Belajar Ihwal Taushiyah Malam ** Biarkan Lelahmu Bekerja Menjadi Ibadah **
TAUSHIYAH MALAM ** Biarkan Lelahmu Bekerja Menjadi Ibadah ** Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/09/belajar-ihwal-taushiyah-malam-biarkan.html
TAUSHIYAH MALAM
** Biarkan Lelahmu Bekerja Menjadi Ibadah **
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.
Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
“ Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Siapa saja bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka beliau serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (HR. Ahmad)
“ Siapa saja pada malam hari mencicipi kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah “. (HR. Ahmad)
“ Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak sanggup dihapus (ditebus) dengan pahala shalat, sedekah atau haji namun hanya sanggup ditebus dengan kesusah- payahan dalam mencari nafkah “. (HR. Ath-Thabrani)
“ Sesungguhnya Allah Ta’ala bahagia melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal “. (HR. Ad-Dailami)
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Setiap orang niscaya pernah lelah, hanya saja ada yang ditampakkan namun ada pula yang disembunyikan. Biarkan terkadang lelah datang, sebab itu manusiawi. Lelah sebab mencari nafkah itu berkah. Lelah itu dibutuhkan bagi orang-orang yang ingin terus maju. Dan, yang lebih penting, lelah sebab mencari nafkah itu sanggup bernilai ibadah.
Saya katakan sanggup bernilai ibadah sebab tidak semua lelah mencari nafkah bernilai ibadah. Dan aku sangat khawatir jikalau itu menimpa saya. Kerja banting tulang, siang malam hanya dan menerima rupiah tanpa bernilai ibadah yaitu salah satu KERUGIAN terbesar dalam hidup.
Oleh sebab itu, kita perlu mengkondisikan dan berusaha semoga lelah ketika mencari nafkah sanggup bernilai ibadah. Setidaknya ada tiga kondisi yang perlu kita siapkan semoga peluang ibadah itu menempel dalam lelah kita.
Pertama, berbisnislah atau bekerjalah di daerah yg baik dan benar.
Ukuran baik dan benar tentu bukan yang bergaji besar atau memberi laba besar. Baik dan benar itu bermakna pekerjaan atau bisnisnya tidak haram. Bisnisnya tidak merusak. Bisnisnya tidak ilegal. Dan bisnis yg baik dan benar itu bertebaran di kanan kiri kita.
Kedua, cara bisnis atau kerjanya benar.
Apabila Anda bekerja terikat jam kantor, maka datanglah sebelum jam kantor dimulai dan pulangnya sehabis jam kantor usai. Jangan menjadi karyawan yang tiba telat, pulang cepat tapi honor tetap minta dibayar utuh.
Biasakan memperlihatkan prestasi lebih semoga honor atau uang yang kita bawa pulang ke rumah memang layak kita bawa. Jangan beri masakan atau sesuatu yang kotor kepada anggota keluarga kita. Cintai anggota keluarga kita dengan terbiasa memperlihatkan sesuatu dari penghasilan yang baik, bukan yang kotor.
Ketiga, bekerja atau berbisnislah sebab mengharap cinta-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’aalaa sangat mengasihi orang yang rajin mencari nafkah. Bahkan Rasulullah pernah mencium tangan salah seorang sahabatnya, Saad bin Mu’adz, dengan mengatakan, “Tangan ini dicintai Allah dan Rasulnya dan tidak akan disentuh api neraka.” Mengapa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyampaikan demikian? Karena, di tangan sobat tersebut ada gejala bahwa ia pekerja keras.
Berusahalah semoga lelah kita menjadi ibadah. Jangan anggap remeh hal ini. Sungguh suatu kenikmatan dan keberuntungan jikalau kita bekerja sanggup rupiah sekaligus bernilai ibadah. Dapat bayaran sekaligus ganjaran. Enak, to?
Semoga klarifikasi sederhana ini ada manfa’atnya bagi kita dalam menggapai rahmah dan ridha Allah Ta’aalaa. Aamiin…