Belajar Ihwal Sungguh Saling Menasihati Itu Menghidupkan Hati ** ( Bab Pertama)
Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/09/belajar-ihwal-sungguh-saling-menasihati.html
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.
Allah Subhanahu wa ta'aalaa berfirman yang artinya :.
"Demi masa. Sesungguhya, insan itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati dalam kebenaran dan nasihat-menasihati dalam kesabaran." (QS Al ’Ashr: 1-3).
Allah Subhanahu wa ta'aalaa berfirman yang artinya :.
"Berilah peringatan, sebetulnya peringatan itu, bermanfaat bagi orang-orang mu’min" (QS. Adz Dzariyat:55).
Rasullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:
"Bila salah seorang dari kau meminta hikmah kpd saudaranya maka hendaknya (yang diminta) mmberi nasihat."(HR.Bukhari).
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran merupakan budaya kaum mukmin. Setelah beriman, berzakat shaleh, kaum mukmin diperintahkan saling memberi nasihat, saling berwasiat, sehingga mereka pun menjadi orang-orang yang beruntung.
Sering kita dengar dari keterangan dan klarifikasi para ulama, para kyai, ustazd, dan muballigh bahwa kiprah paling penting dari para Rasul ialah memberikan risalah Allah Subhanahu wa ta'aalaa kepada ummat manusia. Urgensi isi risalah para rasul itu sama, yaitu “agar insan menyembah hanya kepada Allah dan mengingkari semua bentuk sesembahan selain Allah (thaghut).”
Ternyata selain kiprah mulia dan suci ini, para nabi banyak disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pemberi nasehat. Hal ini disebabkan lantaran insan tidak cukup hanya mendapatkan risalah dakwah Islam saja. Akan tetapi juga membutuhkan pemberi nasehat dan peringatan dalam hidupnya, lantaran insan ialah mahluk pelupa dan pelalai, bahkan makhluk yang banyak berbuat kesalahan.
Oleh lantaran itu, Allah Subhanahu wa ta'aalaa menyatakan:
"Demi masa. Sesungguhya, insan itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati dalam kebenaran dan nasihat-menasihati dalam kesabaran." (QS Al ’Ashr: 1-3).
Semangat surat al-‘Ashr ini menjelaskan keharusan setiap orang untuk beriman dan berzakat sholeh, bila ingin selamat baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan dogma dan amal sholeh saja ternyata masih merugi, sebelum menyempurnakannnya dengan semangat saling memberi nasehat dan bersabar dalam mempertahankan iman, meningkatkan amal shaleh, menegakkan kebenaran dalam menjalankan kehidupan ini.
Sahabat-sahabatku....
Sedemikian pentingnya prinsip “saling memberi nasehat” dalam anutan Islam, maka setiap insan pasti membutuhkannya, siapapun, kapanpun, dan di manapun ia hidup. Layaklah kalau dikatakan bahwa “saling memberi menasihat “ ialah sebagai sebuah keniscayaan yang harus ada pada setiap muslim.
Namun sangatlah disayangkan bila ada di antara kita yang menganggap sepele soal nasehat ini. Atau merasa dirinya sudah cukup, sudah pintar, sudah berpengalaman sehingga tidak lagi butuh yang namanya nasehat dari orang lain. Padahal dengan mendapatkan nasehat dari orang lain mengambarkan adanya kejujuran, kerendahan hati, keterbukaan dan menunjukkan kelebihan pada orang tersebut.
Kalimat “nasaha” yang artinya nasehat, makna dasarnya ialah menjahit atau menambal dari pakaian yang sobek atau berlubang. Maka orang yang mendapatkan nasehat artinya orang tersebut siap untuk ditutupi kekeruangan, kesalahan, dan malu yang ada pada dirinya. Sedangkan orang yang tidak mau mendapatkan nasehat menunjukkan adanya sifat kesombongan, keangkuhan, dan ketertutupan pada orang tersebut.
Nasihat ialah mengajak kebajikan dan melarang kemungkaran (‘amar ma’ruf nahi munkar).
"Dan, hendaklah ada dari antara kau segolongan umat yang berseru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan, merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran:104).
Nasihat itu menghidupkan hati, membangunkan kesadaran, mencegah kekhilafan.
"Berilah peringatan, sebetulnya peringatan itu, bermanfaat bagi orang-orang mu’min" (QS. Adz Dzariyat:55).
Karenanya, Rasullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan budaya saling menasihati ini.
"Bila salah seorang dari kau meminta hikmah kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat." (HR. Bukhari).
Salah satu tiang tegaknya agama ialah nasihat. Tanpa saling menasihati antara umat Islam, maka agama tidak akan tegak.
"Agama ialah hikmah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan untuk para orang awamnya." (HR. Bukhari).
Dari hadist di atas sanggup kita pahami bahwa memberi dan mendapatkan nasehat ialah berlaku untuk manusia, siapapun dia, apapun kedudukan dan jabatannya, tanpa kecuali.
Hadist di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa agama akan tegak manakala tegak pula sendi-sendinya. Sendi-sendi itu ialah saling menasehati dan saling mengingatkan antara sesama muslim dalam keimanan kepada Allah, keimanan kepada Rasul, dan keimanan kepada Kitab-Nya. Artinya, semoga kita selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dari Allah dan Kitab-Nya dan mentauladani sunah-sunah Rasul-Nya.
Sedangkan bentuk nasehat kepada para pemimpin ialah ketaatan dan pinjaman kita sebagai rakyat kepada para pemimpin Islam dalam menegakkan kebenaran, mengingatkan mereka bila lalai dan menyimpang dengan cara yang bijak dan kelembutan, meluruskan mereka bila menyimpang dan salah.
Sedangkan nasehat untuk orang-orang biasa ialah dengan memberi kasih sayang kepada mereka, memperhatikan kepentingan hajat mereka, menjauhkan hal yang merugikan mereka dan sebagainya.
Sahabat-sahabatku rahimakumullah….
Di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa ta'aalaa mengisahkan tentang..........
( bersambung)
Demikian serpihan pertama, semoga ada manfa'atnya bagi kita semua dalam menggapai rahmah dan ridha Allah Ta'aalaa. Aamiin....