Belajar Wacana Empat Golongan Insan Berdasarkan Imam Al-Ghazali
Empat Golongan Manusia Menurut Imam Al-Ghazali Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ ِس...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/belajar-wacana-empat-golongan-insan.html
Empat Golongan Manusia Menurut Imam Al-Ghazali
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ.
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah
Syeikh Imam al Ghazali atau berjulukan lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafii yaitu ulama produktif. Tidak kurang 228 kitab telah ditulisnya, mencakup banyak sekali disiplin ilmu; tasawuf, fikih, teologi, logika, sampai filsafat.
Sang Hujjatul Islam (julukan ini diberikan lantaran kemampuan daya ingat yang besar lengan berkuasa dan bijak dalam berhujjah) ini sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah, yang merupakan sentra kebesaran Islam.
Imam Al Ghazali pernah membagi insan menjadi empat (4) golongan;
Pertama, Rajulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), dan beliau Tahu jika dirinya Tahu).
Orang ini bisa disebut ‘alim = mengetahui. Kepada orang ini yang harus kita lakukan yaitu mengikutinya. Apalagi jika kita masih termasuk dalam golongan orang yang awam, yang masih butuh banyak diajari, maka sudah seharusnya kita mencari orang yang menyerupai ini, duduk bersama dengannya akan menjadi pengobat hati.
“Ini yaitu jenis insan yang paling baik. Jenis insan yang mempunyai kemapanan ilmu, dan beliau tahu jika dirinya itu berilmu, maka ia memakai ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin semoga ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia. Manusia jenis ini yaitu insan unggul. Manusia yang sukses dunia dan akhirat,” ujarnya.
Kedua, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), tapi beliau Tidak Tahu jika dirinya Tahu).
Untuk model ini, bolehlah kita sebut beliau seumpama orang yang tengah tertidur. Sikap kita kepadanya membangunkan dia. Manusia yang mempunyai ilmu dan kecakapan, tapi beliau tidak pernah menyadari jika dirinya mempunyai ilmu dan kecakapan.
Manusia jenis ini sering kita jumpai di sekeliling kita. Terkadang kita menemukan orang yang bergotong-royong mempunyai potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu jika mempunyai potensi. Karena keberadaan beliau seakan gak berguna, selama beliau belum bangkit insan ini sukses di dunia tapi rugi di akhirat.
Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (Seseorang yang tidak tahu (tidak atau belum berilmu), tapi beliau tahu alias sadar diri jika beliau tidak tahu).
Menurut Imam Ghazali, jenis insan ini masih tergolong baik. Sebab, ini jenis insan yang bisa menyadari kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan bisa menempatkan dirinya di kawasan yang sepantasnya. Karena beliau tahu dirinya tidak berilmu, maka beliau belajar.
Dengan mencar ilmu itu, sangat dibutuhkan suatu dikala beliau bisa pintar dan tahu jika dirinya berilmu. Manusia menyerupai ini sengsara di dunia tapi senang di akhirat.
Keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (Seseorang yang Tidak Tahu (tidak berilmu), dan beliau Tidak Tahu jika dirinya Tidak Tahu).
Menurut Imam Ghazali, inilah yaitu jenis insan yang paling buruk. Ini jenis insan yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa mempunyai ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa.
Repotnya insan jenis menyerupai ini susah disadarkan, jika diingatkan ia akan membantah alasannya yaitu ia merasa tahu atau merasa lebih tahu. Jenis insan menyerupai ini, paling susah dicari kebaikannya. Manusia menyerupai ini dinilai tidak sukses di dunia, juga merugi di akhirat.
Untuk itu mari kita intropeksi diri masing-masing, di kelompak manakah kita berada.
Semoga postingan ini bermanfaat bagi kita dalam rahmah dan ridha Allah Ta'aalaa. Aamiin...