Belajar Perihal Dinasti Abbasiyah (Sejarah Peradaban Islam)

Oleh : Mey Rida Yanti, Meriavina Vivi A., Huda Tiyas Pamuji, Syaiful Anwar KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alla...

A+ A-
Oleh : Mey Rida Yanti, Meriavina Vivi A., Huda Tiyas Pamuji, Syaiful Anwar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia - Nya yang selalu tercurahkan kepada kita.
Sholawat serta salam kita tujukan kepada nabi Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafa'atnya di yaumul akhir.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi kiprah mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam”, juga dimaksudkan untuk memperlihatkan wawasan kepada pembaca untuk lebih memenuhi perihal segala sesuatu mengenai “Dinasti Abbasiyah”.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan, oleh alasannya ialah itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kebaikan dan kesempurnaan yang selanjutnya.
Semoga makalah  ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 

Pemerintahan Islam sesudah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin berubah  menjadi dinasti/ kerajaan. Sejak ketika itu kepemimpinan Islam diperebutkan oleh banyak sekali golongan. Hal ini mengakibatkan banyak perpecahan antar umat Islam. Ketika itu berdirilah Dinasti Umayyah (40 H/661 M- 132 H/750 M) sebagai sentra khilafiyah Islam sesudah kepemimpinan Khulafaur  Rasyidin. Setelah Dinasti Umayyah dihancurkan oleh keluarga Abbas, maka berdirilah Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini merupakan puncak/ zaman keemasan Islam. Karena pada ketika pemerintahan Dinasti Abbasiyah, banyak sekali aspek kehidupan masyarakat berkembang sangat pesat. 

Dalam makalah ini dibahas sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah serta perkembangan-perkembangannya di banyak sekali bidang. Hal ini dikarenakan Bani Abbasiyah merupakan zaman khilafiyah Islam yang sangat penting dalam perjalanan sejarah umat Islam dan merupakan zaman keemasan Islam.

B. Rumusan Masalah 

1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2. Bagaimana perkembangan pemerintahan Dinasti Abbasiyah di banyak sekali bidang?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah (750 M/132 H)

Kekuasaan Dinasti Abbasiyah merupakan lanjutan dari kekuasaan Dinasti Umayyah yang telah dihancurkannya. Dinamakan Dinasti Abbasiyah alasannya ialah para pendiri dan penguasa dinasti ini ialah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas.  Berdirinya Dinasti Abbasiyah tidak lepas dari munculnya banyak sekali problem di periode-periode terakhir Dinasti Umayyah. Karena banyaknya problem tersebut, yang kemudian menjadi momentum yang tepat untuk menjatuhkan dinasti Umayah yang dimotori oleh Abu Abbas. Selain itu, Dinasti Umayah kadang terjadi perlakuan yang tidak adil pada Bani Abbas dan mengakibatkan benih ketidak puasan di hati mereka.

Kesempatan ini dipakai oleh Bani Abbas untuk melancarkan propaganda. Dalam melaksanakan propaganda nama Bani Abbas tidak di tonjolkan tapi yang di angkat ke permukaan ialah nama Bani Hasyim, hal ini dilakukan untuk menjaga kekompakan antara pengikut Ali dan pengikut Abbas. Muhammad bin  Abdul Muthalib merupakan seorang propagandis aktif, kemudian sesudah ia wafat, kepemimpinannya di teruskan putranya yaitu Ibrahim al-imam.  

Tempat yang ditetapkan sebagai sentra propaganda kelompok Abbasiyah ialah Khurasan dan Kufah, tempat ini di pilih alasannya ialah termasuk tempat Persia dan nampak sangat strategis. 

Gerakan yang digalang oleh keluarga al-Abbas ini bahwasanya awalnya bersifat rahasia, kemudian berlanjut secara terang-terangan alasannya ialah merasa menerima proteksi dari banyak rakyat. Ibrahim al-imam tokoh utama gerakan Abbasiyah ditangkap di kampungnya, Humaima, dan dijebloskan ke penjara. Segala cara dilakukan termasuk paksaan biar beliau buka mulut, akan tetapi hingga mati terbunuh, al-imam tetap merahasiakan misi dari gerakannya.

Kemudian Abu Muslim mulai mengerahkan pasukan untuk menggempur pasukan Marwan, itu di lakukan alasannya ialah tersiar kabar terbunuhnya Ibrahim al-Imam dalam penjara (749 M). Dalam pertempuran sengit itu, pasukan Marwan mengalami kekalahan yang sangat berat. Khalifah Marwan melarikan diri ke Damaskus, kemudian terus ke Mesir dan jadinya terbunuh disana. 

Marwan ialah khalifah terakhir Bani Umayyah. Demikian berakhirlah riwayat Dinasti Umayyah kemudian lahirlah Dinasti gres yaitu Dinasti Abbasiyah yang didirikan pada tahun 750 M/132 H oleh Abu Abbas Al-Safah.

Abu Abbas al-Safah mendapatkan bai’at pertama sebagai khalifah  Bani Abbasiyah pada 28 November 749 M. Pembai’atan itu sangat penting dan menyejarah menuju babak gres dinasti Abbasiyah. Arti penting pembai’atan merupakan penobatan yang dilakukan oleh rakyat, dan merupakan satu-satunya pegangan yang niscaya bagi seseorang untuk menaiki tahta khalifah. 

Ada beberapa faktor keberhasilan pendirian Dinasti Bani Abbasiyah yaitu:

Pertama, solidaritas kekeluargaan. Kesuksesan para propogandis dalam perjuangan mewujudkan berdirinya khalifah Bani Abbasiyah ialah mereka berhasil menyadarkan umat islam, bahwa bani Abbas ialah keluarga yang bersahabat dengan keluarga Nabi SAW.
Kedua, alasannya ialah lemahnya Bani Umayyah. Kelemahannya ini antara lain timbulnya banyak sekali penberontakan dari golongan kawarij, syi’ah, Ibnu Zubair dan dari Bani Abbas sendiri.
Ketiga, Bani Umayyah bercorak Arab sentris. Karena kebijakan Bani Umayyah awalnya bertumpu pada orang-orang Arab dan orang non Arab tidak disamakan derajatnya.
Keempat, kekuatan militer. Perjuangan Bani Abbasiyah tidak bisa lepas dari kekuatan militer yang tumbuh luar biasa besarnya, Mengajak orang-orang yang gres masuk islam untuk bergabung di dalamnya. 
Dalam pemerintahan Abbasiyah terdapat 37 Khalifah yang memimpin, tapi dalam masa kejayaan Abbasiyah terletak pada 10 Khalifah, yaitu : Abu Abbas al-Saffah (750 M), Abu Ja’far Al-Mansur (754 M), Mahdi bin Al-Mansur (775 M), Hadi bin Mahdi (785 M), Harun al-Rasyid (786 M), Al-Amin (809), Al-Ma’mun (813 M), Al-Mu’tashim (833 M), Al-Watsiq (842 M), dan Al-Mutawakkil (847 M). 

 B. Perkembangan Politik Dinasti Abbasiyah

Jatuhnya Dinasti Umayyah yang menelan korban jiwa besar dari kalangan Dinasti Umayyah sekaligus sebagai tonggak awal berdirinya Dinasti Abbasiyah. Beberapa langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintahan Abbasiyah antara lain sebagai berikut:

1. Melenyapkan kekuatan Dinasti Umayyah yang tersisa. 

Pada ketika itu kekuasaan Bani Umayyah yang sudah lemah berpusat di Damaskus, di bawah pemerintahan khalifah Marwan II, khalifah terakhir dari Dinasti Umayyah. Adanya kekuatan Bani Umayyah yang tersisa menjadikan Abul Abbas menyiapkan suatu pasukan elit yang terdiri dari laskar-laskar pilihan di bawah pimpinan Abdullah bin Ali, paman Abul Abbas sendiri. Setelah menjalani beberapa pertempuran, jadinya khalifah Marwan II terbunuh oleh pasukan Abbasiyah yang dipimpin oleh Saleh bin Ali pada bulan Agustus 750 M.

2. Memadamkan upaya-upaya gerakan pemberontakan. 

Ada tiga bentuk bahaya gres yang dihadapi oleh khalifah al-Mansur, khalifah kedua yang dipandang sebagai Pembina dinasti Abbasiyah. Ketiga gerakan tersebut ialah gerakan Abdullah bin Ali, gerakan Abu Muslim al-Khurasany, dan gerakan/ pemberontakan yang dilakukan oleh kalangan Syi’ah. Ketiga bahaya ini merupakan bahaya internal pemerintahan dinasti Abbasiyah. 
Berdasarkan perubahan referensi pemerintahan dan politik, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode.

1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M) atau periode imbas Persia pertama.
Ada 10 khalifah yang memerintah pada masa ini, yaitu : Abu Abbas al-Saffah, Abu Ja’far Al-Mansur, Mahdi bin Al-Mansur, Hadi bin Mahdi, Harun al-Rasyid, Al- Amin, Al- Ma’mun, Ibrahim, Al-Mu’tashim, Al-Wasiq. Telah dikatakan pada awal pembahasan bahwa salah satu cirri pemeritahan Abbasiyah ialah adanya unsure non Arab yang menghipnotis pemerintahannya menyerupai Persia dan Turki. Pada awal pemerintahannya Abbasiyah lebih cenderung menyerupai pemerintahan Persia dimana raja memiliki kekuasaan absolute menerima mandat dari Tuhan. Masa inilah yang mengantarkan Abbasiyah pada puncak  kejayaan. 

2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M) atau periode imbas Turki pertama. 
Kebijakan Khalifah al-Mukasim (833-842 M.), untuk menentukan anasir Turki dalam ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia, pada masa al-Makmun dan sebelumnya, khalifah al-Mutawakkil (842-861 M.) merupakan awal dari periode ini ialah khalifah yang lemah.
Faktor-faktor penting yang mengakibatkan kemunduran Bani Abbasiyah pada periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua, profesionalisasi tentara mengakibatkan ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan alasannya ialah beban pembiayaan tentara sangat besar. Setelah kekuatan militer merosot, khalifah tidak sanggup lagi memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055M), masa kekuasan dinasti Buwaihiyah dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa imbas Persia kedua. 
Posisi Bani Abbasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihiyah merupakan ciri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih jelek ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih alasannya ialah Bani Buwaihiyah menganut ajaran Syi’ah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji. Sementara itu Bani Buwaihiyah telah membagi kekuasaanya kepada tiga bersaudara. Ali menguasai wilayah penggalan selatan Persia, Hasan menguasi wilayah penggalan utara, dan Ahmad menguasai wilayah al-Ahwaz, Wasit, dan Baghdad. Baghdad dalam periode ini tidak sebagai sentra pemerintahan Islam, dikarenakan telah pindah ke Syiraz, dimana berkuasanya  Ali bin Buwaihi.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa imbas Turki kedua. 
Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Saljuk dalam Daulah Abbasiyah. Kehadirannya atas naungan khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah memang sudah membaik, paling tidak alasannya ialah kewibawannya dalam bidang agama sudah kembali sesudah beberapa usang dikuasai orang-orang Syi’ah

5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari imbas dinasti lain.
Telah terjadi perubahaan besar-besaran dalam periode ini. Pada periode ini, khalifah Bani Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah memperlihatkan kelemahan politiknya, pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad tanpa perlawanan pada tahun 656 H./   1256 M. 

C. Perkembangan Ekonomi Dinasti Abbasiyah

Sektor ekonomi menjadi penopang penting tegaknya suatu pemerintahan, maka khalifah Bani Abbasiyah memperlihatkan perhatian serius. Perhatian yang tinggi di sector ekonomi, menjadikan negara sanggup menghasilkan devisa yang banyak untuk kesejahteraan umat. Tercatat dalam sejarah bahwa pendapatan Negara pada khalifah al-Rasyid telah mencapai 227 juta dirham 4 juta dinar per tahun. Prestasi ini pada pemerintahan daulat Abbasiyah merupakan puncak kemajuan di bidang ekonomi. Unsur-unsur ekonomi yang dikembangkan zaman dinasti Abbasiyah ialah sebagai berikut: 

1. Pertanian.

Pada masa dinasti Abbasiyah berlangsung pemerintahannya, para petani dibina dan diarahkan, serta pajak bumi mereka diringankan. Bahkan di beberapa tempat tertentu mereka dihapuskan dari beban pajak. Para petani diperlakukan dengan baik, hak-hak mereka dijaga dan mereka dilindungi dari praktek-praktek ekonomi yang merugikan. Selain itu khalifah juga berusaha memperluas areal pertanian, membangun irigasi, dan mengairi susukan untuk menyalurkan air ke areal pertanian.

2. Perindustrian.

Ada beberapa faktor yang mendukung kemajuan sektor industri ini, antara lain ialah adanya potensi alam berupa barang  tambang, perak, tembaga, bijih besi, dan lain-lain, serta hasil pertanian sebagai materi baku industri, potensi alam wilayah Abbasiyah cukup menjanjikan untuk mendukung ekonomi bani Abbasiyah. Selain itu, juga adanya perjuangan alih tehnologi industri, contohnya yang dilakukan oleh tawanan serdadu China yang dikalahkan dalam pertempuran di Asia tengah tahun 751 H. khalifah mengadakan proyek alih tehnologi dari mereka, khususnya industri kertas. Dari sini kemudian muncul kota-kota industri dan kota cosmopolitan dengan beraneka hasil industrinya, menyerupai tekstil, sutra, wol, gelas, dan keramik. 

3. Perdagangan. 

Di sektor perdagangan, memperlihatkan kemajuan yang pesat. Ibu kota pemerintahan Abbasiyah, yaitu Baghdad, menjadi kota sentra perniagaan atau perdagangan, serta kota transit yang menghubungkan kemudian lintas perdagangan antara barat dan timur jauh. Di sini dibuka perwakilan dagang India dan China.  Suatu hal yang menarik untuk kelancaran perdagangan ialah tumbuhnya semacam sistem perbankan. Sistem ini dimaksudkan untuk tempat penukaran uang, alasannya ialah tempat penggalan timur dan barat tidak memakai mata uang yang sama. 

D. Perkembangan Administrasi Dinasti Abbasiyah  

Secara administratif,  ada bidang-bidang yang semula sudah ada semenjak masa bani Umayyah, tapi juga dilakukan upaya pengembangan dan penyempurnaan sehingga fungsi administratif biar pemerintahan sanggup berjalan dengan baik.

Pembaharuan yang paling tampak ialah berpindahnya ibu kota Negara sebagai sentra acara manajemen ke Baghdad. Di samping itu, dalam penyelenggaraan administrasi, dikenal adanya jabatan wazir (perdana menteri) yang membawahi kepala-kepala departemen. Wazir terbagi menjadi 2 bagian, yaitu wazir yang bertugas sebagai pembantu khalifah dan bekerja atas nama khalifah, jabatan itu dikenal dengan nama Wizaratut Tanfiz, dan wazir yang diberi kuasa penuh untuk memimpin pemerintahan, yang berjulukan Wizaratut Tafwidh. Karena itulah khalifah cukup terbantu dengan kedudukan wazir-wazir ini. 

Selain itu dibuat pula diwan al-kitabah (semacam sekretariat negara yang dipimpin oleh seorang Rais al-kuttab (sekretaris Negara). Terdapat juga semacam departemen (diwan) yang dipimpin oleh Rais al-diwan (menteri departemen-departemen), menyerupai menteri yang bertugas untuk membantu wazir dalam menjalankan pemerintahan. Pada masa Abbasiyah terdapat lebih dari 13 bidang departemen. 

Kekuasaan pemerintahan dinasti Abbasiyah dibagi ke dalam beberapa propinsi (imarah), dan setiap imarah dipimpin oleh seorang gubernur. Propinsi-propinsi tersebut yaitu 1) Kufah dan Sawwad, 2) Bashrah dan daerah-daerah Dajlah, Bahrein dan Uman, 3) Hijaz dan Yamamah, 4) Yaman, 5) Ahwaz yang mencakup Khuzistan dan Cattan, 6) Parsi, 7) Khurasan, 8) Mosul, 9) Jazirah, Armania, Azerbaijan, 10) Suriah, 11) Mesir dan Afrika, dan 12) Sind. 

E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dinasti Abbasiyah 

Pada zaman dinasti Umayyah, umat Islam berhasil melaksanakan perluasan secara besar-besaran ke banyak sekali wilayah. Di antara wilayah-wilayah tersebut terdapat sejumlah kota yang merupakan sentra pengembangan tradisi ilmiah Yunani, India, dan Persia, yaitu kota Aleksandria di Mesir, Jundisyapur di Irak, Bachtra di Syiria, Edessa, Harran, serta Nisibis. Kota-kota ini kemudian menjadi penggalan dari wilayah Islam. Karena umat islam bisa menguasai kota-kota tersebut dan Islam dengan tradisi ilmiah. Persentuhan antara umat Islam dan keilmuan itu terlihat lebih konkret dengan adanya bentuk penerjemahan-penerjemahan ke bahasa arab yang didahului ke dalam bahasa Syiria.  

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, forum pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya, sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. 

Pada masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun, pengganti Al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta pada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku absurd mulai digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Nasrani dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting ialah pembangunan Bait al-Hikmah, sentra penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai menjadi sentra kebudayaan dan ilmu pengetahuan. 

Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalilfah Ja’far al-Mansur, sesudah ia mendirikan kota Bagdad (144 H/762 M) dan menjadikannya sebagai ibu kota negara. 

Bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang ada dua yaitu ilmu Naqli dan ilmu Aqli. Ilmu Aqli ialah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio), antara lain:

1. Filsafat

Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa dinasti Bani Abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk pemikiran. Diantara tokoh yang memberi andil dalam perkembangan ilmu dan filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.

2. Ilmu Kedokteran

Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang populer dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina. Karya dari ibnu sina yang monumental berupa ensiklopedi dalam ilmu kedokteran pada kala kedua belas.

3. Ilmu Kimia

Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin. Dalam bidang ini mereka memperkenalkan eksperimen obyektif. Hal ini merupakan suatu perbaikan yang tegas dari cara spekulasi yang ragu-ragu dari Yunani. Mereka melaksanakan investigasi dari gejala-gejala dan mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk menciptakan hipotesa dan untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar menurut ilmu pengetahuan diantara tokoh kimia yaitu: Jabir ibn Hayyan, Ar-Razi.

4. Ilmu Hisab

Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah ialah ilmu hisab atau matematika. Ilmu ini berkembang alasannya ialah kebutuhan dasar pemerintahan untuk menentukan waktu yang tepat. Dalam setiap  pembangunan semua sudut harus dihitung denga tepat, supaya tidak terdapat kesalahan dalam pembangunan gedung-gedung dan sebagainya. Tokohnya ialah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, Umar al-Khayyam.

5. Ilmu Tarikh dan Geografi (Ilmu Bumi)

Masa Abbasiyah banyak melahirkan pengarang dan hebat sejarah diantaranya Al-Waqidy, Al-Maudy dan Al-Thobari. Dalam ilmu geografi (ilmu bumi) Ibnu Khurzdazbah, telah meninggalkan buku geografinya “Al-Masalik wa al-Mamalik”. Ilmu geografi terjadi alasannya ialah korelasi kota Bagdad sebagai ibukota negara dengan negara-negara lain.

6. Astronomi

Pada tahun 213 H/ 828 M,  al-Makmun mendirikan observatorium pertama di Baghdad. Tokoh astronomi Islam pertama ialah Ibrahim al-Fazari dan dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazari banyak hebat astronomi yang bermunculan diantaranya ialah al-Farghani, al-Battani, al-Biruni.

Sedangkan ilmu Naqli ialah ilmu yang bersumber dari naqli ( Al-Qur’an dan Hadits), ilmu-ilmu itu antara lain: 

1. Ilmu Kalam

Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam alasannya ialah dua factor: pertama, untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, alasannya ialah semua problem termasuk problem agama telah berkisar dari referensi rasa kepada referensi nalar dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali, Sajastani dan lain-lain. 

2. Ilmu Hadis

Diantara tokoh yang populer di bidang ini ialah imam bukhari, hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, bubuk daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i. Ada tiga hal yang dilakukan Ulama masa Dinasti Abbasiyah yaitu 1) melaksanakan acara rihlah untuk mengumpulkan hadist dari para perawi, 2) menciptakan penjabaran hadis pada yang marfu’, mauquf’, dan maqtu’, 3) menghimpun kritik-kritik hadist. 

3. Ilmu Tafsir

Terdapat dua cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Pertama, metode tafsir bil ma’tsur yaitu metode penafsiran oleh sekelompok mufassir dengan cara member penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan klarifikasi para sahabat. Tokoh-tokoh mufasir pada metode ini ialah : Ibn Jarir at-Thabary, Ibn Athiyah al-Andalusi, As-Suda. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi yaitu penafsiran al-Qur’an dengan memakai nalar lebih banyak dari pada hadits. Tokohnya ialah : Abu Bakar Asma dan Abu Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany. 

4. Ilmu Fiqih

Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa bani abbasiyah bisa menyusun kitab-kitab fiqih populer hingga ketika ini misalnya, imam Abu Hanifah menyusun kitab musnad al-Imam al-a’dzam atau fiqih al-akbar, imam Malik menyusun kitab al-muwatha’, imam Syafi’i menyusun kitab al-Umm dan fiqih al-akbar fi al tauhid, imam Ibnu Hambal menyusun kitab al musnad ahmad bin hambal. 

5. Ilmu Tasawuf

Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi mengakibatkan gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain menyerupai tasawuf. Tokoh sufi yang populer yaitu : Al-Qusyairi menyusun kitab al-Risatul Qusyairyah, Syahabuddari kitab karangannya adalah  Awariffu Ma’arif, Imam al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf ialah Ihya’ Ulum al-din. 


BAB III
KESIMPULAN

A. Pendirian Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berdiri pada tahun 750 M/ 132 H oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. . 
Beberapa faktor keberhasilan pendirian Dinasti Bani Abbasiyah yaitu:
1. solidaritas kekeluargaan.
2. karena lemahnya Bani Umayyah.
3. Bani Umayyah bercorak Arab sentris. 
4. kekuatan militer. 
Dalam pemerintahan Abbasiyah terdapat 37 Khalifah yang memimpin, tapi masa kejayaan Abbasiyah terletak pada 10 Khalifah, yaitu : Abu Abbas al-Saffah (750 M), Abu Ja’far Al-Mansur (754M), Mahdi bin Al-Mansur (775 M), Hadi bin Mahdi (785 M), Harun al-Rasyid (786 M), Al-Amin (809), Al-Ma’mun (813 M), Al-Mu’tashim (833 M), Al-Watsiq (842 M), dan Al-Mutawakkil (847 M).

B. Kemajuan Dinasti Abbasiyah

Perkembangan Politik Dinasti Abbasiyah
Berdasarkan perubahan referensi pemerintahan dan politik, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode, yaitu 
1. periode pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M) atau periode imbas Persia pertama, 
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M) atau periode imbas Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055M), masa kekuasan dinasti Buwaihiyah dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa imbas Persia kedua. 
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa imbas Turki kedua. 
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari imbas dinasti lain.
Perkembangan Ekonomi Dinasti Abbasiyah mencakup pertanian, perindustrian,dan perdagangan. 
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dinasti Abbasiyah
Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum (ilmu aqli) yang berkembang antara lain:
1. Filsafat
2. Ilmu Kedokteran
3. Ilmu Kimia
4. Ilmu Hisab
5. Sejarah
6. Ilmu Bumi
7. Astronomi,
sedangkan, dalam pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan (ilmu naqli) antara lain:
1. Ilmu Hadis
2. Ilmu Kalam
3. Ilmu Tafsir
4. Ilmu Fiqih
5. Ilmu Tasawuf

DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Istianah Abu. Sejarah Peradaban Islam, 2008. Malang: UIN- Malang Press.
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. 2011. Yogyakarta: Teras. 
Sunanto, Musrifah. Sejarah Islam Klasik. 2003. Jakarta: Kencana. 
Supriyadi, Dedi.  Sejarah Peradaban Islam. 2008. Bandung: CV Pustaka Setia. 
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. 1993. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 
http//F:/referensi%20download%27an%20new/makalah-sejarah-peradaban-islam.html

Related

Sejarah Peradaban Islam 2954947220605605903

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item