Belajar Perihal Kalimat-Kalimat Thayyibah Penghias Bibir Untuk Ketenangan Hati
Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ. Al...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/09/belajar-perihal-kalimat-kalimat.html
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.
Allah Subhanahu wa ta'aalaa berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kau sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, pasti Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sebetulnya ia telah menerima kemenengan yang besar” (QS. Al-Ahzab : 70-71)
Firman Allah Subhanahu wa ta'aalaa :
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا .إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا
"Dan jangan sekali-kali kau menyampaikan perihal sesuatu: “Sesungguhnya saya akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “In syaa Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jikalau kau lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih erat kebenarannya dari pada ini.” (QS Al-Kahf : 23-24)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بـ ” بسم الله ” فهو أبتر ” ، أي: ناقص البركة.
“Setiap perkara (kehidupan) yang tidak dimulai dengan BISMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM, maka beliau akan terputus. Artinya yaitu kurang barakahnya”[HR.Ibnu Hibban]
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Bibir yaitu potongan badan yang terlihat di lisan manusia. Salah satu dari fungsi bibir yaitu untuk mempermudah berbicara. Bibir juga sanggup dimanfaatkan untuk hal yang negatif, begitu juga untuk hal yang positif. Salah satu tanda kepribadian seorang muslim itu yaitu berdzikir. Kita dianjurkan berdzikir setiap saat, dari bangkit hingga tidur kembali.
Secara harfiah, arti dzikir yaitu mengingat Allah dengan menyebut nama-nama-Nya. Insya Allah, dengan membiasakan pengecap untuk mengucap kalimat-kalimat thayyibah, akan semakin mempertinggi ma’rifat kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’aalaa. Dengan erat kepada Allah Subhanahu wa Ta’aalaa, hati jadi tenang. Semakin erat kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’aalaa semakin erat juga Allah Subhanahu wa Ta’aalaa kepada kita.
Allah Subhanahu wa Ta’aalaa berfirman yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kau sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, pasti Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sebetulnya ia telah menerima kemenengan yang besar” (QS. Al-Ahzab : 70-71)
Ada tujuh kalimat thayyibah sebagai penghias bibir utk ketenangan hati sebagai berikut :
1. Mengucapkan Basmalah. (Bismillahir rahmanir rahim)
Diucapkan setiap kita mengawali segala perbuatan. In syaa Allah, jikalau pengecap kita terbiasa, perbuatan ini sudah menjadi refleks kita, maka akan lebih gampang bagi kita untuk menjaga diri dari perbuatan buruk. Karena senantiasa kita diingatkan bahwa ada Allah yang melihat perbuatan kita. Kalimat ini sekaligus mengingatkan kita, bahwa segala sesuatu yaitu milik Allah, termasuk diri kita yang hina ini. Juga setiap perbuatan kita, hendaknya semua berada di garis yang ditetapkan Allah.
Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Bahwa setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan kalimat basmalah, maka perbuatan itu tak berkah.”
2. Mengucapkan Hamdalah. (Alhamdulillah)
Inti dari ucapan dzikir ini yaitu ungkapan rasa syukur atas kurnia dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’aalaa. Sesungguhnyalah, pancaran perasaan syukur yaitu energi kehidupan yang sangat besar bagi manusia. Mereka yang paling banyak sanggup bersyukur, berarti telah mempunyai yang terbanyak dibanding orang lain.
Mengenai hal ini difirmankan dalam
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “
" Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jikalau kau bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jikalau kau mengingkari (nikmat-Ku), maka sebetulnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim :7)
Dengan mengucap kalimat ini setiap simpulan melaksanakan satu pekerjaan, insan seakan menguatkan keyakinannya bahwa tak akan pernah terjadi sesuatupun tanpa campur tangan Allah. Jika sesuatu itu baik, dirasakan sebagai sumbangan Allah.
Jika sesuatu itu kurang baik, tetap disyukuri dengan berkeyakinan bahwa itupun sudah lebih baik dari pada tidak sama sekali. Dan manakala seseorang telah terbiasa mengucap syukur untuk hal-hal yang kecil, maka ketika Allah menganugerahkan nikmat yang sedikit lebih besar, maka kenikmatan yang dirasakan orang tersebut akan berlipat ganda.
3. Mengucapkan Istighfar (Astaghfirullah)
Difirmankan dalam Al-Qur’an
,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, kemudian memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang sanggup mengampuni dosa selain dari pada Allah?
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran 135)
Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Ia ciptakan insan sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah sanggup berbuat khilaf, sekaligus Ia berikan ‘obat’ bagi kekhilafan tersebut. Bagi mereka yang bakir meminum obat ini, maka mereka tak akan terjangkit penyakit hati yang lebih serius.
Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertobat begitu sadar telah berbuat khilaf. Sayangnya, seringkali insan terlambat menyadari kekhilafannya itu. Untuk menghindari keterlambatan taubat, maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama sesudah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, yang sudah dijamin ma’shum, (terjaga dari dosa), dalam sehari mengucap istighfar setidaknya 100 kali.
4. In syaa Allah.
Diucapkan ketika seseorang berniat hendak melaksanakan sesuatu di masa yang akan datang. Dzikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah yaitu di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi detik sesudah ini.
Itu sebabnya, tak akan pernah ada akad yang diikat 100 % antar manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, In syaa Allah.
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا .إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا
"Dan jangan sekali-kali kau menyampaikan perihal sesuatu: “Sesungguhnya saya akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “In syaa Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jikalau kau lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih erat kebenarannya dari pada ini.” (QS Al-Kahf : 23-24)
Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam sebagian masyarakat, sehingga menciptakan banyak orang memandang negatif kalimat ini.
5. Mengucapkan Hawqalah (Laa Haula walaa quwwata illaa billaah)
Dzikir yang merupakan ratifikasi terhadap kefanaan insan dan ke-Maha Kuasanya Allah ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber’azam).
Kalimat thayibah ini yaitu pancaran dari perilaku tawakal seseorang. Setelah berupaya faktual mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil, dilanjutkan dengan tawakal kepada Allah, yang dinyatakan dalam perilaku mendapatkan resiko apapun yang terjadi nantinya akhir diputuskannya keputusan tadi.
فَإِذَاعَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian apabila kau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg bertawakkal kepada-Nya.” (Qs. Ali-Imran :159).
6. Laa Ilaaha Illallah.
Banyak hadits nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan keutamaan kalimat thayibah ini. Bahkan disebutkan pula sebagai kunci pintu syurga. Dalam prakteknya, masih banyak muslim yang terus menerus melafalkan kalimat ini dalam setiap kesempatan, sayangnya, masih hanya sekedar refleks bibir saja.
Dari ’Ubadah bin Shomit ra, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ
”Siapa saja mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad yaitu hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa yaitu hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa nirwana yaitu benar adanya dan neraka pun benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam nirwana dari delapan pintu nirwana yang mana saja yang beliau kehendaki.” (HR. Muslim)
7. Mengucapkan Kalimat Istirja’ (Innalillahi wa inna ilaihi rajiun)
Sungguh benar bahwa insan yaitu milik Allah, dan setiap inci pergerakan tubuhnya berada dalam genggaman Nya.
Namun kenyataan bahwa segala sesuatu itu pasti kembali kepada pemiliknya, Allah Subhanahu wa Ta’aalaa, tak jarang sulit untuk sanggup diterima manusia.
Dzikir yang diucapkan di dikala menghadapi peristiwa alam ini akan membantu kita untuk mengingat akan hal ini.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (QS. Al-Baqarah : 156)
In syaa Allah, dengan membiasakan meresapi pesan yang tersirat kalimat ini, kita menjadi nrimo dalam menghadapi setiap peristiwa, seburuk apapun, yang sudah menjadi takdir kita. Semakin dalam seseorang menghayati pesan yang tersirat dzikir ini, semakin ringan beliau menghadapi kehidupan yang berat ini, tanpa harus menghadapi stress maupun depresi.
Demikianlah, biar kita termasuk orang2 yg senantiasa menghiasi bibir/lisan kita dengan kalimah THAIYYIBAH dalam menggapai kasih sayang dan ridha Allah Ta'aalaa. Aamiin....