Belajar Perihal Lapang Dada Dan Tulus
Ikhlas Dan Tulus Oleh Himler Usman السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ ِسْــــــــــــــمِ اللهِ ال...
https://kajianamalan.blogspot.com/2019/10/belajar-perihal-lapang-dada-dan-tulus.html
Ikhlas Dan Tulus
Oleh Himler Usman
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
ِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :
“ Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, alasannya yaitu itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.” (QS.At-Taubah ayat 44-45 )
Sahabat-sahabatku yg dirahmati Allah
Makna Ikhlas
Secara bahasa, lapang dada bermakna higienis dari kotoran dan mengakibatkan sesuatu higienis tidak kotor.
Maka orang yang lapang dada yaitu orang yang mengakibatkan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, lapang dada berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam berinfak tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak
Seseorang yang lapang dada mirip orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi kalau beras itu masih kotor, dikala nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan watu kecil.
Demikianlah keikhlasan, mengakibatkan berinfak menjadi nikmat, tidak menciptakan lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan mengakibatkan amal tdk nikmat. Pelakunya akan gampang mengalah dan selalu kecewa.
Karena itu, bagi seorang dai makna lapang dada yaitu dikala ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran.
Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter mirip itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala kegiatan mengisi hidupnya.
Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang lapang dada mempunyai ciri yang sanggup dilihat, diantaranya:
1. Senantiasa berinfak dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada kebanggaan ataupun celaan.
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya mempunyai beberapa ciri; malas kalau sendirian dan rajin kalau di hadapan banyak orang. Semakin berangasan dalam berinfak kalau dipuji dan semakin berkurang kalau dicela.” Perjalanan waktulah yang akan memilih seorang itu lapang dada atau tidak dalam beramal.
Dengan melalui aneka macam macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad. Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang lapang dada dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan aneka macam macam cirinya.
Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, alasannya yaitu itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama insan atau jauh dari mereka.
Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku tiba di hari final zaman dengan kebaikan mirip Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya mirip debu-debu yang beterbangan. Mereka yaitu saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melaksanakan ibadah malam mirip kamu. Tetapi mereka yaitu kaum yang kalau sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)
Tujuan yang hendak dicapai orang yang lapang dada yaitu ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat org atau tidak, menerima kebanggaan atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan jelek sekecil apapun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang lapang dada akan merasa bahagia kalau kebaikan terlaksana di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana ia juga merasa bahagia kalau terlaksana oleh tangannya.
Para dai yang lapang dada akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh alasannya yaitu itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.
Semoga kita termasuk hamba Allah yg senantiasa lapang dada dalam beribadah dan berbuat utk menggapai kasih sayang dan ridha Allah Ta'aalaa. Aamiin...