Belajar Perihal Adat Pergaulan Dalam Pedoman Islam ( Bab Ketiga )

** Akhlak Pergaulan Dalam Ajaran Islam ** ( Bagian Ketiga ) Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ ...

A+ A-
** Akhlak Pergaulan Dalam Ajaran Islam **
( Bagian Ketiga )


Oleh Himler Usman





السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ


Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (Orang tua) dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (QS. A1-lsra: 24)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya : 

Aku diutus (ke dunia) hanya untuk menyempurnakan moral terpuji”. (HR. Bukhari Muslim)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'aalaa tidak melihat ruhmu, kedudukan, dan harta kekayaanmu, tetapi Allah melihat apa yang ada dalam hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Thabrani)

Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah 

Berikut ini beberapa pola bergaul sesama umat

A. Tata cara bergaul dengan orang bau tanah atau guru

Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan keluhuran akal pekerti dan moral mulia. Segala sesuatu yang semestinya diiakukan dan segala sesuatu yang semestinya ditinggalkan diatur dengan sangat rinci dalam pedoman Islam, sehingga semakin banyak orang mengakui (termasuk non-muslim) bahwa Islam merupakan pedoman agama yang sangat lengkap dan tepat serta tidak ada yang terlewatkan sedikit pun.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan moral yang mulia, sehingga setiap insan sanggup hidup secara damai, tenteram, berdampingan, saling memahami, menghormati, dan menghargai satu sama lain, baik kepada yang lebih tinggi, yang lebih rendah, kepada sesama atau sobat sebaya, kepada lawan jenis, dan sebagainya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda yang artinya :

Aku diutus (ke dunia) hanya untuk menyempurnakan moral terpuji”. (HR. Bukhari Muslim)
Hal pertama yang semestinya dilakukan setiap muslim dalam pergaulan sehari-hari yaitu memahami dan menerapkan etika atau tata cara bergaul dengan orang tuanya.

Adapun yang dimaksud dengan orang tua, sanggup dipahami dalam tiga bagian, yaitu:

1. Orangtua kandung, yakni orang yang telah melahirkan dan mengurus serta membesarkan kita (ibu bapak).

2. Orang bau tanah yang telah menikahkan anaknya dan menyerahkan anak yang telah diurus dan dibesarkannya untuk diserahkan kepada seseorang yang menjadi pilihan anaknya dan disetujuinya. Orang bau tanah ini, lazim disebut dengan “mertua”.

3. Orang bau tanah yang telah mengajarkan suatu ilmu, sehingga kita mengerti, dan memahami pengetahuan, mengenal Allah, dan memahami arti hidup, dialah “guru” kita.

Dalam Al-Quran maupun hadits, sanggup ditemukan banyak sekali keterangan yang memerintahkan untuk berbuat baik kepada orangtua. Sekalipun demikian, Islam tidak menyebutkan jenis-jenis perbuatan baik kepada kedua orangtua secara rinci, lantaran berbuat baik kepada kedua orang bau tanah bukan merupakan perbuatan yang dibatasi beberapa batasan dan rincian.

Kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua sangat bergantung pada situasi dan kondisi, kemampuan, keperluan, perasaan manusiawi, dan budbahasa istiadat setiap masyarakat.
Berbuat baik kepada kedua orangtua dalam banyak sekali bentuknya, disebut dengan “biruul walidain”.

Kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua juga diungkapkan di dalam bentuk kata ihsan, ma’ruf, dan rahmah.

Islam memperingatkan setiap anak, bahwa menyakiti perasaan orangtua merupakan suatu dosa besar dan waiib atasnya untuk selalu menjaga perasaan kedua orangtuanya.

Hak orang bau tanah dan anaknya tidak akan pernah sama dengan hak siapa pun di dunia. Jadi, segala bentuk ucapan, perbuatan, dan arahan yang sanggup menyakiti kedua orangtuanya atau salah satunya merupakan perbuatan dosa, sekalipun hanya berupa perkataan “ah”, “cis”, atau “uff”, apalagi kalau hingga membentaknya.

Sesungguhnya Allah tidak akan penah meridhai seseorang kecuali kita merendahkan diri kepada keduanya disertai kelembutan dan kasih sayang. 

Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman dalam surat Al-Isra ayat 24:
Artinya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (QS. A1-lsra: 24)

Jadi, kewajiban kita kepada kedua orangtua ialah untuk selalu berbakti kepadanya dan jangan sedikit pun melukai perasaan mereka, lantaran Allah tidak akan rida kepada kita .Adapun yang berkaitan dengan orangtua dalam makna yang ketiga, yakni orangtua dalam arti orang yang telah mengajarkan dan mendidik kita ihwal pengetahuan dan kehidupan. Mereka yaitu guru, ustadz, dosen, kyai, dan sebagainya. Sebagai seorang muslim, kita juga diperintahkan untuk menghormati dan memuliakan mereka.


B. Tata Cara Bergaul dengan yang Lebih Tua

Dalam pergaulan sosial, kita dituntut untuk menjunjung tinggi hak dan kewajiban masing-masing, termasuk dalam pergaulan dengan orang yang lebih tinggi atau lebih bau tanah dari kita. orang yang lebih tinggi dari kita, sanggup dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian. yaitu:

1. Orang yang umurnya lebih bau tanah atau sudah tua,
2. Orang yang ilmu, wawasan, dan pemikirannya lebih tinggi, sekali  pun bisa jadi umurnya lebih muda, dan
3. Orang yang harta dan kedudukannva lebih tinggi dan lebih banyak.

Dalam pergaulan sosial dengan mereka, hendaklah kita bersikap masuk akal dan menghormatinya, mendengarkan pembicaraannya, serta wajib mengingatkan kalau mereka keliru dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara yang lebih baik. Kita juga tidak boleh memperlakukan mereka secara berlebihan, contohnya terlalu hormat dan tunduk melebihi apa pun, sekalipun mereka salah.

Hal ini sungguh tidak dibenarkan, lantaran yang paling mulia di antara kita bukan umur, ilmu, pangkat, harta, dan kedudukannya, akan tetapi lantaran kualitas takwanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'aalaa. Hal ini sesuai dengan salah satu hadis Rasulullah saw dalam riwayat Thabrani yg artinya
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'aalaa tidak melihat ruhmu, kedudukan, dan harta kekayaanmu, tetapi Allah melihat apa yang ada dalam hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Thabrani)


C. Tata Cara Breagaul dengan yang Lebih Muda

Dalam menjalankan pergaulan sosial, Islam melarang umatnya untuk membeda-bedakan insan lantaran hal-hal yang bersifat duniawi, menyerupai harta, tahta, umur, dan status sosial lainnya. akan tetapi yang terbaik yaitu bersikap masuk akal sebagaimana mestinya sesuai dengan tuntutan pedoman agama dan tidak bertentangan dengan norma-norma kehidupan.

Tidak sanggup dihindari, kita juga niscaya berkomunikasi dan bergaul dengan orang yang umur dan strata sosialnya lebih rendah dan kita. Kita sama sekali tidak boleh untuk merendahkan dan meremehkannya.

Kita diperintahkan untuk selalu berusaha mengasihi orang yang umurnya lebih muda dari kita.
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menyatakan dalam satu hadisnya bahwa bukan termasuk golongan umatku, mereka yang tidak mengasihi yang lebih muda. Beliau bersabda yg artinya :

Bukan termasuk golongan umatku, orang yang tidak mengasihi yang lebih kecil (lebih muda), dan tidak memahami hak-hak orang yang lebih besar (tinggi / dewasa)”. (HR. Thabrani)

Seseorang yang usianya lebih muda, bisa saja amal perbuatannya dan akhlaknya lebih baik dibandingkan dengan orang yang telah berumur dewasa, bahkan telah berusia lanjut. Jadi, umur seseorang tidak menjamin hidupnya lebih mulia dan berkualitas, sekali pun semestinya semakin bertambah (bilangan) umur (hakikatnya berkurang), harus semakin baik amalnya, semakin mulia akhlaknya, dan semakin bijak sikapnya.

Kenyataannya, dalam kehidupan sosial, kita menemukan hal yang justru sebaliknya. Ada yang usianya sudah lebih bau tanah dan dianugerahi panjang umur oleh Allah Swt. akan tetapi kualitas hidupnya tidak Iebih baik dibandingkan dengan yang lebih muda. Nauzubillah.

Dalam salah satu hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam riwayat Ahmad, dikemukakan bahwa terinasuk orang yang terbaik, kalau umurya panjang dan amal perbuatannya baik.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :

Sebaik-baik insan adalah, mereka yang panjang umurnya dan sangat baik amalnya. Dan sejelek-jelek insan yaitu orang yang panjang umurnya, tetapi buruk amal perbuatannya” (HR.Ahmad)

Jika kita bergaul dengan yang lebih muda, dan kebetulan kita merasa sudah lebih sampaumur serta berpengalaman, hendaldah kita membimbing, rnengarahkan dan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang baik semoga bermakna bagi kehidupannya.

Inilah yang dikehendaki dalam pedoman agama Islam, sehingga orang yang lebih bau tanah hidupnya lebih bermanfaat lantaran wawasan dan pengalamannya, sedangkan orang yang lebih gampang sanggup memanfaatkan kelebihan yang dimiliki orang yang lebih tua. 
Rasulüllah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yg artinya :
Sebaik-baik diantara insan yaitu yang paling besar keuntungannya bagi sesamanya”. (HR. Bukhari)


D. Tata Cara Bergaul dengan Teman Sebaya 


( bersambung )
Semoga uraian bab ketiga ihwal moral pergaulan ada manfa'atnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan berharap mudah-mudahan kita termasuk hamba Allah yang berakhlak mulia dalam rahmah dan ridha Allah Ta'aalaa. Aamiin..

Related

Siraman Rohani 2713412834690505932

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item