Belajar Wacana Tadarus Dan Kajian Al-Qur'an, Qs Ibrahim 14: 47
Oleh Muhammad Syaukani Mahmud Assalaamu 'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh. Malam Jum'at penuh barakah, sudahka...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/belajar-wacana-tadarus-dan-kajian-al_29.html
Oleh Muhammad Syaukani Mahmud
Assalaamu 'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh.
Malam Jum'at penuh barakah, sudahkah membaca surah Yasin, al-Mulk dan al-Kahfi? Kalau sudah alhamdulillah... itulah amalan orang-orang shaleh semenjak dahulu secara turun temurun...
Tadarus dan Kajian al-Qur'an:
Pada ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang musyrik telah menciptakan makar atau muslihat yang jahat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan maksud membunuhnya. Padahal, Allah Subhanahu Wa-ta’ala mengetahui makar mereka dan Dia mencakup mereka, maka makar itu akan kembali kepada mereka sendiri. Dan bersama-sama makar mereka itu tidak akan sanggup melenyapkan gunung atau yang lainnya alasannya yakni sangat lemahnya mereka dan tidak akan sanggup membahayakan sedikit pun bagi Allah, melainkan membahayakan bagi diri mereka sendiri. Selanjutnya Allah Subhanahu Wa-Ta’ala berfirman:
QS IBRAHIM 14: 47.
فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ ۗ .
FALAA TAHSABANNALLOOHA MUKHLIFA WA’DIHII RUSULAHUU, INNALLOOHA ‘AZIIZUN DZUNTIQOOMI = Karena itu, janganlah sekali-kali engkau menerka Allah akan menyalahi janji-Nya kepada para Rasul-Nya; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Pemilik pembalasan.
The Meaning In English: Never think that Allah would fail His apostles In His promise: for Allah is Exalted In power, - the Lord of Retribution.
Tafsir Perkata: “(فَلا) FALAA=maka jangan” “(تَحْسَبَنَّ اللَّهَ) TAHSABANNALLOOHA=kamu sekali-kali menerka Allah” “(مُخْلِفَ) MUKHLIFA=mengingkari” “(وَعْدِهِ) WA’DIHII=janji-Nya” (memberikan kemenangan) “(رُسُلَهُ) RUSULAHUU=(kepada) para Rasul-Nya”, “(إِنَّ اللَّهَ) INNALLOOHA= sesungguhnya Allah” “(عَزِيزٌ) ‘AZIIZUN=Maha Perkasa” “(ذُو) DZU=yang mempunyai” “(انْتِقَامٍ) INTIQOOMI=pembalasan” (terhadap yang mendurhakai Dia).
Al-Mishbah:
Karena itu, janganlah sekali-kali engkau, wahai siapa pun, menerka Allah akan menyalahi janji-Nya kepada para Rasul-Nya untuk memenangkan mereka dan mengalahkan serta menyiksa para pembangkang. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa tidak sanggup dikalahkan dan selalu mengalahkan siapa yang akan dikalahkan-Nya, lagi Pemilik pembalasan dan menjatuhkannya bagi yang membangkang perintah-Nya.
Kata “(وعد) WA’D” biasa dipakai untuk kesepakatan yang baik. Janji yang bersifat ancaman/buruk dinamai “(وعيد) Wa’iid”. Jika demikian, ayat ini menjamin bahwa segala kesepakatan Allah yang baik untuk siapa pun niscaya dipenuhi-Nya. Adapun ancaman-Nya, sanggup saja tidak demikian. Para ulama—khususnya kalangan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah—menyatakan bahwa rahmat dan kasih sayang Allah mengantar-Nya untuk sanggup wa’iid (ancaman) yang telah dijanjikan-Nya. Bukankah yang tercela hanya yang membatalkan kesepakatan baik, sedang dalam banyak hal sanggup terpuji yang membatalkan ancamannya? Demikian itulah Allah Subhanahu Wa-Ta’ala yang samudra kasih-Nya tidak bertepi, walau ancaman dan siksa-Nya amat pedih.
Kata “(ذو انتقام) DZUU INTIQOOM” terdiri dari kata “(ذو) Dzuu” yang biasa diartikan pemilik serta memberi kesan kemantapan dan kelekatan sifat yang ditunjuk pada sesuatu. Sedang, kata “(إنتقام) Intiqoom” terambil dari kata “(نقم) Naqoma”. Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa kata yang terdiri dari huruf-huruf Nuun, Qoof, dan Miim maknanya berkisar pada tidak menyetujui sesuatu alasannya yakni menilainya buruk. Dari sini kemudian lahir makna menyiksa alasannya yakni yang tidak menyetujui dan menilai jelek sesuatu sanggup mengancam, bahkan marah, sehingga kemarahan mengundangnya menyiksa.
Pakar bahasa, az-Zajjaaj, menilai bahwa kata “(نقمة) Niqmah” yang terangkai dari ketiga karakter di atas, berarti tidak menyenangi sesuatu disertai dengan kemarahan. Dari sini, kata Niqmat diartikan sebagai antonim “(نعمة) Ni’mah. Yang membalas kejahatan orang lain sering kali dinamai “(منتقم) Muntaqiim” dan alasannya yakni biasanya yang demikian dilakukan sehabis berlalunya kejahatan itu, Muntaqiim diartikan sebagai pembalas dendam. Makna ini tentu tidak mungkin bagi Allah Subhanahu Wa-Ta’ala.
Dalam al-Qur’an, tidak ditemukan kata muntaqim (berbentuk tunggal). Yang ditemukan yakni bentuk jamaknya, yakni “(منتقمون) Muntaqimuun” sebanyak tiga kali, juga kata kerja masa kemudian sebanyak enam kali “(نقم) Naqomuu”, dan sekali dalam bentuk kata kerja yang menunjuk masa tiba “(ينتقم) Yantaqim” yang merupakan info ancaman bahwa Allah akan membalas. Kesemua yang disebut di atas mengacu kepada Allah Subhanahu Wa-Ta’ala. Baca misalnya: QS al-Maa’idah 5: 95. Di samping itu, ditemukan empat ayat yang menunjuk kepada Allah dengan istilah “(ذو إنتقام) Dzu Intiqoom”.
Penggunaan bentuk-bentuk jamak—tanpa adanya bentuk tunggal itu—memberi kesan bahwa Allah enggan/tidak suka menunjuk diri-Nya sendiri sebagai Muntaqim. Penggunaan bentuk jamak itu mengisyaratkan bahwa pembalasan atau penyiksaan yang terjadi melibatkan bahkan dilakukan oleh selain-Nya, walaupun diakui-Nya bahwa Dia Dzuu Intiqoom (Pemilik pembalasan). Bukankah, menyerupai telah berulang-ulang dikemukakan, bahwa penggunaan bentuk jamak yang menunjuk kepada Allah mengandung makna keterlibatan pihak lain bersama Allah dalam kegiatan yang ditunjuk atau penugasan pihak lain untuk melakukan-Nya? Memang, ditemukan sekian banyak ayat dalam al-Qur’an yang berbicara perihal hal-hal yang mengandung kesan negatif, disingkirkan dari sifat dan perbuatan Allah.
Hal lain yang perlu dicatat dalam rangka memahami sifat Allah ini yakni bahwa ayat-ayat yang memakai kata “Muntaqimuun” kesemuanya berkaitan dengan pembalasan di hari Kemudian. Perhatikan QS as-Sajdah 32: 22 atau az-Zukhruf 43: 41 atau ad-Dukhaan 44: 16.
Memang, patron kata menyerupai “Muntaqim”, menunjuk pelaku yang merencanakan melaksanakan sesuatu dan belum melakukannya. Ancaman yang dikandung ayat-ayat di atas disampaikan sehabis mereka berulang-ulang melaksanakan kejahatan dan berulang-ulang pula Allah memaafkan mereka. Jika demikian, Allah al-Muntaqim yakni Dia yang tidak menyetujui kejahatan, tidak menyenanginya, serta benci dan murka terhadap pelakunya yang telah berulang-ulang diperingatkan. Allah mengancamnya dengan siksa dan menugaskan pihak lain menyiksanya.
Demikian yang sanggup disusun dan supaya bermanfaat,
سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ اَنْ لاَ ِالَهَ اِلاَّ أَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ اِلَيْكَ
“Maha suci Engkau wahai Allah, dan dengan pujian-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu serta bertaubat kepada-Mu.”
وَالْعَصْرِ ۙ .إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍۙ . إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya insan itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.
اللهم ارحمنا بالقرآن، وجعله لنا إمام ونورا وهدى ورحمة، اللهم ذكرنا منه ما نسينا وعلمنا منه ما جهلنا، وارزقنا تلاوته آناءاليل وأطراف النهار، واجعله لناحجة يارب العالمين
Ya Allah, dengan Al-Qur'an, karuniakanlah kasih sayang-Mu kepada kami. Jadikan Al-Qur'an sebagai imam, cahaya, hidayah, dan sumber rahmat bagi kami. Ya Allah, ingatkan kami bila ada ayat yang kami lupa mengingatnya. Ajarkan pada kami, ayat yang kami kurang berakal memahaminya. Karuniakan pada kami kenikmatan membacanya, sepanjang waktu, baik malam ataupun disiang hari. Jadikan Al-Qur'an bagi kami sebagai hujjah (penjelas), wahai Tuhan pencipta semesta alam.
اللهم ارزقنا الإخلاص في طلب العلم وفي نشره وفي جميع الطاعات برحمتك يا ارحم الراحمين ٬ ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار٬ ربنا تقبل منا انك انت السميع العليم، وتب علينا انك انت التواب الرحيم، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ