Belajar Wacana Antara Tawakkal Dan Perjuangan / Ikhtiar Mencari Rizki Yang Halal ** ( Bab Kedua / Terakhir)

** Antara Tawakkal dan Usaha / Ikhtiar Mencari Rizki yang Halal ** ( penggalan kedua / terakhir) Oleh Himler Usman السَّل...

A+ A-
** Antara Tawakkal dan Usaha / Ikhtiar Mencari Rizki yang Halal **
( penggalan kedua / terakhir)


Oleh Himler Usman


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ.
.
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ




Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kau di muka bumi (untuk mencari rezki dan perjuangan yang halal) dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kau beruntung” (QS al-Jumu’ah:10].

Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :

Kemudian apabila kau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal (kepada-Nya)” (QS Ali ‘Imraan:159).

Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :

" Siapa saja yang bertaqwa kepada Allah pasti Dia akan memperlihatkan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan siapa saja yang bertawakal kepada Allah pasti Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (QS ath-Thalaaq:2-3).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :

Sungguh sebaik-baik rizki yang dimakan oleh seorang pria yakni dari usahanya sendiri (yang halal)” [HR an-Nasa-i, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan al-Hakim).

Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah

Usaha yang Halal Tidak Bertentangan dengan Tawakkal

Di sisi lain, agama Islam sangat menganjurkan dan menekankan keutamaan berusaha mencari rezki yang halal untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus menyebutkan keutamaan ini dalam sabda beliau :


إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ

Sungguh sebaik-baik rizki yang dimakan oleh seorang pria yakni dari usahanya sendiri (yang halal)” [HR an-Nasa-i, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan al-Hakim).

Hadits yang agung ini memperlihatkan besarnya keutamaan bersungguh-sungguh mencari perjuangan yg halal dan bhw perjuangan mencari rezki yg plg utama yakni perjuangan yg dilakukan seseorang dengan tangannya sendiri.

Berdasarkan ini semua, maka merealisasikan tawakal yang hakiki sama sekali tidak bertentangan dengan perjuangan mencari rezki yang halal, bahkan ketidakmauan melaksanakan perjuangan yang halal merupakan pelanggaran terhadap syariat Allah Ta’ala, yang ini justru menjadikan rusaknya tawakal seseorang kepada Allah.

Oleh lantaran itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kesempurnaan tawakkal yang mustahil lepas dari perjuangan melaksanakan lantaran yang halal, dalam sabda beliau,

Seandainya kalian bertawakal pada Allah dengan tawakal yang sebenarnya, maka sungguh Dia akan melimpahkan rezki kepada kalian, sebagaimana Dia melimpahkan rezki kepada burung yang pergi (mencari makan) di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang”[HR Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan al-Hakim ].

Imam al-Munawi saat menjelaskan makna hadits ini, ia berkata: “Artinya: burung itu pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali waktu petang dalam keadaan perutnya telah penuh (kenyang). Namun, melaksanakan perjuangan (sebab) bukanlah ini yg mendatangkan rezki (dg sendirinya), lantaran yg melimpahkan rezki yakni Allah Ta’ala (semata).

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa tawakal (yang sebenarnya) bukanlah berarti bermalas-malasan dan enggan melaksanakan perjuangan (untuk mendapat rezki), bahkan (tawakal yang benar) harus dengan melaksanakan (berbagai) macam lantaran (yang dihalalkan untuk mendapat rezki).

Oleh lantaran itu, Imam Ahmad (ketika mengomentari hadits ini) berkata: “Hadits ini tidak memperlihatkan larangan melaksanakan perjuangan (sebab), bahkan (sebaliknya) memperlihatkan (kewajiban) mencari rezki (yang halal), lantaran makna hadits ini adalah: kalau insan bertawakal kepada Allah saat mereka pergi (untuk mencari rezki), saat kembali, dan saat mereka mengerjakan semua aktifitas mereka, dg mereka meyakini bahwa semua kebaikan ada di tangan-Nya, maka pasti mrk akan kembali dlm keadaan selamat dan mendapat limpahan rezki (dari-Nya), sebagaimana keadaan burung

Imam Ibnu Rajab memaparkan hal ini secara lebih terperinci dalam ucapannya: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya merealisasikan tawakal tidaklah bertentangan dengan perjuangan untuk (melakukan) lantaran yang dengannya Allah Ta’ala menakdirkan ketentuan-ketentuan (di alam semesta), dan (ini merupakan) ketetapan-Nya yang berlaku pada semua makhluk-Nya.
Allah Ta’ala memerintahkan (kepada manusia) untuk melaksanakan lantaran (usaha) sebagaimana Dia memerintahkan untuk bertawakal (kepada-Nya), maka perjuangan untuk melaksanakan lantaran (yang halal) dengan anggota tubuh yakni (bentuk) ketaatan kpd-Nya, sebagaimana bertawakal kpd-Nya dg hati yakni (perwujudan) iman kepada-Nya.
Makna inilah yang diisyaratkan dalam ucapan Sahl bin Abdullah at-Tustari: “Siapa saja yang mencela tawakal maka berarti dia telah mencela (konsekwensi) iman, dan siapa saja yang mencela perjuangan untuk mencari rezki maka berarti dia telah mencela sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”
.
Tawakkal yang Termasuk Syirik dan tawakkal yang Diperbolehkan

Dalam hal ini juga perlu diingatkan bahwa tawakkal yakni salah satu ibadah agung yang hanya boleh diperuntukkan bagi Allah Ta’ala semata, dan mamalingkannya kepada selain Allah Ta’ala yakni termasuk perbuatan syirik.

Oleh lantaran itu, dalam melaksanakan perjuangan hendaknya seorang muslim tidak tergantung dan bersandar hatinya kepada usaha/ lantaran tersebut, lantaran yg sanggup memperlihatkan manfaat, termasuk mendatangkan rezki, dan menolak ancaman adlh Allah Ta’ala semata, bukan usaha/ lantaran yang dilakukan manusia, bagaimanapun tekun dan sunguh-sungguhnya dia melaksanakan perjuangan tersebut. Maka perjuangan yang dilakukan insan tdk akan mendatangkan hasil kecuali dengan izin Allah Ta’ala.

Dalam hal ini para ulama menjelaskan bahwa termasuk perbuatan syirik besar (syirik yang sanggup menjadikan pelakuknya keluar dari Islam) yakni jikalau seorang bertawakkal (bersandar dan bergantung hatinya) kepada selain Allah Ta’ala dalam suatu perkara yang tidak bisa dilakukan kecuali olah Allah Ta’ala semata.

Adapun jikalau seorang yakni jikalau seorang bertawakal (bersandar dan bergantung hatinya) kepada makhluk dalam suatu perkara yang bisa dilakukan oleh makhluk tersebut, menyerupai memberi atau mencegah gangguan, pengobatan dan sebagainya, maka ini termasuk syirik kecil (tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam, tapi merupakan dosa yang sangat besar), lantaran kuatnya ketergantungan hati pelakunya kepada selain Allah Ta’ala, dan juga lantaran perbuatan ini merupakan pengantar kpd syirik besar, na’uudzu bilahi min dzalik.

Sedangkan jikalau seorang melaksanakan usaha/ lantaran tanpa hatinya tergantung kepada lantaran tersebut serta dia meyakini bahwa itu hanyalah lantaran semata, dan Allah-lah yang menakdirkan dan memilih hasilnya, maka inilah yang diperbolehkan bahkan dianjurkan dalam Islam

Sahabat-sahabatku

Sebagai kesimpulan dari uraian sebelumnya yakni bahwa :

Tawakkal yang sebetulnya kepada Allah Ta’ala akan menumbuhkan dalam hati seorang mukmin perasaan ridha kepada segala ketentuan dan takdir Allah, yang ini merupakan ciri utama orang yang telah mencicipi kemanisan dan kesempurnaan iman, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Akan mencicipi kelezatan/ kemanisan iman, orang yang ridha dengan AllahTa’ala sebagai Rabb-nya dan islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasulnya”[HR Muslim].

Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita semua untuk mencapai kedudukan yang agung ini dan biar Dia senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk mempunyai sifat-sifat mulia dan terpuji dalam agama-Nya. Aamiin....

Related

Siraman Rohani 6711237425568907536

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item