Nama Ulama Nu Kyai Ahmad Qusyairi Shiddiq
Kiyai Ahmad Qusyairi bin Shiddiq bin ‘Abdullah bin Saleh bin Asy`ari bin Muhammad Adzro`i bin Yusuf bin Sayyid ‘Abdur Rahman (Mbah Sambu) b...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/nama-ulama-nu-kyai-ahmad-qusyairi.html
Kiyai Ahmad Qusyairi bin Shiddiq bin ‘Abdullah bin Saleh bin Asy`ari bin Muhammad Adzro`i bin Yusuf bin Sayyid ‘Abdur Rahman (Mbah Sambu) bin Sayyid Muhammad Hasyim bin Sayyid ‘Abdur Rahman BaSyaiban bin Sayyid ‘Abdullah bin Sayyid ‘Umar bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ahmad bin Sayyid Abu Bakar BaSyaiban bin Sayyid Muhammad AsadUllah bin Sayyid Hasan at-Turabi bin Sayyid ‘Ali bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad Ba ‘Alawi al-Husainiadalah salah seorang ulama populer di Tanah Jawa. Beliau dilahirkan di sebuah desa berjulukan Sumbergirang yang terletak dalam Kota Lasem, Rembang, Jawa Tengah, pada 11 Sya’baan 1311H / 17 Februari 1894M. Beliau memulakan pengajian agamanya dengan ayahanda dia yang sememangnya populer sebagai seorang ulama. Pengajian agamanya diteruskannya ke beberapa buah pondok pesantren antaranya di Langitan Tuban, Kajen Pati (Kiyai Khozin), Semarang (Kiyai Umar) dan Syaikh Kholil Bangkalan. Beliau mempunyai korelasi yang amat rapat dengan Syaikh Kholil Bangkalan yang populer sebagai ulama terbilang lagi wali.
Dikisahkan, suatu malam pada selesai Ramadhan, Syaikh Kholil menyuruh segenap santrinya mencari Lailatul Qadar. Tidak menyerupai santri lainnya yang melaksanakan riyadhah sepanjang malam, Kiyai Ahmad Qusyairi justru sebaliknya. Setelah melaksanakan riyadhah ala kadarnya, dia tertidur di teras masjid. Tak usang kemudian, menjelang Shubuh, Syaikh Kholil berkeliling mengitari pesantren. Tiba-tiba dia melihat seberkas cahaya tiba dari atas, kemudian jatuh ke salah seorang santri yang sedang tidur. Karena suasana gelap gulita, ia hampiri santri itu kemudian mengikat salah satu ujung sarung yang dikenakan, sebagai tanda.Selepas shalat Shubuh, Syaikh Kholil menciptakan pengumuman: “Siapa di antara kalian yang sarungnya ada bundelan (tali simpul) nya?”, sehabis dinantikan agak lama, tak satu pun santri yang menjawab, termasuk Kiyai Ahmad Qusyairi yang tak menyadari dialah yang dimaksud. Setelah mengetahui salah satu ujung sarungnya tersimpul, dia justru ketakutan. Tetapi alasannya yaitu Syaikh Kholil bertanyakan lagi, dia pun mengaku dengan penuh ketakutan, kerana Syaikh Kholil memang populer dengan ketegasannya. Tapi apa yang terjadi? Ternyata Syaikh Kholil tidak marah, malah tersenyum sambil berkata: “Mulai kini kalian (semua santri) tak payah lagi mengaji kepadaku. Cukup mengaji pada Ahmad Qusyairi.” Mendengar itu Kiyai Ahmad Qusyairi seakan tak percaya, dan semenjak itu, para santri mengaji kepadanya. Di kemudian hari, dia populer mempunyai ilmu ladunni, di mana kemampuan ilmu didapatkan tanpa melalui proses berguru sebelumnya, tetapi kerana kemurahan Allah semata-mata.
Di antara kelebihan Kiyai Ahmad Qusyairi yaitu kemampuannya menguasai banyak sekali bahasa selain bahasa ibundanya dan Bahasa Arab. Antara bahasa yang dikuasainya ialah Bahasa Belanda, Bahasa Inggeris, Bahasa Jepun dan Bahasa Cina. Beliau juga dikenali sebagai penyair yang hebat menciptakan dengan impulsif syair-syair berbahasa Arab. Antara karangan yang ditinggalkannya ialah sebuah nazam sufi yang berjumlah 312 bait diberi jodol “Tanwir al-Hija” berhubung ‘aqidah dan ibadah. Karangannya ini diberi perhatian oleh para ulama, bahkan Habib Alawi bin ‘Abbas al-Maliki, ayahanda Buya Dr. Habib Muhammad al-Maliki, telah memberikannya syarah yang panjang diberi jodol ” Inarat ad-Duja“. Dan kerana besarnya kecintaannya kepada Junjungan Nabi s.a.w. dan amalan bersholawat kepada baginda, maka selain mengamalkan “Dalailul Khairat“, dia juga mempunyai himpunan sholawat yang dinamakannya “al-Wasiilatul Harriyyah fish Sholawaati ‘ala Khairil Bariyyah“.
Kiyai Ahmad Qusyairi gemar berkelana untuk berdakwah dan mengembangkan ilmu. Beliau juga berjaya membangun beberapa buah masjid di tempat-tempat yang dikunjunginya. Setelah berkahwin dengan puteri Kiyai Yaasin, maka kiprah mengasuh Pesantren Salafiyah Pasuruan diserahkan kepadanya. Beliau meninggalkan dunia yang fana ini pada 22 Syawal 1392H / 28 November 1972M, dengan meninggalkan seramai 15 orang anak antaranya Syaikhunal Mukarram Kiyai ‘Abdur Rahman bin Ahmad Qusyairi hafizahUllah. Jenazah dia dimakamkan di daerah pemakaman belakang Masjid Jami` al-Anwar, Pasuruan. Mudah-mudahan Allah sentiasa membasahikan makamnya dengan siraman hujan rahmat dan kasih sayang. Al-Fatihah.
*******************************************************
Inilah Sholawat Shiddiqiyyah yang tertulis pada selesai halaman kitab “al-Wasiilatul Hariyyah” di mana ianya mengandungi permohonan, dengan berwasilahkan amalan sholawat ke atas Junjungan serta kehormatan Junjungan Nabi dan teman baginda Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq r.a., biar dianugerahkan sobat yang baik, perjalanan yang aman, kelepasan dari segala kesulitan dan kepayahan.