Belajar Perihal Jadilah Seorang Muslim Sejati Yang Gemar Muhasabah Diri
Oleh Himler Usman ** Jadilah Seorang Muslim Sejati yang Gemar Muhasabah Diri ** السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/07/belajar-perihal-jadilah-seorang-muslim.html
Oleh Himler Usman
** Jadilah Seorang Muslim Sejati yang Gemar Muhasabah Diri **
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ.
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.
Allah Subhanahu wa Ta’aalaa berfirman yg artinya
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiapb diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sebetulnya Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan”. [Q.S.Al-Hasyr (59):18]
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
MUHASABAH secara sederhana bisa dipahami sama dengan intropeksi, yaitu seseorang bertanya kepada dirinya sendiri perihal perbuatan yang ia lakukan biar jiwa menjadi tenang, dan memastikan secara gamblang apakah perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya sesuai dengan perintah-perintah Allah Ta’ala.
Demikianlah yang dilakukan oleh para sahabat Nabi. Mereka tidak pernah menutup malam harinya kecuali telah melaksanakan muhasabah. Bahkan seorang Abu Bakar bisa menghisab dirinya sendiri sedemikian rupa.
Menjelang selesai wafatnya, Abu Bakar memanggil putrinya Aisyah radhiyallahu anha. Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya sejak kita menangani urusan kaum Muslimin, tidak pernah makan (dari dinar dan dirham mereka). Yang kita makan yaitu makanan yang keras dan sudah rusak.” (HR. Ahmad).
Demikianlah Abu Bakar menghisab dirinya sendiri. Bahkan sahabat utama Nabi itu tidak memperkenankan Aisyah mengambil apa yang dimiliki Abu Bakar. Semuanya diminta untuk diserahkan kepada Umar bin Khaththab. Tentu, langkah Abu Bakar ini sangat berat.
Tetapi tatkala muhasabah telah menjadi gaya hidup maka tidak ada yang lebih penting selain menyucikan diri demi ridha Ilahi.
Abu Bakar dan sahabat Nabi yang lainnya benar-benar serius menghisab dirinya. Hal tersebut tidak lain sebab hadits Nabi yang berbunyi; “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari selesai zaman sehingga ditanya perihal empat perkara: perihal umurnya, untuk apa dihabiskannya, perihal masa mudanya, dipakai untuk apa, perihal hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan perihal ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu.” (HR. Tirmidzi).
Sahabat-sahabatku...
Jadi, sebagai apa pun dan di masa apa pun seorang Muslim wajib melaksanakan muhasabah.
Sebelum hari perhitungan benar-benar kita hadapi. Pantas jikalau Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melaksanakan muhasabah diri. “Hasibu qobla an tuhasabu,” artinya hitunglah diri kalian sebelum tiba hari perhitungan.
Dalam pandangan Hasan Al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir. Sebab Allah tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun melainkan telah tercatat di sisi-Nya. Sebagaimana firman Allah yg artinya :
“Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.” (QS. Al-Mujadilah: 6).
Makara tidak sepatutnya jikalau seorang Muslim melewati hari-harinya tanpa melaksanakan muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari kelalaian, verbal terhindar dari mengucapkan keburukan dan perbuatan kita akan terpelihara dari segala maksiat dan kemunkaran.
Semoga uraian singkat dan sederhana ini ada manfa'atnya dalam rahmah dan ridha Allah Ta'aalaa. Aamiin...