Belajar Perihal Tadarus Dan Kajian Al-Qur'an, Surah Al-Hijr 15: 4-5

ASSALAAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH. Oleh  Muhammad Syaukani Mahmud Selamat malam anak2ku, ...

A+ A-


ASSALAAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.

Oleh Muhammad Syaukani Mahmud





Selamat malam anak2ku, sahabat2ku, keluargaku, serta kaum Muslimin dan Muslimat dimana saja berada. Segala puji syukur bagi Allah yang telah menurunkan kitab suci al-Qur'an sebagai petunjuk bagi ummat manusia. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang telah menjelaskan al-Qur'an dengan ucapan, sikap, dan keteladanan, demikian pula kepada para sahabat dan keluarga dia serta pengikutnya hingga selesai zaman. Ammaa Ba'du...


TADARUS & KAJIAN AL-QUR'AN, SURAH AL-HIJR 15: 4-5.

وَمَآ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلا وَلَهَا كِتَابٌ مَعْلُومٌ . مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ 

WAMAAA AHLAKNAA MIN QORYATIN ILLAA WALAHAA KITAABUM-MA’LUUMUN. MAA TASBIQU MIN UMMATIN AJALAHAA WAMAA YASTA’KHIRUUNA. = Dan Kami tidak membinasakan suatu negeri pun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu ummat pun yang sanggup mendahului ajalnya, dan tidak (pula) sanggup mengundurkan(nya).


The Meaning In English: Never did We destroy a population that had not a term decreed and assigned beforehand. Neither can a people anticipate its term, nor delay it.

Tafsir Perkata: “(وَمَآ) WAMAAA=dan tidak” “(أَهْلَكْنَا) AHLAKNAA=Kami menghancurkan” “(مِنْ) MIN=dari” “(قَرْيَةٍ) QORYATIN=(penduduk) suatu negeri” “(إِلا) ILLAA=kecuali” “(وَلَهَا) WALAHAA=baginya” “(كِتَابٌ) KITAABUN=ketetapan/batas waktu” “(مَعْلُومٌ) MA’LUUMUN=(yang) diketahui/ditetapkan” (di Lauh Mahfuzh). “(مَا) MAA=tidak" (dapat) “(تَسْبِقُ) TASBIQU=mendahului” “(مِنْ) MIN=dari” “(أُمَّةٍ) UMMATIN=(suatu) ummat” “(أَجَلَهَا) AJALAHAA=(terhadap) ajalnya” (batas waktu yang ditetapkan) “(وَمَا) WAMAA=dan tidak" (dapat pula) “(يَسْتَأْخِرُونَ) YASTA’KHIRUUNA=mereka mengakhirkan” (menunda ajal tersebut).

Ayat-ayat yang kemudian mengandung bahaya bahwa kelak mereka akan menyesal. Dan, sebagaimana kebiasaan kaum musyrikin bila diancam, selalu berkata dengan tujuan mengejek, “Kapan datangnya bahaya itu?” atau “Percepatlah kehadirannya!”, ayat-ayat ini mengingatkan semua pihak bahwa ada waktu yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa-Ta’ala bagi segala sesuatu. Karena itu pula Allah Subhanahu Wa-Ta’ala menegaskan melalui ayat ini bahwa: Kami tidak menjatuhkan siksa kecuali bila tiba waktunya, dan ini bukan hanya berlaku bagi mereka, tetapi itulah sunnah Kami. Kami tidak membinasakan suatu negeri pun bersama dengan penduduknya melainkan ada baginya ketentuan, yakni masa yang telah ditetapkan bagi kebinasaannya. Tidak ada suatu ummat pun yang sanggup mendahului ajalnya, dan tidak pula sanggup mengundurkannya.

Kata “(كتاب) KITAAB” pada ayat 4 di atas bermakna kadar waktu tertentu yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa-Ta’ala. Ia terambil dari kata “(كتب) Kataba” yang berarti mewajibkan/menetapkan. Karena yang memutuskan yakni Allah Subhanahu Wa-Ta’ala, tentu saja ia tidak akan berubah, bertambah, atau berkurang.

Waktu yang ditetapkan untuk penduduk negeri itu—tulis asy-Syahid Sayyid Quthub—dianugerahkan Allah Subhanahu Wa-Ta’ala kepada mereka supaya mereka menggunakannya untuk bederma dan atas dasar amal mereka ditentukan kesudahan mereka. Bila penduduk negeri itu beriman, berbuat kebajikan, melakukan perbaikan, dan berlaku adil, Allah Subhanahu Wa-Ta’ala akan memperpanjang usianya hingga mereka menyimpang dari semua prinsip-prinsip itu dan tidak ada lagi sedikit cita-cita kebaikan yang tersisa dari mereka. Nah, ketika itulah tiba ajal mereka dan berakhir eksistensinya sebagai satu ummat, baik dengan kepunahan total maupun sementara dengan kelemahan dan kelayuan. Boleh jadi—tulis Sayyid Quthub lebih lanjut—ada yang berkata bahwa “Ada banyak ummat yang tidak beriman, tidak berbuat kebajikan dan perbaikan, tidak juga berlaku adil, namun demikian mereka tetap kuat, kaya dan bertahan.” Apa yang dikatakan itu—tulisnya—tidaklah benar. Karena, niscaya ketika itu masih tersisa bagi ummat yang bertahan itu kebaikan, walaupun hanya dalam bentuk pembangunan material di bumi ini atau kebaikan dalam bentuk keadilan sempit yang mereka perlakukan di tengah masyarakat mereka, atau kebajikan perbaikan material dan ihsan yang terbatas, dan atas dasar adanya sisa kebaikan itulah mereka bertahan hidup hingga kebaikan itu habis dan alhasil mereka pun mencapai kesudahan yang pasti. Ini yakni sunnatullah yang tidak berubah. Setiap ummat ada ajalnya dan tidak ada suatu ummat pun yang sanggup mendahului ajalnya, dan tidak (pula) sanggup mengundurkannya.

Untuk memahami kembali lebih jauh klarifikasi al-Qur’an wacana jatuh bangunnya suatu ummat, rujuklah tadarus & kajian al-Qur’an (QS ar-Ra’d 13: 11) yang telah dirilis dan kita tadarusi serta kaji beberapa waktu yang lalu.

Kata “(يَسْتَأْخِرُونَ) YASTA’KHIRUUN” berarti mundur/menunda. Huruf Ta’ dan Siin pada kata ini bukan berarti meminta, tetapi di sini ia berfungsi sebagai penguat sehingga kata tersebut mengandung makna bahwa bila ketetapan itu tiba maka mereka tidak akan ditangguhkan sesaat pun.

Allah Subhanahu Wa-Ta’ala tidak membinasakan suatu kota dengan penduduknya melainkan setelah cukup alasan yang mengakibatkan mereka patut menerima azab dan setelah pula usai masa yang telah ditetapkan bagi kebinasaan mereka. Tidaklah suatu ummat sanggup mendahului masa binasanya atau menangguhkannya kesatu masa yang lain

Pelajaran yang sanggup dipetik dari kajian ini:

1. Waktu yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa-Ta’ala untuk masyarakat suatu negeri dimaksudkan supaya mereka menggunakannya untuk beramal, dan atas dasar amal mereka ditentukan kesudahan mereka. Bila mereka beriman dan bederma shaleh, dan berlaku adil, maka Allah Subhanahu Wa-Ta’ala akan memperpanjang eksistensinya hingga mereka menyimpang dan ketika itulah tiba masa kehancurannya.


2. Masyarakat yang kafir yang belum mengalami kebinasaan niscaya masih memiliki nilai-nilai baik, boleh jadi semacam keadilan atau syura, yang mengakibatkan mereka masih sanggup bertahan.
3. Setiap orde masyarakat ada ajal (masa berakhir eksistensinya), sebagaimana setiap insan pun ada ajalnya.

Demikian dan semoga bermanfaat,

سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ اَنْ لاَ ِالَهَ اِلاَّ أَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ اِلَيْكَ

Maha suci Engkau wahai Allah, dan dengan pujian-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu serta bertaubat kepada-Mu.


وَالْعَصْرِ ۙ .إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍۙ . إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya insan itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.


Ya Allah, terangilah penglihatan kami dengan Kitab-Mu. Lapangkanlah dada kami dengannya. Bugarkanlah tubuh kami dengan membacanya. Permudahlah urusan kami karenanya. Lancarkanlah mulut kami untuk membacanya. Kuatkanlah jiwa kami dengannya. Percepatlah pemahaman kami tentangnya. Hilangkanlah kesedihan kami dengan bacaannya. Kuatkanlah tekad kami dengannya. Terangilah hati kami karenanya. Berilah kami kemampuan membaca dan menghafal al-Qur'an, serta menguasai aneka macam ilmu yang terkandung didalamnya. Tetapkanlah semua itu dalam hati kami. Dan muliakanlah kami dengan aneka macam kebaikan. Dengan daya dan kekuatan-Mu. Sesungguhnya tiada daya dan kekuatan kecuali dengan derma Engkau wahai Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
أللهم كما مننت علينا بالإيمان فزذنا منه , وكما مننت علينا بالإسلام فزدنا منه , وكما مننت علينا بالعافية فزدنا منها , إلهنا تب علينا توبة نصوحا, إلهنا تب علينا توبة نصوحا, إلهنا تب علينا توبة نصوحا, أللهم يا محول الحول والأحوال حول أحوالنا إلى أحسن حال ياكبير يامتعال , أللهم ارزقنا الإخلاص في طلب العلم وفي نشره وفي جميع الطاعات برحمتك يا ارحم الراحمين , ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار٬ ربنا تقبل منا انك انت السميع العليم، وتب علينا انك انت التواب الرحيم، وصل الله على سيد نا محمد وعلى آله وصحبه و بارك وسلم اجمعين, والحمد لله رب العالمين

Related

Tafsir Al Quran 1194255475442716644

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item