Belajar Wacana Taushiyah Malam ** Muhasabah Diri Untuk Memahami Hakikat Kehidupan **
TAUSHIYAH MALAM ** Muhasabah Diri untuk Memahami Hakikat Kehidupan ** Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَ...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/belajar-wacana-taushiyah-malam.html
TAUSHIYAH MALAM
** Muhasabah Diri untuk Memahami Hakikat Kehidupan **
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
" Orang yang cendekia yakni yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta bersedekah untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah yakni yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'aalaa." (HR. Imam Turmudzi,)
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Melalui Taushiyah Malam ini, saya mengajak para sobat untuk bermuhasabah, yakni mengevaluasi diri. Marilah kita kembali melaksanakan penilaian diri, melaksanakan muhasabah, menghitung kembali terhadap apa yang sudah kita lakukan.
Dengan kesadaran melaksanakan muhasabah, maka akan memunculkan dorongan supaya kita senantiasa dapat berusaha untuk menyempurnakan, memperbaiki, dan menambah amal ibadah dan kebaikan yang sudah kita lakukan.
Yang harus senantiasa kita penilaian yakni sejauh mana kita bertaqwa kepada Allah. Dalam arti lain, sejauh mana kesungguhan kita dalam menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Pada dasarnya, kunci dan modal utama mendapat kebahagiaan yang hakiki yakni imtitsalu awaamirihi wa ijtinabu nawahihi. Itulah yang disebut ketakwaan, melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Sebaliknya, bahwa mengabaikan terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah, tidak memedulikan perintah Allah, dan justru melaksanakan apa yang dihentikan oleh Allah, yakni awal dari malapetaka dalam kehidupan kita ini. Maka dari itu, mengevaluasi diri terhadap segala hal yang telah kita lakukan yakni menjadi bab yang penting dalam kehidupan kita ini.
Sahabat-sahabatku.
Dalam hidup ini, bahu-membahu panduan yang diberikan Allah itu sudah betul lengkap. Kita diharuskan oleh Allah untuk memahami kehidupan ini dengan benar, memiliki paradigma kebenaran yang kukuh, dan memiliki pemahaman hakikat dalam kehidupan ini dengan benar dalam segala halnya.
Kesalahan paradigma akan menjadi sesuatu yang fatal di dalam menjalani kehidupan ini. Ketika orang bertanya, “Sesungguhnya kehidupan ini apa? Dunia ini apa?”, maka hendaknya diikuti dengan pencarian jawabannya untuk menemukan paradigma yang benar dalam kehidupan.
Pertanyaan yang paling fundamental ini harus dipahami oleh setiap orang dengan pemahaman yang betul-betul benar. Ketika orang salah memahami dan salah memperlihatkan balasan terhadap pertanyaan yang sangat fundamental ini, maka tentu akan menjadi kesalahan-kesalahan runtut berikutnya.
Al-Quran memperlihatkan konsep “ad-dunya” sebagai sesuatu yang dapat dikatakan dan dipahami mazroah al-akhirah, yaitu sesuatu yang dekat, yang hina, yang adna, yang rendah. Artinya, ada sesuatu yang lebih tinggi dari kehidupan yang kita lakoni di dunia kini ini.
Ketika orang memahami bahwa kehidupan ini yakni sesuatu yang dipakai sekadar untuk bersenang-senang, maka tentu beliau akan memfilosofikan hidup bahwa kehidupan itu yakni kesenangan. Sungguh, itu yakni paradigma yang tidak tepat bahkan dapat jadi melenceng jauh.
Agama Islam telah memperlihatkan penataan pada kehidupan bahwa kehidupan ini yakni sebuah perjalanan yang pada kesudahannya akan hingga pada titik akhir. Pada titik final itulah yang akan menjadi penentu, yang seseorang itu akan mendapat prestasi dalam hidup ini atau justru malah kenistaan.
Prestasi yakni kebahagiaan dan kenistaan yakni hal yang mencelakakan.
Semoga uraian sederhana ttg muhasabah diri utk memahami hakikat kehidupan di atas ada manfa’atnya dalam menggapai rahmah dan ridha Allah Ta’aalaa. Aamiin..