Belajar Perihal Stop Mengeluh

Oleh Himler Usman السلام عليكم ورحمة الله وَبَرَكَاتهُ بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم Sahabat-sa...

A+ A-
Oleh Himler Usman

السلام عليكم ورحمة الله وَبَرَكَاتهُ


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم

Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah

Hidup di kota besar semacam membutuhkan kekuatan kepercayaan dan kekuatan mental. Macet di perjalanan dalam waktu-waktu tertentu yaitu suatu permasalahan yg kadangkala sering kita hadapi.

Tak heran bila untuk sebuah perjalanan, kalau kita tidak menggunakan taktik yang bagus, tidak menggunakan perencanaan yang matang, maka kemacetan akan benar-benar mencuri waktu begitu lama.

Terkadang bisa berjam-jam di jalan. Kalau saja tidak berusaha untuk bening hati, tampaknya sepanjang jalan yang terjadi hanya dongkol dan marah-marah. “Aduh , kapan sampainya! Aduh, kok ini usang banget! Aduh, kok macet terus!” Mungkin ungkapannya menyerupai itu. Aduh dan aduh.

Padahal kata-kata aduh, kalau hanya tanda keluh kesah, sebetulnya tidak menuntaskan masalah. Justru kata-kata yang terlontar itu memperlihatkan ketidaksabaran kita. Apalagi tiba-tiba di pinggir jalan ada kendaraan lain berhenti seenaknya. Kita boleh kecewa dan melihat ini sebagai sesuatu yang harus diperbaiki.

Tetapi, tidak berarti kita harus sengsara dengan marah-marah atau berkeluh kesah. Mata terbeliak dan lisan kadang berucap “Minggir, dong!” Mungkin inginnya menghardik menyerupai itu.

Tetapi, alangkah lebih baiknya jikalau kita menyapa dengan kata yang lemah lembut, “Maaf, Pak! Boleh agak ke pinggir sedikit!” Ungkapan menyerupai ini nampaknya akan lebih ringan ke dalam hati, dari pada melotot dengan menggunakan otot.

Boleh jadi kalau sudah banyak kedongkolan, selain akan banyak berkeluh kesah, juga akan menyebabkan diri lebih emosional. Ini yang paling merugikan. Bagi kita maupun orang lain. Kita harus mengukur kehilangan waktu dalam beberapa menit atau beberapa jam, padahal waktu tersebut sesungguhnya sanggup menjadi perhiasan ilmu dan kemampuan diri kita.

Ada baiknya, selama perjalanan lengkapi diri dengan sumber-sumber ilmu, baik berupa kaset ceramah, nasyid, atau kaset murotal Qur’an. Sumber-sumber ini akan menambah percepatan keilmuan kita, disamping akan menciptakan kita tidak termakan untuk ber-aduh ria. “Aduh, terlambat nih! Aduh, sialan kamu! Aduh, ada yang ketinggalan nih!”

Kata-kata menyerupai ini sebetulnya tidak perlu dikeluarkan! Karena tidak menuntaskan masalah. Lebih baik kita isi dengan do’a : “Ya Allah, semoga saya tiba sempurna waktu, semoga ada jalan keluar dari kemacetan ini”. Kata-kata ini akan lebih produktif dibandingkan dengan kata “aduh”.

Marilah kita meminimalisirkan keluh-kesah menyerupai ini. Apalagi bagi kita pun ada kenikmatan tersendiri bila kita bicara lebih santun. Kesantunan akan menciptakan batin kita lebih ringan dari pada berperilaku emosional.

Lebih dari itu, kelembutan akan bisa menaklukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan kekerasan. Itu sudah bab dari rumusnya. Karena, kalau orang-orang keras dilawan dengan kekerasan, maka itu akan merasa bab dari dunianya.

Tapi, kalau orang-orang yang bertemperamen keras itu diberi kelembutan yang nrimo dari lubuk hati yang paling dalam, Insya Allah mereka akan terbawa lembut juga. Contohnya, orang sekeras Umar bin Khattab atau Khalid bin Walid bisa jatuh tersengkur menagis oleh lembutnya alunan Al-Qur’an.

Berkeluh kesah seringkali menciptakan kita terdramatisasi oleh masalah. Seakan-akan planning dan keinginan kita lebih baik daripada yang terjadi. Padahal, belum tentu. Siapa tahu, di balik insiden yang mengecewakan berdasarkan kita, ternyata sarat dengan sumbangan Allah dan sarat dengan terkabulnya harapan-harapan kita. Tiap melaksanakan kekeliruan, kita ditolong Allah dengan memperlihatkan tuntunan-Nya.

Tuntunan itu tidak harus dengan terkabulnya keinginan yang kita mohonkan. Bisa jadi terkabulnya do’a itu bertolak belakang dengan yang kita minta. Karena Allah Maha Tahu di balik apapun keinginan kita.

Baik keinginan jangka pendek, maupun keinginan jangka panjang. 
Baik kerugian duniawi maupun kerugian ukhrawi. 
Baik kerugian secara bahan maupun secara kerugian mental. Kita tidak bisa mendeteksi secara cermat. Kadang-kadang kita hanya mendeteksinya sesuai dengan keperluan hawa nafsu kita.

Kelihatannya sepele mengaduh ini. Tetapi, itu akan menjadi kualifikasi pengendalian diri kita. Ketahuilah bahwa kualitas seseorang itu tidak diukur dengan sesuatu yang besar-besar, tetapi oleh yang kecil-kecil.

Kalau kita ingin melihat kompleks perumahan yang berkualitas, maka kita lihat saja panjang pendek rumput di halamannya. Kalau berkualitas dan terawat dengan baik, maka rumputnya pun akan nampak terawat dengan baik.

Marilah kita respon setiap insiden demi insiden dengan respon lisan yang positif. Mengapa? Karena setiap respon akan menghipnotis persepsi kita terhadap problem yang kita hadapi dan cara kita menyelesaikannya.

Lebih dari itu akan berdampak pula kepada orang-orang di sekitar kita. Jadi, sapaan-sapaan, teguran-teguran, komentar-komentar, celetukan-celetukan ini harus benar-benar bernilai produktif. Tidak hanya berarti bagi diri kita, tetapi juga bagi orang di sekitar kita.

Apalagi keluh kesah termasuk penyakit hati, yaitu bentuk ketidaksabaran kita dalam mendapatkan ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yang menyatakan bahwa “Siapa saja yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas petaka dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadits qudsi ini, nampaklah bahwa segala apapun yang Allah karuniakan kepada kita, maka kita harus menerimanya dengan ridha. Oleh karenanya, kita tidak perlu banyak mengaduh atau berkeluh kesah.

Sedapat mungkin kurangi aduh-mengaduh ini. Jauh akan lebih produktif jikalau kita optimalkan waktu dengan banyak berdo’a dan menambah kualitas keilmuan diri serta terus menyempurnakan ikhtiar di jalan Allah yang diridhai.

Demikianlah, semoga goresan pena sederhana ini ada manfa'atnya supaya kita tdk banyak mengeluh yg tentu saja akan merugikan diri sendiri.
Wassalam



Related

Siraman Rohani 9216139436570899621

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item