Pengertian Dan Cerita Nabi Ibrahim A.S

Ilustrasi Kisah Nabi Ibrahim A.S - Nabi Ibrahim yaitu putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin S...

A+ A-
 bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A Pengertian dan Kisah Nabi Ibrahim A.S
Ilustrasi Kisah Nabi Ibrahim A.S
- Nabi Ibrahim yaitu putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. Ia dilahirkan di sebuah kawasan berjulukan "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja berjulukan "Namrud bin Kan'aan." Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang maupun pangan serta sarana-prasarana yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada di tingkat jahiliyah. Mereka tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah memberi karunia mereka dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka yaitu patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.

Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus terealisasi dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak sanggup dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia mencicipi dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir kalau rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang terbuat dari kerikil yang tidak sanggup memberi manfaat dan mendatagkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan. Dia yang sanggup berbicara, sanggup mendengar, sanggup berfikir, sanggup memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang sanggup mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-hina diangkatnya menjadi orang mulia, disamping itu semuanya, ia yaitu raja yang berkuasa dan mempunyai negara yang besar dan luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya, jauh-jauh telah diilhami nalar sehat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri yaitu perbuat yang sesat yang mengambarkan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu yaitu perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi biar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun sebab doktrin dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia memperlihatkan patung-patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata : "Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak mempunyai kegunaan ini ?".

Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan doktrin dan keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah biar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.
Berserulah ia kepada Allah : "Ya Tuhanku ! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." 
Allah menjawab seruannya dengan berfirman : "Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ?".
Nabi Ibrahim menjawab : "Betul, wahai Tuhanku, saya telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun saya ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, biar saya menerima ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan biar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."

Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim kemudian diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung kemudian sesudah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian badan burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.

Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian badan burung dari bahagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa menyerupai sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya kemudian hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa sanggup menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam doktrin dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun".

Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bah ia yaitu pedagang dari patung-patung yang dibentuk dan dipahatnya sendiri dan daripadanya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu yaitu perbuatan yang sesat dan bodoh. Beliau mencicipi bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya biar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan perilaku yang sopan dan susila yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia tiba kepada ayahnya memberikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala menyerupai lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak mempunyai kegunaan sedikit pun tidak dpt mendtgkan laba bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu yaitu semata-mata anutan syaitan yang memang menjadi musuh kepada insan semenjak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya biar merenungkan dan memikirkan pesan yang tersirat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang membuat insan dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang bernafsu dan dalam maki hamun seolah-olah tidak ada hunbungan diantara mereka.

Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar : "Hai Ibrahim ! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan biar saya mengikutinya ? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam satu rumah di bawah satu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum saya menimpamu dengan kerikil dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim mendapatkan kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan perilaku tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata : "Oh ayahku! Semoga engkau selamat, saya akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kau dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan saya tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu." 

Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihatin sebab tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya sebab ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu yaitu di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya biar ayahnya menerima hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.

Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang bernafsu dan kejam itu tidak sedikitpun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu higienis persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan doktrin kepada Allah dan Rasul-Nya

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah ihwal kepercayaan yang mereka anut dan anutan yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak berdaya menilai dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim ihwal kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan yaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang oleh bapak-bapak dan nenek moyang mereka dilakukan dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.

Nabi Ibrahim pada jadinya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala kerikil dan yang tidak mau mendapatkan keterangan dan bukti-bukti kasatmata yang dikemukakan oleh ia dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mereka tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mereka dan bapak-bapak mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.

Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang kasatmata yang sanggup mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak mempunyai kegunaan bagi mereka dan bahkan tidak sanggup menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal diluar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan masakan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk biar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khawatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta.

"Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali bunyi burung-burung yang berkicau, bunyi daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju kawasan beribadah kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya formasi patung-patung yang terlihat diserambi kawasan peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan masakan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek : "Mengapa kau tidak makan-makanan yang lazat yang disajikan bagi kau ini ? Jawablah saya dan berkata-katalah kamu. "Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur awut-awutan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai.

Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub : "Gerangan siapakah yang telah berani melaksanakan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka ini ?"
Berkata salah seorang diantara mereka : "Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang berjulukan Ibrahim itulah yang melaksanakan perbuatan yang berani ini." 
Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata : "Bahkan dialah yang niscaya berbuat, sebab ia yaitu satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada diluar merayakan hari suci dan keramat itu." 

Selidik punya selidik, jadinya terdapat kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan insiden yang dianggap suatu insiden atau penghinaan yang tidak sanggup diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut biar si pelaku diminta bertanggung jawab dalam suatu pengadilan terbuka, dimana seluruh rakyat penduduk kota sanggup turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang dibutuhkan oleh Nabi Ibrahim biar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat sanggup turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian ia sanggup secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mereka yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh dibutuhkan terbuka hatinya bagi doktrin dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan tiba rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim tiba menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, mengambarkan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap ia yang telah berani menghancurkan persembahan mereka.

Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim: "Apakah engkau yang melaksanakan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami ?"

Dengan damai dan perilaku dingin, Nabi Ibrahim menjawab : "Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya."

Para hakim penanya termenung sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seolah-olah Ibrahim yang mengandungi usikan itu.

Kemudian berkata si hakim : "Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak sanggup bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?"

Tibalah waktunya yang memang ditunggu oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu ia berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka,yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya sebab adat itu yaitu warisan nenek-moyang.

Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu : "Jika demikian halnya, mengapa kau sembah patung-patung itu, yang tidak sanggup berkata, tidak sanggup melihat dan tidak sanggup mendengar, tidak sanggup membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak sanggup menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kau dengan kepercayaan dan persembahan kau itu ! Tidakkah sanggup kau berfikir dengan nalar yang sehat bahwa persembahan kau yaitu perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kau tidak menyembah Tuhan yang membuat kamu, membuat alam sekeliling kau dan menguasakan kau di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hinanya kau dengan persembahan kau itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahwa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu : "Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , kalau kau benar-benar setia kepadanya."

Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Keputusan mahkamah telah dijatuhakan. Nabi Ibrahim harus dieksekusi dengan memperabukan hidup-hidup dalam api yang besar, sebesar dosa yang telah dilakukan.

Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang rencanakan. Tanah lapang bagi kawasan pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia sanggup sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.

Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai proteksi dan tanda bakti kepada yang kuasa mereka. Diantara terdapat para perempuan yang hamil dan orang yang sakit yang membawa proteksi kayu bakarnya dengan keinginan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.

Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang tiba untuk menyaksikan pelaksanaan sanksi atas diri Nabi Ibrahim.

Kayu kemudian dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya uap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu, kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim di datangkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah : "Hai api, menjadilah engkau hirau taacuh dan keselamatan bagi Ibrahim."

Sejak keputusan sanksi dijatuhkan hingga dikala ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap memperlihatkan perilaku damai dan tawakkal sebab doktrin dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi masakan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa hirau taacuh sesuai dengan seruan Allah.

Pelindungnya hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedangkan badan dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal itu merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim biar sanggup melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.

Para penonton upacara pembakaran heran tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi debu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berada menyerupai biasa, tidak ada gejala sentuhan api sedikit jua pun.

Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan heran seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang gila itu berlaku, padahal berdasarkan anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah kasatmata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.

Ada sebahagian daripada mereka yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mereka namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, sebab sanksi yang mereka jatuhkan keatas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa aib kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti kasatmata akan kebenaran dakwahnya, telah menjadikan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mereka dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali permintaan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khawatir akan menerima kesukaran dalam penghidupannya akhir kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang nalar bila mencicipi bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.

Baca Juga ( Nama 25 Nabi Dan Rasul Yang Wajib Diketahui )


Sebelum sobat meninggalkan catatan ini, kalau merasa artikel ini bermanfaat silahkan dibagaikan kepada teman-teman, saudara/saudari ataupun yang lainnya baik di media umum ataupun secara pribadi biar semua orang menjadi tahu, pintar, pandai dan menambah pahala bagi sobat-sobat :-).

Related

NEW TOP 8786986015843188075

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item