Belajar Wacana Keutamaan Menjaga Verbal Dalam Anutan Islam
Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّح...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/belajar-wacana-keutamaan-menjaga-verbal.html
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Allah Subhanahu wa ta'aalaa berfirman yang artinya :
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS.Qaaf :18)
Allah Subhanahu wa ta'aalaa berfirman yang artinya :
"Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kau yg suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kau merasa jijik kepadanya."(QS.Al Hujurat 49).
Allah Subhanahu wa ta'aalaa berfirman yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yg benar.” (QS.Al-Ahzab : 70)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda yang artinya :
“Janganlah memperbanyak pembicaraan selain dzikrullah Karena banyak bicara selain dzikrullah akan menciptakan hati menjadi keras. Sesungguhnya insan yang paling jauh dari Allah yaitu (yang memiliki) hati yang keras keras.”
(HR. At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi )
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Pentingnya Menjaga Lisan Karena Setiap Ucapan Akan Masuk Kedalam Catatan Amal
Alhamdulillah pada kesempatan ini ana akan memberikan kultum wacana “Pentingnya menjaga lisan”
Perlu kita ingat sahabat sebenarnya setiap ucapan akan masuk dalam catatan amal, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, (artinya) :“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf : 18)
Ucapan yang dimaksudkan dalam ayat ini yaitu yang diucapkan oleh manusia, keturunan Adam. Ucapan tersebut dicatat oleh Malaikat yang sifatnya Raqib dan ‘Atid yaitu senantiasa bersahabat dan tidak pernah lepas dari seorang hamba. Malaikat tersebut tidak akan membiarkan satu kalimat dan satu gerakan melainkan ia akan mencatatnya.
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala (artinya) :
“Padahal sebenarnya bagi kau ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kau kerjakan.” (QS. Al Infithar : 10-12)
Sahabatku fillah,
Allah mengkaruniakan kita sebuah lidah, selain sebagai indera perasa dan yang utama yaitu untuk berkata, menyerupai yang kita ketahui bahwa pengecap memang tidak bertulang sekali kita gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula.
Demikian berbahayanya lisan, sampai Allah dan Rasul- Nya mengingatkan kita supaya berhati-hati dalam menggunakannya.
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yg terperinci manfaatnya. Apabila belum terperinci manfaatnya, maka ditekankan baginya supaya lebih menentukan diam. Sebab ucapan yg mubah itu sanggup menyeret kepada yang haram dan makruh.
Bahkan kenyataan menyerupai ini sangat banyak dan sering terjadi. Sedangkan keselamatan tidak sanggup dinilai dengan apapun.”
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara, maka hendaklah ia berfikir terlebih dahulu. Jika ia yakin bahwa ucapan itu tidak merugikannya, maka bicaralah. Jika ia yakin bahwa ucapan tersebut mengandung muhdharat atau ia masih ragu-ragu, maka hendaklah ia menahan (lisannya)”
Allah Subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan kita semua untuk berkata yang benar, menyerupai tertulis dalam firman-Nya (artinya) : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab : 70)
Sahabat Fillah,
Allah telah memerintahkan kita untuk berkata benar itu artinya kita tidak boleh untuk menyampaikan perkataan yang tidak benar atau suatu kebohongan baik mengenai diri kita maupun orang lain lantaran kebohongan akan menjerat kita pada dosa berkelanjutan alasannya sekali kita berkata bohong kita akan menyampaikan kebohongan lainnya untuk terus berusaha menutupi kebohongan sebelumnya.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah pun mengingatkan kita untuk tidak banyak bicara lantaran hal itu akan menciptakan hati kita menjadi keras, sebagaimana Diriwayatkan dari Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya):
“Janganlah memperbanyak pembicaraan selain dzikrullah Karena banyak bicara selain dzikrullah akan menciptakan hati menjadi keras. Sesungguhnya insan yang paling jauh dari Allah yaitu (yang memiliki) hati yang keras keras.”
(HR At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi )
Sahabat Fillah,
Dari sabda Rasulullah di atas selain melarang kita memperbanyak pembicaraan yang tidak bermanfaat, Rasulullah pun mengingatkan kita untuk selalu berdzikir mengingat Allah lantaran dengan banyak mengingat Allah kita akan terhindar dari sikap – sikap yang kurang manfaat menyerupai halnya yang banyak terjadi di sekitar kita
Kadang secara tidak sadar kita melontarkan kata-kata yang menyinggung atau menyakitkan hati orang lain serta pembicaraan – pembicaraan yang kesannya menjurus pada Ghibah atau menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka kalau hal tersebut disebutkan. Baik mengenai jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriahnya dan sebagainya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kau yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kau merasa jijik kepadanya."( QS. Al Hujurat 49).
Sahabat Fillah,
Lidah yaitu anggota tubuh yang benar-benar perlu untuk dijaga dan dikendalikan. Sesungguhnya pengecap yaitu penerjemah hati dan pengungkap isi hati. Oleh lantaran itulah sesudah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan istiqomah. dia mewasiatkan untuk menjaga lisan.
Dan lurusnya pengecap itu berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) :
"Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan tidak akan masuk Surga seseorang yang tetangganya tidak kondusif dari kejahatan-kejahatannya” (HR.Ahmad,).
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang terperinci manfaatnya.
Apabila belum terperinci manfaatnya, maka ditekankan baginya supaya lebih menentukan diam.
Sebab ucapan yang mubah itu sanggup menyeret kepada yang haram dan makruh.
Bahkan kenyataan menyerupai ini sangat banyak dan sering terjadi. Sedangkan keselamatan tidak sanggup dinilai dengan apapun.”
Intinya, penting sekali memperhatikan verbal sebelum berucap.