa sbgmn yg dijelaskan melalui hadits dibawah ini:
Ibnu Mas’ud ketika memberikan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: ”Kalian berbuat dosa, tapi kalian telah melaksanakan shalat shubuh dan shalat itu membersihkan. Kemudian kalian berbuat dosa, tapi jikalau kami melaksanakan shalat dzuhur, maka shalat itu membesihkannya.
Kemudian kalian berbuat dosa lagi, tapi jikalau kalian melaksanakan shalat ashar maka shalat itu membersihkannya. Kemudian kalian berbuat dosa lagi, tapi jikalau kalian melaksanakan shalat maghrib, maka shalat itu membersihkannya. Kemudian kalian berbuat dosa lagi, tapi jikalau kalian melaksanakan shlat isya’, shalat itu akan membersihkannya. Kemudian kalian tidur, tidak lagi dicatat dosa bagi kalian sampai kalian bangun.” (HR Thabrani)
Dan masih ada dalil-dalil lain yang menjelaskan bahwa shalat itu yakni penggugur dosa. Maka sangat disayangkan, bagi kita yang berlumuran dosa tetapi shalatnya tidak diterima atau tidak sepenuhnya diterima krn kita tidak khusyu’ dalam mendirikannya.
Bukan hanya akan menggugurkan dosa, tetapi mencegah dosa, yaitu mencegah perbuatan keji dan munkar sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firmannya:
" Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sebenarnya mengingat Allah (shalat) yakni lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kau kerjakan. (QS Al ‘Ankabut:45)
Aman, Tentram, dan Bahagia
Bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, shalat itu menjadi sesuatu yang menciptakan dia aman, tentram, dan bahagia. Oleh sebab itu masuk akal jikalau dia mengajak Bilal ra. untuk shalat sebagai media beristirahat. Bukankah kita juga mencari sitirahat dengan cara yang menciptakan diri kita tentram baik fisik maupun pikiran? Jika kita santai-santai saja, menghabiskan dengan acara tanpa makna, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengakibatkan shalat untuk istirahat.
“Mari kita rehat dengan shalat, wahai Bilal!” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Haitsami)
Bahkan dia merasa senang ketika melaksanakan shalat.
“Dan pucuk kebahagiaanku dijadikan terletak dalam shalat.” (HR. Ahmad).
Sahabat-sahabatku.....
Bagaimana dengan kita?
Mungkin Anda dapat menjawab, kita tidak mencicipi aman, tentram, dan senang sebab kita belum benar-benar mendirikan shalatnya, dengan kata lain belum khusyu’. Untuk itulah, jikalau Anda ingin mencicipi kebahagiaan, rasa aman, dan tentram di dunia ini, maka solusinya yakni shalat khusyu’. Bukan malah sebaliknya, kita enggan untuk shalat, sebab dalam hati kecil kita menganggap sebagai beban.
Jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita harus shalat khusyu’ terjawab sudah. Melaksanakan shalat khusyu’ yakni perintah dari Allah mengingat bagaimana pentingnya kedudukan shalat dibandingkan dengan ibadah lainnya. Shalat menjadi barometer ibadah kita.
Oleh karena, tidak ada cara lain untuk meraih keutamaan itu dengan cara shalat dengan niat yang ikhlas, sesuai dengan syariah, dan khusyu’.
Selain itu, shalat khusyu’ supaya kita dapat mendapat aneka macam manfaat dan keutamaan dari shalat tersebut, termasuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar, diampuni dosa, mendapat kekuatan, mendapat pemberian dari Allah, mendapat ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan.
Demikian uraian sederhana ttg cara meraih kenikmatan shalat, dan berharap semoga kita termasuk hamba Allah yg dapat mencicipi kenikmatan shalat dalam rahmah dan ridha-Nya. Aamiin...