Belajar Perihal Waspadalah Terhadap Hawa Nafsu Kita

Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ. Al...

A+ A-
Oleh Himler Usman

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.

Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selal u menyuruh kpd kejahatan, kecuali nafsu yg diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (Qs. Yusuf 53)

Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman :

إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى

" Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan Sesungguhnya Telah tiba petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (Qs. An-Najm 23)

Sahabat-sahabatku yg dirahmati Allah

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah, kita memujinya dan meminta pertolongan serta meminta ampun kepada-Nya. Kita berlindung dari keburukan jiwa-jiwa kita serta kejelekan amal perbuatan kita barang siapa yang di beri petunjuk oleh Allah maka tidak aka nada yang bisa menyesatkannya dan barang siapa yang di sesatkan maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.

Rasulullah selalu meminta pertolongan kepada Allah dari kejahatan secara umum dan dari apa yang muncul darinya yaitu berupa amal-amal serta dari akhir hal itu yang berupa perkara-perkara yang tidak disukai dan berupa siksaan-siksaan.

Beliau mengumpulkan permohonan pertolongan dari kejahatan jiwa dan dari keburukan-keburukan amal.
Allah berfirman mengenai bahayanya hawa nafsu sebagaimana yg telah dicantumkan di atas

Oleh karenanya, sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui apa dan bagaimana keburukan yang ada pada hawa nafsu, ayat-ayat yang menjelaskan tentangnya serta cara menanggulangi hal itu.

Defenisi Hawa dan Nafsu

Hawa maknanya ialah condong kepada sesuatu baik itu suatu kebaikan ataupun keburukan, condongnya jiwa untuk mengikuti sebuah keinginan. Jamaknya ialah ahwa’.Hawa juga bisa dimaknai dengan hawa nafsu, yaitu kemauannya. Firman Allah

Ibnu Abbas menyampaikan “Dinamakan dengan hawa sebab menjatuhkan pelakunya kepada neraka”.

Adapun nafs maknanya ialah jiwa atau ruh. Jamak dari nafs ialah nufus atau anfus Namun kata nafs ini telah menjadi kalimat yang berkonotasi negative, yaitu yang bermakna selalu mengajak kepada keburukan.

Begitu juga dengan hawa. Hal ini juga sebagaimana telah disinyalir dalam Al Alquran surat, yang mana memang pada asalnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan,

“Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu sll menyuruh kpd kejahatan, kecuali nafsu yg diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.”(Qs.Yusuf 53)

Ibnu Katsir berkata: “Yaitu (nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan) kecuali nafsu yang Allah menjaganya (dari keburukan )”.

Sesungguhnya nafsu itu selalu memerintahkan kepada sesuatu yang diinginkannya, meskipun ia menyuruh kepada sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah ta’ala, kecuali Allah memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari makhluk-Nya, maka Dia menyelamatkannya dari mengikuti hawa nafsu dan mentaatinya dari keburukan-keburukan yang diperintahkannya.

Sesungguhnya Allah Maha memaafkan dari dosa-dosa bagi siapa yang bertaubat dari dosa tersebut dengan tidak menyiksanya. 
Adapun secara istilah yaitu yang menyelisihi petunjuk; kecondongan jiwa kepada apa yang diinginkannya, kecondongan hati kepada apa yang dicintainya meskipun hal itu keluar dari hukum-hukum syari’at.

Maka setiap yang apa yang keluar dari yang diwajibkan oleh kitab dan sunnah maka berarti itulah hawa. Dan setiap orang yang tidak mengikuti ilmu dan yang haq maka ia ialah shohibul hawa, Allah berfirman,
Dan Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas’’. (QS. Al-An’am 119)



Manusia terbagi menjadi dua kelompok, 

satu kelompok dikalahkan oleh jiwanya kemudian dikuasai dan dihancurkannya, maka jadilah kelompok ini tunduk di bawah perintah-perintah jiwanya. 
Dan kelompok yang lain mereka bisa mengalahkan dan menguasai jiwa-jiwa mereka, maka jadilah jiwa mereka itu taat kepada mereka dan patuh terhadap perintah-perintah mereka.

Di dalam Al Qur’an Allah tlh menawarkan 3 sifat kepada jiwa yaitu : 
Al-muthmainnah (jiwa yang tenang). Qs. Al-Fajr 27-30. Al-lawwamah (jiwa yg mncela dirinya sendiri).Qs.Al-Qiyamah 2. 
Ammarotum bissu’ (yang selalu menyuruh kepada keburukan). Qs. Yusuf 53

Ada beberapa ayat yg menjelaskan wacana tercelanya hawa nafsu diantaranya dalam Surat Al-Jatsiyah : 23 yg artinya :
Maka pernahkah kau melihat orang yang mengakibatkan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati telinga dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kau tidak mengambil pelajaran?”

Yaitu ia diperintah oleh hawa nafsunya, ketika hawa nafsunya memandang bahwa hal itu baik maka ia mengerjakannya, dan ketika hawa nafsunya memandang bahwa hal itu buruk maka ia meninggalkannya.

Diriwayatkan dari Malik dalam tafsirannya yaitu tidaklah seseorang mengikuti sesuatu kecuali orang tersebut akan menghamba kepada yang diikutinya itu.

Adapun makna lafadz wa adhollahullahu bi ‘ilmihi di sini mengandung dua makna yaitu: Allah menyesatkannya sebab ilmu orang tersebut dan ia berhak atas kesesatan itu, 
adapun makna yang kedua menyampaikan bahwa Allah telah menyesatkan dia setelah hingga ilmu dan sampainya hujjah kepadanya, dan pendapat yang kedua ini telah meliputi pendapat yang pertama.

Maka dengan hal itu dia tidak bisa mendengar apa yang bermanfaat baginya, tidak kuasa terhadap sesuatu yang dengannya ia bisa mengambil petunjuk dan ia tdk bisa melihat hujjah-hujjah yang mana ia bisa memperoleh cahaya darinya.

Ibnu ‘Athiyah menyampaikan dalam tafsirnya yaitu “(ketika Allah menyebutkan bahwa Allah telah mengunci mati hati mereka dan telinga mereka) tidaklah memperlihatkan bhw ayat ini menjadi hujjah bagi orang2 Jabariyah, krn di dalam ayat itu juga ditetapkn adanya perjuangan bagi insan yaitu firmannya ittakhodza ilaahahu hawaahu”.dlm QS Al-Furqon 43-44 yg artinya :

“Terangkanlah kepadaku wacana orang yang mengakibatkan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kau sanggup menjadi pemelihara atasnya?. Atau apakah kau menduga bhw kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah menyerupai binatang ternak, bahkan mtk lbh sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Surat Al-Furqon 43-44)

Yaitu seseorang yang menganggap baik suatu masalah berdasarkan hawa nafsunya maka itulah yang dijadikannya sebagai pedoman dan jalan hidup.

Ibnu Abbas mengatakan, “Dahulu orang-orang jahiliyah menyembah sebuah watu yang warnanya putih, kemudian ketika mereka melihat (batu) yang lebih anggun dari itu maka mereka meninggalkannya (batu yang berwarna putih)”.

Keadaan mereka (yang demikian itu) ialah lebih buruk dari binatang ternak yang digembalakan, hewan-hewan itu tidak tahu untuk apa mereka diciptakan, sementara mereka (manusia) diciptakan untuk beribadah kepada Allah saja dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, (tetapi) mereka enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyekutukanNya setelah sampainya hujjah kepada mereka dan setelah diutus Rasul kepada mereka.

Suatu dikala Al-Hasan ditanya oleh seseorang. “Apakah Ahli Kiblat (ummat Islam) ada yang berbuat syirik?”. Beliau menjawab, “ya.” Orang yang munafik itu telah berbuat syirik, tolong-menolong orang-orang musyrik itu menyembah matahari, bulan dan yang selain Allah, sementara orang munafiq menyembah hawa nafsu mereka”, kemudian dia membacakan ayat di atas.

Ibnu Abbas menyampaikan wacana firman Allah Qs. Al-Furqon ayat 44 yang tersebut di atas: “Permisalan orang-orang kafir ialah menyerupai onta, himar dan kambing. Jika engkau menyampaikan sesuatu kepada hewan-hewan tersebut maka mereka tidak akan mengerti meskipun mereka mendengar apa yang engkau ucapkan.

Begitu juga orang kafir, apabila engkau memerintahkan mereka kepada kebaikan atau melarang mereka dari suatu keburukan, ataupun engkau menasehati mereka maka mereka tidak akan mengerti apa yang engkau katakan meskipun mereka mendengar suaramu”.

Dari penjelasan-penjelasan ulama wacana ayat di atas, maka wajib bagi kita untuk mengamalkannya, yaitu hendaknya setiap perbuatan mukallaf mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah sebagai bentuk ibadah kepadaNya.

Apabila setiap perbuatan seseorang mengikuti hawa nafsunya, maka apa yang seharusnya menjadi hak Allah dari macam ibadah maupun ketaatan akan berpindah kepada hawa nafsunya. Maka jadilah ia orang yang mengambil hawa nafsunya sebagai ilah.

Demikian uraian sederhana wacana kewaspadaan terhadap hawa nafsu, dan semoga kita termasuk hamba Allah yg bisa mengendalikan hawa nafsu dalam rahmah dan 'inayah Allah Ta'aalaa. Aamiin...

Related

Siraman Rohani 7658836860123774808

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item