Belajar Wacana Proses Berfikir Insan (Psikologi Umum)

KATA PENGANTAR Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia - Nya yang selalu tercurahkan ke...

A+ A-
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia - Nya yang selalu tercurahkan kepada kita.
Sholawat serta salam kita tujukan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafa'atnya di yaumul akhir.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi kiprah mata kuliah Psikologi Umum, juga dimaksudkan untuk menawarkan wawasan kepada pembaca untuk lebih memenuhi perihal segala sesuatu mengenai Proses Berfikir Manusia.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah benyak kekurangan dan kesalahan, oleh lantaran itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pambaca demi kebaikan dan kesempurnaan yang selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berkhasiat bagi kita semua.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan insan tidak terlepas dari aktifitas berpikir, tapi tak jarang insan yang ketika ditanyakan depinisi dari berpikir itu apa, malah kelimpungan, sikut kiri sikut kanan karna memang tak bisa menjawabnya.
Bila di lihat dari aktifitas berpikir itu sendiri, sanggup kita lihat bahwa dalam berpikir itu. 

Pertama membutuhkan adanya fakta, hal yang jadi objeknya yaitu nyata, bisa berupa benda ataupun yang lainnya, kedua membutuhkan adanya indra, bisa berupa indra penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), pengecap (lidah), dan peraba (kulit), ketiga membutuhkan adanya otak untuk berpikir, tentunya otak disini yaitu otak yang normal/tidak terganggu, yang bisa di gunakan untuk berpikir,  keempat adanya informasi sebelumnya, ini juga merupakan hal penting dalam proses berpikir, lantaran informasi sebelumnya ini akan menjadi faktor penentu pada kesimpulan. Dari paparan diatas bisa kita simpulkan bahwa berpikir itu yaitu suatu proses transfer/memindahkan fakta (benda) melalui indra, ke otak untuk kemudian di olah dan di hasilkan data sesuai dengan informasi yang di peroleh sebelumnya.

Dalam proses mencari akidah, seseorang akan menyampaikan bahwa ilahi itu yaitu materi bila sebelumnya ia berpandangan dan berkyakinan ilahi itu materi, dan seseorang akan berpandangan bahwa ilahi itu Allah bila keyakinannya menyerupai itu. kepercayaan akan kokoh bila di tempuh melalui proses berpikir yang benar, para sobat rosul mempunya keimanan yang begitu kokoh dan berpengaruh dikarnakan dalam proses pencarian akidahnya yaitu melalui proses berpikir yang benar, karna memang kepercayaan islam akan selalu senantiasa selaras dengan fitrah manusia, memuaskan budi pikiran, dan menenangkan jiwa, sehingga tak akan ada yang bisa menyangkalnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian berfikir ?
2. Bagaimana proses berfikir insan ?
3. Bagaimana seseorang sanggup berikir kreatif dan tingkatannya  ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir

Berfikir yaitu termasuk tingkat hidup kejiwaan taraf tinggi oleh lantaran terjadinya proses "berfikir" yaitu lantaran adanya kesadaran dalam diri manusia. Disamping itu "berfikir" yaitu kemampuan kejiwaan yang hanya dimiliki oleh manusia, sedangkan binatang tidak mempunyai kemampuan dalam arti sebenarnya. Kriterium (pembeda) antara makhluk yang disebut "manusia" dengan makhluk yang disebut "binatang" yaitu terletak pada "kemampuan berpikir" ini. 

Berfikir merupakan salah satu fungsi kejiwaan insan yang tidak dimiliki oleh makhluk selain manusia, oleh lantaran itu dengan melalui kemampuan berfikir inilah insan sanggup membuat kemajuan peradaban atau kebudayaan yang selalu berkembang, dan dengan berpikir itu pula insan bisa beragama dan bertingkah laris susila.

"Berfikir" atau "memikir" yaitu perkataan yang mendukung arti yang lebih dalam dan luas, lantaran berfikir atau memikir mengandung maksud mengadakan korelasi antara bahan-bahan pengetahuan yang berada dalam diri manusia. Sedangkan fikiran yaitu suatu kekuatan kerohaniyah untuk menetapkan korelasi antara bahan-bahan pengetahuan itu.

Dengan berfikir insan menemukan persamaan-persemaan, perbedaan-perbedaan antara satu insiden dengan insiden yang lain. Dengan berpikir insan sanggup menganalisa alasannya dan akibat, atau menghubung-hubungkannya dan sebagainya, kemudian menemukan pemecahan persoalan yang sedang dihadapkan kepadanya. Oleh lantaran itu yaitu fungsi kejiwaan yang dinamis yang berproses kearah tujuan tertentu, yang balasannya menetapkan suatu keputusan.    

B. Proses Berfikir

Berfikir yaitu proses kejiwaan (psikologis) yang tejadi bila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan. Proses tersebut secara berturut-turut sanggup diterangkan sebagai berikut :

a. Menetapkan persoalan (problema) : yaitu kita menetapkan problema yang timbul itu yang ada relevansinya (hubungan erat) dengan rangkaian konsep-konsep yang telah ada dalam fikiran kita misalnya, kita telah mengenal apa yang disebut “rumah” yang di dalamnya terdapat bagian-bagiannya menyerupai jendela, kunci, kamar, atap, dinding, juga orang yang menempati  rumah tersebut. Dengan demikian kita telah mempunyai pada diri kita konsep-konsep perihal rumah dengan relevensinya yang ada. Masing-masing dari kepingan dari rumah tersebut merupakan konsep dasar dan dengan pengalaman yang dihayati itu kemudian dihubungan dengan konsep-konsep lain yang tersusun dalam pelbagi kontek (hubungan) yang berkembang dalam kebiasaan-kebiasaan berdasarkan bahasa misalnya, jendela mengakibatkan lukisan jiwa perihal kayu, jenis kayu, warna cat, kunci, bentuknya, engselnya, kaca-kaca dan sebagainya.

b. Menimbang-nimbang hal yang relevant : yaitu sehabis konsep-konsep mulai megembang, dalam alam fikiran kita, maka mulai menghilagkan (meng-abstrakikan) hal-hal yang tidak relevant, kemudian mengingat hal-hal yang mengandung persamaan-persamaan untuk mencari pemecahan-pemecahan masalahnya, contohnya konsep perihal rumah mengakibatkan konsep perihal istana raja, rumah penjara gedung, gedung brtingkat, dan sebagainya.

c. Merumuskan hypotese (dugaan) : yaitu bilamana konsep-konsep telah berkembang berdasarkan konteknya, kita tidak menimbang-nimbang mana yang relevant dan mana yang tidak, melainkan mulailah membentuk hypotese  mana konsep-konsep yang menjadi kunci masalah. Hypotese tersebut dicoba  untuk dihubungkan dengan hal-hal yang mengadung arti bagi pemecahan persoalan yang dihadapi. 

d. Vertivikasi (mlakukan pengecekan) : yaitu hypotese tersebut dibuktikan melalui test atau dilakukan pengecekan pada kenyataan sebenarya. Kadang-kadang pengecekan tersebut harus dilakukan melalui penelitian atau percobaan-percobaan, terutama bilamana masalahnya yaitu bersifat ilmiyah (scientific). Ada kemungkinan juga seorang akhli ilmu pengetahuan untuk embentuk suatu hypotese perlu mengadakan penelitian (research) perihal hal-hal yang masih merupakan teka-teki baginya, akan tetapi research yang dilakukannya itu dipolakan untuk men-test atau men-check tentanng hal-hal yang diduga ada saling kait mengaitnya kosep-konsep dengan fakta yang terdapat di lapangan.    

Pendapat lain mengenai proses berpikir, diantaranya :

1. BERFIKIR : Menggunakan Apa yang Telah Kita Ketahui

Berfikir  sanggup membebaskan diri Anda dari batasan waktu. Anda sanggup memikirkan perjalanan yang pernah anda lakukan tiga tahun lalu, Anda juga sanggup memikirkan pesta yang akan berlangsung ahad depan. Berpikir juga sanggup membawa Anda melewati batas-batas yang ada dalam kehidupan faktual : Anda sanggup membayangkan kuda bertanduk (unicorn), makhluk planet mars, sulap, dan lain-lain. Melalui proses berpikir, kita sanggup menerapkan pengetahuan yang telah kita miliki secara kratif dan arif dalam memecahkan suatu masalah, tanpa perlu secara buta menjalani proses pemecahan persoalan tesebut. 

2. Penalaran Secara Rasional

Penalaran yaitu suatu acara mental yang melibatkan banyak sekali informasi  yang bertujuan untuk mencapai suatu kesimpulan. Berbeda dengan respons spontan atau respon tidak sadar, daypikir mengharuskan kita menggambarkan secara spesifik hasil yang kita sanggup dari proses observasi, fakta, maupun dugaan.

3. Hambatan dalam Penalaran Secara Rasional

Salah satu hambatannya berupa kebutuhan untuk menjadi benar, ketika kita mendasarkan harga diri kita pada memenangkan sebuah argument, kita akan akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda dengan yang kita miliki. Pikiran insan memang sanggup terjebak oleh bias dan kesalahan yang bersama-sama sanggup kita prediksi.

4. Mengukur Inteligensi : Pendekatan Psikometri

Intelegensi yaitu suatu karakteristik dalam diri seseorang yang didapatkan melalui penalaran, umumnya didefinisikan suatu kemampuan untuk mengambil laba dari suatu pengalaman, memperoleh pengetahuan, berfikir secara abstrak, bertindak berdasarkan alasan , atau menyesuaikan diri terhadap peruahan yang terjadi pada lingkungan.
Pendekatan psikometri merupakan pendekatan tradisonal terhadap inteligensi, yang berfokus pada seberapa baik orang sanggup megerjakan tes kemampuan dasar, yang dirancang untuk mengukur kemampuan mempelajari pengetahuan dan keterampilan.

5. Memilih Inlegensi : Pendekatan kognitif

Pendekatan Kognitif mengansumsikan adanya beberapa jenis intelegansi dan mempunyai pengutamaan pada taktik yang dipakai orang ketika berfikir dalam menghadapi suatu persoalan dan menemukan solusi permasalahan tersebut.

6. Proses Berpikir Pada Hewan

Bebrapa ilmuan, terutama mereka yang bergerak pada bidang etologi kogitif, menyatakan bahwa binatang mempunyai kemampuan kognitif yang lebih andal daripada yang kita pikirkan selama ini. Beberapa Hewan bisa memakai benda-benda disekitarnya sebagai alat sederhana. Simpanse mengambarkan adanya kemampuan memahami angka. Beberapa peneliti percaya bahwa monyet dan mungkin beberapa jenis binatang lainnya mempunyai beberapa aspek teori berpikir, yakni pemahaman mengenai proses berpikir pada diri sendiri dan pada binatang lainnya.
Setelah melalui rangkaian training pada beberapa percobaan dan memakai simbo-simbol visual dan American Sigh Language (ASL), primata berhasil mempunyai kemampuan linguistik. Beberapa jenis binatang (termasuk binatang nonprimata) bisa memakai hukum tata bahasa sederhana untuk berkomunikasi dan memahami arti suatu komunikasi. Meskipun demikian, para ilmuan belum mencapaikesepakatan perihalcara menginterpretasikan banyak sekali studi terkait kognitif hewan.
      
C. Tingkat-Tingkat Berfikir Manusia

Sesuai dengan perkembangan kemampuan kecerdasan, insan dalam berfikir megalami tingkat-tingkat kesadaran. Frohn, salah spesialis dari fatwa Keulen, Jerman, dari hasil penyelidikannya menyimpulkan bahwa tingkat-tingkat berfikir insan ada tiga macam : 

1. Tingkat konkrit yaitu melalui bayang-bayang (tanggapan) khusus yang terjadi lantaran pengamatan panca indera, yang bersifat konkrit. Dalam berfikir tingkat ini kesadaran akan adanya korelasi antara yang satu dengan yang lain belum ada, contohnya baying-bayang (tanggapan) hanya khusus mengenai satu benda satu benda saja yang pernah diamati. Tingkat ini dialami oleh belum dewasa masih belum bisa menyusun pengertian untuk menguasai bayang-bayang yang ada di dalam fikirannya. Itulah sebabnya belum dewasa belum sanggup berfikir degan cepat. Dengan kata lain anak berfikir memerlukan peragaan benda-benda konkrit.

2. Tingkat skhematis (bagan) yaitu tingkat dimana bayang-bayang (tanggapan) tidak lagi begitu konkrit. Orang telah mempunyai gambaran-gambaran (bayang-bayang) umum oleh lantaran itu orang telah sanggup membandingkan keadaan atau sifat-sifat dari banyak sekali benda yang pernah diamati.

3. Tingkat aneh yaitu tingkat dimana orang telah memakai pengertian yang terbagi atas golongan-golongan. Dalam proses berfikirnya, orang tidak lagi membayangkan benda-benda. Alam fikirannya telah penuh dengan pengertian umum sebagai bahasa, sedangkan di dalam jiwanya telah terdapat kekuatan jiwa untuk menyusun pengertian-pengertian berdasarkan arah yang ditentukan oleh problema (soal) yang harus diselesaikan. Antara pengertian-pengertian terdapat hubungan-hubungan yang telah kuasai, menyerupai adanya korelasi alasannya akibat, persamaan, perbedaan dan sebagainya.

D. Problem Solving

Secara umum sanggup dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu ada kaidah atau hukum (rules) yang akan membawa seseorang kepada pemecahan persoalan tersebut. Aturan ini akan menawarkan petujuk untuk pemecahan masalah. Banyak hukum atau kaidah dalam memecahkan masalah. Ada dua hal yang pokok, yaitu hukum atau kaidah algoritma dan horistik.
Algoritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila hukum ini dikuti dengan benar  maka akan ada jaminan adanya pemecahan tehadap masalahnya. Misalnya apabila seseorang harus mengalikan dua bilangan, maka apaila orang yang bersangkutan mengikuti hukum dalam hal perkalian dengan benar, akan adanya jaminan orang tersebut memperoleh hasil terhadap pemecaha masalahnya.
Kaidah horistik merupakan taktik yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah, yang mengarah pada pemecahan masalahnya tetapi tidak menawarkan jaminan atau kesuksesan.   

E. Cara Penarikan Kesimpulan

Tujuan berpikir yaitu mencari pemecahan persoalan yang dihadapi. Berdasarkan data yang ada maka ditariklah kesimpulan sebagai pendapat yang tamat atas data atau pendapat-pendapat yang mendahului.
Dalam penarikan kesimpulan orang sanggup menempuh bermacam-macam cara, yaitu: 

1) Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi

Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar adanya kesamaan dari suatu keadaan atau insiden dengan keadaan atau insiden yang lain. Dilihat dari jalannya berpikir, kesimpulan ini ditaik dari khusus ke khusus, sebagai contoh: anak pada suatu hari melihat kulit rambutan dimuka rumah sewaktu ia tiba dari sekolah, dan ternyata sehabis masuk ke dalam rumah nenek tiba dari desa. Lain kali waktu anak melihat kulit rambutan di muka rumah, ternyata nenek tiba lagi. Berdasarkan atas kejadian-kejadian itu sewaktu anak tiba dari sekolah dan melihat kulit rambutan di muka rumah, anak mengambil kesimpulan nenek datang. Kesimpulan ini ditarik lantaran adanya kesamaan atau adanya analog dari insiden yang satu dengan insiden yang lain.
    
2) Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif

Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif, yaitu kesimpulan yang ditarik dari insiden menuju ke hal yang brsifat umum, atau dari hal-hal yang khusus menuju ke hal yang bersifat umum. Misalnya: besi dipanasi mengembang, kuningan dipanasi mengembang. Atas dasar peristiwa-peristiwa tersebut ditariklah kesimpulan yang brsifat umum, yaitu bahwa logam apabila dipanasi mengembang.

3) Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif

Kesimplan atas dasar cara deduktif, yaitu kesimpulan kesimpulan yang ditarik atas dasar dari hal yang umum ke hal yang bersifat khusus atau peristiwa.
Salah satu bentuk penarikan kesimpulan secara deduktif ialah dengan silogisme, yaitu merupakan penarikan kesimpulan yang tidak langsung, artinya memakai perantara. Dalam silogisme yang dijadikan mediator yaitu term tengah (midle term). 
Pada silogisme didapati ada tiga pendapat, yaitu (1) pendapat pertama yang mengandung pengertian umum yang disebut premis mayor, (2) pendapat kedua yang mengandung pengertian khusus yang disebut premis minor, (3) pendapat yang terakhir yaitu merupkan kesimpulan. 

F. Berfikir Kreatif

Dalam problem solving seseorang mencari pemecahan dalam persoalan yang dihadapi. Namun dalam persoalan berpikir seseorang akan menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum terdapat. Hal ini sanggup dijumpai contohnya dalam diri seorang menulis cerita, ataupun paa seorang ilmuan, ataupun pada bidang-bidang lain. Ini sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative thinking). Dengan berfikir kreatif orang membuat sesuatu yang baru, timbulnya dan munculnya hal gres tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight. Sebenarnya apa yang dipikirkan itu telah berlangsung, namun belum memperoleh suatu pemecahan, dan persoalan itu tidak hilang sama sekali, tapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang pada suatu waktu memperoleh pemecahan. 

G. Tingkatan-Tingkatan dalam Berfikir Kreatif

Dalam berfikir kreatif ada beberapa tingkatan atau stage hingga seseorang mempeoleh sesuatu hal hang gres atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan itu adalah:
1) Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah, dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berkhasiat dalam memperoleh pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang dipikirkan itu tidak segera memperoleh pemecahannya, tatapi soal itu tidak hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam diri individu yang bersangkutan. Hal ini menyangkut fase atau tingkatan kedua yaitu fase inkubasi.
2) Tinngkat inkubasi, yaitu berlangsungnya persoalan tersebut dalam jiwa seseorang, lantaran individu tidak segera memperoleh pemecahn masalah.
3) Tingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah, orang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba memperoleh pemecahan tersebut.
4) Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diproleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila tidak cocok kemudian meningkat pada tingkat berikutnya yaitu
5) Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya. 

H. Sifat-Sifat Orang yang Berfikir Kreatif

Orang yang berfikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya yang merupakan original person, yaitu:
1) Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks.
2) Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas.
3) Dalam judgment-nya lebih mandiri.
4) Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive).
5) Menolak suppression sebagai prosedur control.

I. Hambatan dalam Proses Berfikir

Dalam proses berfikir adanya titik tolak yang dijadikan titik awal dalam berpikir itu. Berfikir bertitik tolak pada pada persoalan yang dihadapi seseorang. Hal-hal atau fakta-fakta sanggup dijadikan titik tolak dalam pemecahan masalahnya. Dalam proses berfikir tidak selalu berfikir mudah, sering menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berfikirnya. Sederhana tidaknya dalam memecahkan persoalan bergantung pada persoalan yang dihadapinya. Memecahkan persoalan dalam hitungan 6 x 7 akan jauh lebih gampang apabila memecahkan persoalan soal-soal statistika misalnya. Hambatan-hambatan yang mungkin  timbul dalam proses berfikir sanggup disebabkan antara lain karena:
1. Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diproleh.
2. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berfikir.
Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan kendala dalam proses berfikir seseorang, lebih-lebih jika datanya bertentangan yang satu dengan yang lain, contohnya dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya suatu masalah, lengkap tidaknya data akan sanggup membawa sulit tidaknya dalam proses berfikir seseorang.


BAB III
KESIMPULAN

1. "Berfikir" atau "memikir" yaitu perkataan yang mendukung arti yang lebih dalam dan luas, lantaran berfikir atau memikir mengandung maksud mengadakan korelasi antara bahan-bahan pengetahuan yang berada dalam diri manusia. Sedangkan fikiran yaitu suatu kekuatan kerohaniyah untuk menetapkan korelasi antara bahan-bahan pengetahuan itu.
2. Berfikir yaitu proses kejiwaan (psikologis) yang tejadi bila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan. Proses tersebut secara berturut-turut sanggup diterangkan sebagai berikut :
a. Menetapkan persoalan (problema)
b. Menimbang-nimbang hal yang relevant 
c. Merumuskan hypotese (dugaan) 
d. Vertivikasi (mlakukan pengecekan)
3. Berpikir kreatif (creative thinking) orang membuat sesuatu yang baru, timbulnya dan munculnya hal gres tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight. Sebenarnya apa yang dipikirkan itu telah berlangsung, namun belum memperoleh suatu  pemecahan, dan persoalan itu tidak hilang sama sekali, tapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang pada suatu waktu memperoleh pemecahan.
Dalam berfikir kreatif ada beberapa tingkatan atau stage hingga seseorang mempeoleh sesuatu hal hang gres atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan itu adalah:
a. Persiapan (preparation)
b. Tinngkat inkubasi
c. Tingkat pemecahan atau iluminasi
d. Tingkat evaluasi
e. Tingkat revisi


DAFTAR PUSTAKA

M. Arifin.  1976. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia.  Jakarta : Bulan Bintang.

Bimo Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogjakarta : ANDI OFFSID.

Carole Wade, Carol Tavris. 2007. Psikologi edisi ke-9. Jakarta : Penerbit  Erlangga.

Related

Psikologi Umum 8911873507638832600

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item