Belajar Wacana Perkembangan Etika Pada Periode Belum Dewasa Akhir

  Oleh Syaiful Anwar  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bloom mengemukakan bahwa tujuan selesai dari proses berguru dikelompokkan ...

A+ A-
 Oleh Syaiful Anwar 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bloom mengemukakan bahwa tujuan selesai dari proses berguru dikelompokkan menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif), penguasaan nilai dan sikap (afektif), dan penguasaan psikomotorik. Masa bayi masih belum mempersoalkan problem moral dan motorik, lantaran dalam kehidupan bayi belum dikanal hierarki dan bunyi hati. Perilakunya belum dibimbing oleh norma-norma moral. 

Pada masa bawah umur telah terjadi perkembangan moral yang relatif rendah (terbatas). Anak belum menguasai nilai-nilai abnormal abstrak yang berkaitan dengan benar-salah dan baik-buruk. 

Hal ini disebabkan oleh dampak perkembangan intelek yang masih terbatas. Anak belum mengetahui manfaat suatu ketentuan atau peraturan dan belum mempunyai dorongan untuk mengerti peraturan-peraturan dalam kehidupan. 

Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya, anak mulai dikenalkan terhadap nilai-nilai, ditunjukan hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh yang harus dilakukan dan yang dilarang. Menurut Piaget, pada awalnya pengenalan nilai dan sikap serta tindakan itu masih bersifat “paksaan”, dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan inteleknya, berangsur-angsur anak mengikuti banyak sekali ketentuan yang berlaku di dalam keluarga, dan semakin usang semakin luas hingga dengan ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat dan negara. 

 B. Rumusan Masalah 

1. Apakah pengertian moral? 
2. Apa saja taha-tahap perkembangan moral? 
3. Sebutkan beberapa aspek penting dari korelasi orang bau tanah dan anak yang berperan terhadap perkembangan moral kanak-kanak akhir! 

 BAB II PEMBAHASAN 
A. Pengertian Moral 

Istilah moral berasal dari kata latin mores yang berarti susila istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Perilaku moral ialah sikap yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat tertentu, atau sikap yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral ialah sikap yang sesuai dengan impian sosial yang disebabkan ketidak setujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Sementara itu sikap amoral atau nonmoral ialah juga sikap yang tidak sesuai dengan impian sosial, akan tetapi hal itu lebih disebabkan oleh ketidak acuhan terhadap impian kelompok sosial daripada pelanggaran sengaja terhadap standar kelompok. 

Beberapa di antara sikap menyimpang anak kecil lebih bersifat amoral daripada tak bermoral. Pada ketika lahir, tidak ada anak yang mempunyai skala nilai. Akibatnya, tiap bayi yang gres lahir sanggup dianggap amoral atau nonmoral. Tidak seorang anak pun sanggup diharapkan menyebarkan instruksi moral sendiri. 

Sebaliknya, tiap anak harus diajari standar kelompok perihal yang benar dan yang salah. Belajar berperilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan usang yang terus berlanjut hingga masa remaja. Ia merupakan salah satu kiprah perkembangan yang penting dimasa kanak-kanak. 

Sebelum anak masuk sekolah, mereka diharapkan bisa membedakan yang benar dan yang salah dalam situasi sederhana dan meletakakn dasar bagi perkembangan hati nurani. Sedangkan pengertian perkembangan moral sendiri ialah perubahan penalaran, perasaan, dan sikap perihal standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral mempunyai dimensi intrapersonal, yang mengatur acara seseorang ketika beliau tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik. 

B. Tahap-Tahap Perkembangan 

Moral Kohlberg menggambarkan 3 tingkatan pikiran sehat perihal moral, antara lain: 

a. Tingkatan I: Penalaran Moral Prakonvensional Merupakan tingkat terendah dari pikiran sehat moral. Pada tingkat ini, baik dan jelek diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan punishment (hukuman).  Tahap 1: Moralitas Heteronom. Penalaran moral terkait dengan eksekusi (punishment). Contoh: anak berpikir bahwa mereka harus patuh lantaran takut eksekusi terhadap sikap membangkang.  Tahap 2: Individulaisme, Tujuan Instrumental, dan Pertukaran. Pada tahap ini pikiran sehat individu yang mementingkan diri sendiri ialah hal yang benar dan hal ini juga berlaku pada orang lain. Karena itu, berdasarkan anak apa yang benar ialah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang setara. Mereka berpikir jikalau mereka baik kepada orang lain, maka orang lain juga akan baik terhadap dirinya. 

b. Tingkatan II: Penalaran Moral Konvensional Individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain, contohnya orangtua atau pemerintah.  Tahap 3: Ekspektasi Interpersonal Mutual, Hubungan dengan Orang Lain, Konformitas Interpersonal. Pada tahap ini, anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar dari evaluasi moral. Anak mengadopsi standar moral orang bau tanah semoga dianggap oleh orang bau tanah sebagai anak yang baik.  Tahap 4: Moralitas Sistem Sosial. Penilaian moral didasari oleh pemahaman perihal keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan dan kewajiban. Contoh: anak berpikir supaya komunitas sanggup bekerja dengan efektif perlu dilindungi oleh aturan yang diberlakukan terhadap anggotanya. c. Tingkatan III: Penalaran Moral Pascakonvensional Individu menyadari adanya jalur moral alternatif, mengeksplorasi pilihan ini, kemudian menetapkan berdasarkan instruksi moral personal.  Tahap 5: Kontrak atau Utilitas Sosial dan Hak Individu. Pada tahap ini individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama atau lebih luas daripada hukum. Individu mengevalusi validitas aturan yang ada, dan melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia.  Tahap 6: Prinsip Etis Universal. Individu menyebarkan standar moral berdasarkan hak asasi insan universal. Ketika dihadapkan dengan kontradiksi antara aturan dan hati nurani, individu menalar bahwa yang harus diikuti ialah hati nurani, meskipun Keputusan ini sanggup memperlihatkan resiko. Kohlberg percaya bahwa tingkatan dan tahapan ini terjadi secara berurutan dan terkait dengan usia. Sebelum usia 6 tahun (masa kanak-kanak awal) anak memakai prakonvensional, usia 6-12 tahun (masa kanak-kanak akhir) anak menalar dengan cara yang lebih konvensional, usia 12 tahun ke atas/remaja menalar dengan cara pascakonvensional. 

 C. Perkembangan Moral 

Pada Masa Kanak-Kanak Akhir Dalam perkembangan moral kanak-kanak akhir, sifat dan kepribadian anak tercermin sebagaimana berikut: 1. Anak berbuat baik bukan untuk mendapat kepuasan fisik, tetapi untuk mendapat kepuasan psikologis yang diperoleh melalui persetujuan sosial. 2. Karena lingkungan lebih luas, kaidah moral sebagian besar ditentukan oleh norma-norma yang terdapat dalam kelompoknya. 3. Usia sekitar 10-12 tahun sudah mengenal konsep moralitas, ibarat kejujuran, keadilan, dan kehormatan. 4. Perbuatan baik dan jelek dilihat dari apa motif melaksanakan hal tersebut. 

 D. Disiplin pada Masa Kanak-Kanak Akhir 

Perhatian terbesar biasanya diberikan pada disiplin. Orang bau tanah sanggup mendisiplinkan anak melalui beberapa cara: 1. Penarikan kasih sayang Adalah bentuk disiplin dimana orang bau tanah menahan sumbangan atensi atau kasih sayang terhadap anak, ibarat ketika oraang bau tanah menolak untuk berbicara kepada anak atau menyatakan tidak suka pada anak. Contoh: orang bau tanah berkata “Ibu nggak suka kalau kau begitu”. 2. Penegasan kekuasaan Yaitu teknik disiplin di mana orang bau tanah mencoba untuk mengambil alih kontrol dari si anak atau mengambil alih sumber daya yang dimiliki anak. Contoh: memukul pantat, mengancam, atau mencabut hak istimewa anak. 3. Induksi Yaitu teknik disiplin di mana orang bau tanah memakai pikiran sehat dan klarifikasi perihal konsekuensi sikap anak terhadap orang lain. Contoh: “Jangan memukul Nak, beliau kan Cuma mau membantu”. Dalam upaya mendisiplinkan anak, kadang-kadang ada orang bau tanah yang menerapkan sumbangan eksekusi dalam beberapa bentuk, antara lain: a. Physical punishment, eksekusi fisik bisa berefek negatif pada anak ibarat munculnya rasa marah, dendam, rendah diri, dan malu. b. Spoken punishment, berefek pada self-esteem yang rendah. c. Whithholding rewards, melarang anak melaksanakan aktifitas yang menyenangkan lantaran sikap buruknya, dan reward diberikan bila sikap positif. d. Penalties, anak harus memberikan/melakukan sesuatu yang berefek tidak menyenangkan lantaran sikap salahnya. 

E. Kaitan Perkembangan Moral dengan Pengasuhan Orang Tua 

Hasil penelitian Eisenberg dan Valiante tahun 2002, menerangkan bahwa anak yang mempunyai perkembangan moral yang baik ialah anak yang orang tuanya mempunyai kecenderungan: 
1. Hangat dan mendukung, ketimbang menghukum. 
2. Memberikan kesempatan pada anak untuk mempelajari dan memahami perasaan orang lain. 
3. Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga dan dalam proses pemikiran mengenai keputusan moral. 
4. Menjadi model terhadap pikiran sehat dan sikap moral, dan menyediakan kesempatan bagi anak untuk melaksanakan hal tersebut. 
5. Menyediakan isu mengenai sikap apa yang diharapkan. 

 F. Pendidikan Moral pada Anak 

 Orang bau tanah berperan penting dalam perkembangan moral anak. Orang bau tanah menginginkan anaknya mempunyai “good moral consience”, namun sayangnya kebanyakan orang bau tanah tidak mempraktekkan contoh asuh dan pendidikan yang sempurna untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Seringkali orang bau tanah menginginkan anaknya mempunyai sikap yang baik, tetapi tidak mengajarkan atau melatihnya, padahal sikap yang baik tidak sanggup terbentuk dengan sendirinnya tetapi harus dibentuk. 

Hal ini sanggup disebabkan lantaran faktor kepribadian, pengalaman attachment, kekurangan informasi, atau problem kesehatan mental. Selain dilakukan oleh orang bau tanah secara pribadi pada anak, pendidikan moral sanggup dilakuakan dengan beberapa cara, antara lain: 

1. Kurikulum tersembunyi di sekolah Meskipun sekolah tidak mempunyai jadwal khusus, tetapi pendidikan moral sanggup dilakukan melalui “kurikulum tersembunyi”, kurikulum ini berupa atmosfer moral yang diciptakan oleh peraturan sekolah dan kelas, orientasi moral dari para guru dan staf manajemen sekolah, serta memasukkan dalam materi pelajaran. 

2. Pembelajaran pelayanan (service learning) Merupakan benruk pendidikan yang mengangkat tanggung jawab sosial dan pelayanan terhadap komunitas. Siswa terlibat dalam acara ibarat tutoring, membantu orang lanjut usia, bekerja dirumah sakit, membantu di daerah penitipan anak, atau membersihkan area kosong untuk daerah bermain anak. Tujuan pembelajaran ini ialah membantu siswa untuk tidak terlalu self-centered (egois) dan mempunyai motivasi berpengaruh untuk menolong orang lain. Program ini berefek baik bagi perkembangan siswa. Hasil suatu penelitian menerangkan bahwa siswa yang terlibat dalam jadwal pembelajaran ini mempunyai pemahaman diri yang lebih baik, dan mempunyai janji yang lebih baik terhadap orang lain. Peneliti-peneliti lain mendapat bahwa jadwal ini menguntungkan bagi siswa dalam beberapa hal, yaitu:  Meningkatnya nilai, lebih termotivasi, dan mempunyai lebih banyak tujuan yang ingin dicapai.  Meningkatnya self-esteem (harga diri).  Meningkatnya kepercayaan bahwa mereka sanggup berbeda dari orang lain.  Lebih sering merefleksikan diri pada organisasi politik masyarakat dan juga keteraturan moral. 3. Pendidikan aksara Yaitu mengajarkan pada anak/siswa untuk “melek moral” (moral literacy) dengan memahami nilai-nilai/karakter positif yang harus dimiliki untuk mencegah mereka melaksanakan sikap immoral. Karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang artinya mengukir hingga terbentuk sebuah pola. Makara untuk mendidik anak semoga mempunyai aksara diharapkan proses ‘mengukir’, yakni pengasuhan dan pendidikan yang tepat. Individu yang mempunyai aksara yang positif mempunyai aksara yang berpengaruh (strength character) yang direfleksikan dalam pikiran, perasaan, dan perilaku. Memiliki aksara yang berpengaruh tidak hanya bermanfaat positif untuk diri pribadi, tetapi juga akan beperan sebagai “penyangga” dari banyak sekali gangguang psikologi. Dengan kondisi yang demikian, individu akan selalu membina korelasi baik dengan orang lain dan lingkungannya, menyukai suasana tenang dan tidak menyukai terjadinya kekerasan. G. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral. Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Beberapa sikap orang bau tanah yang perlu dikhawatirkan sehubung dengan perkembangan moral anak, di antaranya sebagai berikut: a. Konsisten dalam mendidik anak Ayah dan ibu harus mempunyai sikap dan sikap yang sama dalam melarang taua membolehkan tingkah laris tertentu kepada anak. b. Sikap orang bau tanah dalam keluarga Secara tidak langsung, sikap orang bau tanah terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, sanggup menghipnotis perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut Orang bau tanah merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan fatwa agama. Orang bau tanah yang memperlihatkan bimbingan perihal nilai-nilai agama kepada anak, akan menciptakan perkembangan moral anak menjadi lebih baik. d. Sikap konsisten orang bau tanah dalam menerapkan norma Apabila orang bau tanah mengajarkan kepada anak semoga berperilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertannggung jawab atau taat beragama, tetapi orang bau tanah sendiri menampikan sikap yang sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan memakai ketidak konsistenan orang bau tanah itu sebagai alasan untuk tidak melaksanakan apa yang diinginkan oleh orang tuanya. KESIMPULAN a. Istilah moral berasal dari kata latin mores yang berarti susila istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Perilaku moral ialah sikap yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat tertentu, atau sikap yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral ialah sikap yang sesuai dengan impian sosial yang disebabkan ketidak setujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Sementara itu sikap amoral atau nonmoral ialah juga sikap yang tidak sesuai dengan impian sosial, akan tetapi hal itu lebih disebabkan oleh ketidak acuhan terhadap impian kelompok sosial daripada pelanggaran sengaja terhadap standar kelompok. b. Tahap-tahap perkembangan moral.  Tingkatan I: pikiran sehat moral prakonvensional  Tahap 1: moralitas heteronom  Tahap 2: individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran  Tingkatan II: pikiran sehat moral konvevsional  Tahap 3: ekspektasi interpersonal mutual, korelasi dengan orang lain, dan konformitas interpersonal  Tahap 4: moralitas sistem sosial  Tingkatan III: pikiran sehat moral prakonvensional  Tahap 5: kontrak atau utilitas sosial dan hak individu  Tahap 6: prinsip etis universal c. Aspek penting yang berperan terhadap perkembangan moral kanak-kanak akahir. 1. Disiplin pada masa kanak-kanak selesai 2. Kaitan perkembangan moral dengan pengasuhan orang bau tanah 3. Pendidikan moral pada anak DAFTAR PUSTAKA Rocmah, Elfi Yuliani. Perkembangan Anak SD/MI dan Ibu TKW. Ponorogo: STAIN Ponorogo Pers, 2011. Santrock, John W. Perkembangan Anak, Edisi ketujuh, jilid dua. Penerbit Erlangga, 2007. Soetjiningsih, Christiana Hari. Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group, 2012. Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Related

Psikologi Perkembangan 4092666883365093723

Hot in week

Recent

TOP

Adab dalam Islam Adzan Ajian Semar Mesem Ajian Semar Mesem Jarak Jauh Ajian Semar Mesem Jaran Gorang Ajian Semar Mesem Tanpa Puasa Akhir Zaman Akhlak Tasawuf Amalan AMALAN DAN AJIAN Aplikasi Islami Aqiqah AZIMAT Bahasa Indonesia Bisnis Online BULU PERINDU Cara Menggunakan Semar Mesem CARA MUDAH Doa Doa Anak Sholeh Doa Bahasa Arab DOA DAN AMALAN Doa Enteng Rezeki Doa Kehamilan Doa Para Nabi DOA PEMIKAT HATI WANITA Doa Sehari-hari Doa Selamat Doa Sholat Doa Suami Istri Doa Tolak Bala Doa-Doa Doa-doa Khusus Fatwa MUI Fiqih Hadis Pendidikan Hadits Haji Hukum Islam Ibadah Muslim Ilmu Pendidikan Informasi Islam Iqomah Kajian Islam Kata Bijak KEJAWEN Keris Semar Mesem Kesehatan Islami Kewajiban Muslim Kisah Nabi Kisah Para Nabi Kumpulan Do'a Kumpulan Do'a Manajemen Pendidikan Manajemen SDM Pendidikan Islam (Pasca Sarjana) Mantra Semar Mesem Masail Fiqhiyah Masjid Metodologi Penelitian Kuantitatif (Pasca Sarjana) Metodologi Studi Islam (MSI) Motivasi Muslimah Naishaihul Ibad NEW TOP Niat Nuansa Islam PAGAR NUSA Pascasarjana (Metodologi Studi Islam) Pascasarjana (Studi Materi PAI ) pelet PELET AMPUH PENAGKAL PENCAK SILAT Pendidikan Islam Pendidikan Kewarganegaraan PENGASIHAN Pengembangan Kurikulum pengertian PENGLARIS Perbandingan Madzab Pernikahan Islam Psikologi Perkembangan Psikologi Umum Puasa Puisi Qunut RAJAH Ramadhan Renungan Sejarah Islam Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Sejarah Peradaban Islam Semar Mesem Shalat Shalat Sunat Sholat Sholat Ashar Sholat Dzuhur Sholat Isya Sholat Magrib Sholat Subuh Siraman Rohani Slider Sosial Studi Fiqih Study Materi Aqidah Akhlak Subhanallah Sunat Sunnah Surat Al-Qur'an Tafsir Al Quran Tafsir Al-Qur’an dan Hadits Tarbawi (Pasca Sarjana) Tahukah Kamu? Tanya-Jawab Tasbih Thaharah ULAMA KITA Ulumul Hadits Ulumul Qur'an Umat Muslim Ushul Fiqh Wajib Zakat Zakat - Amal - Sedekah
item