Pengetahuan Islam, Inilah Golongan Insan Paling Merugi Di Dunia Dan Akhirat, Hindari!
- Katakanlah: "Apakah akan Kami posthukan kepadamu perihal orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang tela...

https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/pengetahuan-islam-inilah-golongan-insan.html
- Katakanlah: "Apakah akan Kami posthukan
kepadamu perihal orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia [maksudnya, tidak beriman kepada pembangkitan di hari Kiamat, hisab dan pembalasan], maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu evaluasi bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat. Demikianlah jawaban mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menyebabkan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok." (QS Al Kahfi [18]: 103-106) Harta, jabatan, rupa, gelar, popularitas dan segala pernak-pernik dunia serta kuantitas amal tak jarang memperdaya banyak orang. Sehingga muncullah egoisme, ujub (membanggakan diri sendiri), merasa paling baik, hebat, shalih dari orang lain. Menganggap diri sendiri "The Best".
![]() |
Sumber: Ummi-online.com |
Boleh jadi ia memang “The Best” di mata kebanyakan manusia. Namun, apakah juga ia termasuk orang yang paling hebat, senang dan shalih di sisi Allah swt?
Ayat di atas gamblang mengungkap, ada orang—termasuk keluarga, organisasi, partai, jama'ah atau bangsa—yang terperdaya dirinya sendiri, merasa telah banyak berbuat kebaikan sehingga menganggap dirinya "The Best". Namun, ternyata di sisi Allah pada hari simpulan zaman kelak termasuk golongan paling merugi.
Menakar Untung Rugi dengan Neraca Ilahi
Ketika Allah swt berfirman, "Katakanlah: "Apakah akan Kami posthukan kepadamu perihal orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya", maka ayat ini memberi kita pemahaman bahwa neraca dan timbangan untung-rugi bukanlah menurut evaluasi hawa nafsu atau pandangan kebanyakan orang. Melainkan, harus diukur dan ditakar dengan neraca Allah.
Seseorang secara subyektif sanggup saja menilai dirinya telah melaksanakan banyak kebajikan. Namun, ternyata Allah memvonisnya termasuk "orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini". Karenanya, dosis yang benar dalam mengukur untung-rugi, bahagia-sengsara serta baik-buruk ialah neraca Allah, yang diktatorial kebenarannya.
Siapakah Manusia yang Paling Merugi?
Tentang siapa yang paling merugi perbuatannya dalam ayat tersebut, terdapat beberapa pandangan para sahabat dan ulama.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Mush'ab bin Sa'ad, ia berkata, "Aku bertanya kepada ayahku (yakni Sa'ad bin Abi Waqqash ra) perihal firman Allah, "Katakanlah: "Apakah akan Kami posthukan kepadamu perihal orang-orang yang paling merugi perbuatannya?", apakah mereka itu Al Haruriyah, (yakni kelompok Khawarij)? Dia menjawab, "Tidak. Mereka ialah kaum Yahudi dan Nasrani. Adapun orang-orang Yahudi (disebut paling merugi) lantaran mereka telah mendustakan Muhammad saw. Sementara orang-orang Kristen (disebut paling merugi) lantaran mereka mengkufuri nirwana sambil menyampaikan tidak ada masakan dan minuman di dalam surga. Al Haruriyah ialah orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu teguh. Dan Sa'ad (yakni ibnu Abi Waqqash) menamakan mereka dengan sebutan orang-orang fasik." (HR Bukhari, no. 4359)
Sementara Imam Ibnu Katsir (Lihat Tafsir Ibnu Katsir III/329) mengutip pendapat Ali bin Abi Thalib ra, Dhahhak dan lain-lain, bahwa mereka (yang paling merugi yang dimaksud dalam ayat tersebut) ialah Al Haruriyah (Khawarij).
Dalam kajian Ibnu Katsir, itu artinya bahwa ayat ini meliputi Al Haruriyah sebagaimana meliputi kaum Yahudi, Kristen dan lainnya. Jadi, ayat tersebut bukan turun untuk satu kelompok tertentu saja, melainkan bersifat umum. Sebab, ayat ini Makkiyah sebelum kaum Yahudi dan Kristen menjadi kawan bicara (khithab) dan sebelum adanya kelompok Khawarij.
Dengan demikian, ayat tersebut bersifat general dan berlaku bagi siapa saja. Baik Ahli Kitab, orang-orang musyrik dan orang-orang sesat lainnya, yang menyembah Allah dengan cara yang tidak diridhai dan tidak syar'i, sedangkan ia menyangka apa yang dilakukannya benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya ia benar-benar telah salah dan amalnya tertolak.
Hal ini menyerupai disinggung Allah dalam firman-Nya, QS Al Ghaasyiyah (88): 2-4, "Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan. Memasuki api yang sangat panas (neraka)." Juga firman-Nya, "Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan (yakni amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia, amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah lantaran mereka tidak beriman), kemudian Kami jadikan amal itu (bagaikan) bubuk yang berterbangan." (QS Al Furqaan [25]: 23)
Atau dalam QS An Nuur [24]:39, "Dan orang-orang kafir amal-amal mereka ialah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu beliau tidak mendapatinya sesuatu apa pun."
Ketiga ayat tadi menunjukkan, orang-orang kafir, lantaran amal-amal mereka tidak didasarkan iman, tidak menerima jawaban dari Tuhan di alam abadi meski di dunia mereka mengira akan mendapatkannya.
Balasan Bagi Manusia yang Paling Merugi
Di dalam ayat tersebut, Allah juga menyebutkan jawaban bagi insan yang paling merugi, yaitu:
1. Terhapusnya amalan-amalannya, "maka hapuslah amalan- amalan mereka."
2. Terkoyak-koyaknya kehormatan dan kemuliaannya, "...dan Kami tidak mengadakan suatu evaluasi bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat."
3. Disiksa di neraka Jahannam, "Demikianlah jawaban mereka itu neraka Jahannam"
Terkait dengan ayat di atas, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya nanti pada hari Kiamat akan tiba seseorang yang besar dan gemuk, namun di sisi Allah beratnya tidak sanggup mengungguli sayap seekor nyamuk." Lalu Nabi Saw bersabda, "Bacalah", dan Kami tidak mengadakan suatu evaluasi bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat…" (HR Bukhari, no. 4360).
Artinya tidak ada pahala bagi mereka. Amalan mereka justru memicu siksa dan tidak ada kebaikan mereka yang sanggup ditimbang di hari Kiamat. Sebab, selama di dunia mereka menimbang untung-rugi serta baik-buruk dengan neraca nafsu dan variabel-variabel dunia yang menipu. Dan orang yang tidak mempunyai kebaikan di alam abadi berarti tempatnya di neraka. Naudzubillahi min dzalik.
5 Sebab Menjadi Manusia Paling Merugi
Ayat di atas menyinggung beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi insan yang paling merugi di dunia dan di akhirat. Di antaranya:
1. Melakukan amal yang sia-sia, tidak menurut hukum yang disyariatkan dan tidak diridhai oleh Allah swt. Faktor ini kita pahami dari firman-Nya, "Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini."
2. Mengkufuri ayat-ayat Allah
3. Mengkufuri hari kebangkitan dan hari akhir. Keduanya tercermin dari firman-Nya, "Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia" [Maksudnya: tidak beriman kepada pembangkitan di hari Kiamat, hisab dan pembalasan].
4. Mereka mengolok-olok ayat-ayat Allah.
5. Mereka juga mengolok-olok para rasul Allah. Kedua hal ini termaktub dalam firman-Nya di atas, "...mereka menyebabkan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok."
Sumber: Ummi-online.com